"Lantas mengapa mendatangiku? Kamu merindukanku?"
Kalimat singkat itu berhasil membuat Maya tertegun sejenak, Marve menyerangnya tepat dihatinya. Ia memang merindukannya sedikit, sedikit rindu yang mampu membuat dadanya berdegup tidak beraturan dan kakinya menjadi lemas seperti saat ini.
Maya mencengkram roknya, ia menatap Marve tanpa sungkan, mencari celah sambil berpikir bagaimana cara membalas Marve sekarang.
"Rindu? Kamu membicarakan dirimu sendiri?" Maya akhirnya dapat mengendalikan dirinya lagi, ia menunjang dagunya dan jarinya menunjuk kearah telinganya memberikan tanda jika Marve bahkan masih mengenakan anting pemberiannya.
Dan benar saja, Marve tidak mampu membalas, ia hanya tersenyum lalu menggeser kursinya lebih dekat lagi dengan Maya.