Chereads / Main Love / Chapter 78 - Happen Ending

Chapter 78 - Happen Ending

Kania berjalan dengan penuh percaya diri memasuki perusahaannya dengan kepala terangkat seperti biasa, pakaian mewah dan juga riasan yang membuatnya terlihat begitu elegant.

Ia melangkah di iringi oleh sekertaris pribadinya dan seorang pengawal menuju ruangannya, setelah sampai diambang pintu, sekertarisnya dan pengawalnya menunggu diruangan sebelah ruangan miliknya.

Dengan perlahan ia membuka pintu kantornya dan mendapati seorang pria tengah duduk dibalik mejanya, matanya melebar dan jantungnya seketika tersentak seakan ia akan terkena serangan jantung.

"Lama tidak jumpa, Kania.."

Kania melangkah mundur saat melihat Raden telah duduk dikursinya dengan tangan yang dilipatnya, pria itu tersenyum.

Bagaimana bisa.. ini sudah sekian tahun dan apa yang dilakukan oleh kakaknya Rahayu yaitu Raden, diruangannya, apakah ia akan mengambil kembali haknya? Dengan perasaan gugup, Kania berjalan mendekati sofa panjang dan bergegas duduk, tapi belum sampai bokongnya menyentuh lembutnya sofa, Raden kembali berucap. "Siapa yang menyuruhmu duduk disana? Duduklah disini." Raden meminta dengan ramah, kini Kania sedikit mengendurkan bahunya yang tegang dan melangkah mendekati Raden yang telah beranjak dari kursinya.

Dengan tersenyum mengembang, Kania melipat roknya dan bergegas duduk tapi kemudian Raden kembali berucap "Siapa yang memintamu duduk disana? Duduklah dilantai sesuai dengan derajatmu yang hanya seorang pelayan." Ucap Raden, kini perlahan kemarahan mulai terlihat diwajah Raden.

"Apa yang kamu katakan mas.. mengapa kamu berkata sekasar itu padaku.." Kania mulai memainkan kata manisnya dan bejalan mendekati Raden.

"Lancang sekali seorang pelayan memanggilku dengan sebutan mas." Raden berteriak hingga para staf kantor yang berada di luar ruangan dapat mendengar teriakan Raden.

Mereka semua berkumpul dan mengintip dibalik kaca yang menyekat ruangan tersebut.

"Aku bukanlah seorang pelayan mas.. Aku adik angkatnya kak Rahayu." Kania berkata dengan lantang karena merasa tidak terima dengan perkataan Raden yang mengungkit status masa lalunya.

"Adik? Rahayu tidak akan mungkin menganggap iblis yang telah membunuhnya dan menghancurkan keluarganya sebagai adik." Raden memekik, semua karyawan yang melihat mengintip kejadian ini saling menatap tidak percaya, beberapa dari mereka adalah karyawan lama yang mengetahui tentang hubungan baik antara Rahayu presdir lama Grup Wings dan Rahayu.

"Jangan memfitnahku.. aku akan melaporkanmu kepada polisi sebagai pencemaran nama baik." Kania berteriak mengancam, ia sudah yakin menghilangkan bukti tentang pembunuhan yang dilakukannya kepada Rahayu dan Hendra jadi ia tidak akan gentar kali ini.

"Tidak perlu repot,, aku telah membawa polisi bersamaku." Raden segera menarik tangan Kania dengan kasar, membawanya keluar ari dalam ruangannya, dan mengabaikan setiap rintihan yang dilontarkannya.

Tiffany yang baru tiba segera berlari menyusul langkah cepat Raden yang menarik kasar ibunya.

Akhirnya Raden melepaskan tangan Kania dan mendorongnya jatuh hingga ia harus tersungkur dilantai sat telah sampai di loby perusahaan dimana banyak orang yang berkumpul disana.

Kania meneteskan air matanya, ia mengangkat kepalanya saat sepasang kaki terlihat tepat dihadapan wajahnya.

Maya berjongkok, ia lantas menarik rambut Kania dengan kasar hingga Kania merintih kesakitan.

"Lepaskan Maya.. sakit sekali." Kania merintih sambil menangis, ia memohon lewat tatapan menyedihkannya, Maya mendengus. Ia menyunggingkan senyum sinisnya lalu kemudian mendorong kasar kepala Kania hingga ia membentur lantai dan hidungnya mengeluarkan darah segar.

"Mamy.." Tiffany memekik dan segera berlari menyergap tubuh Kania dan mendekapnya hangat.

"Sakit bukan?" Maya bertanya dengan suara datarnya.

"Tapi rasa sakit itu bahkan tidak sebanding dengan rasa sakit yang aku alami, rasa sakit yang kedua orangtuaku rasakan saat kamu membunuh mereka dengan membuat mereka mengalami kecelakaan, lebih sakit saat aku dan adikku harus hidup menderita menjadi gelandangan selama enam tahun menahan lapar sepanjang hari karena kamu memalsukan kematian kami, lebih sakit saat adikku Arya dan bibi Mina kamu bakar hidup-hidup." Maya memekik, melampiaskan semua amarah dalam hatinya yang selama ini terpendam, air matanya menetes tidak terbendung, nafasnya terengah karena desakan rasa sakit yang menjalar keseluruh tubuhnya yang membuatnya seakan tercekik.

"Tidak mungkin... ibuku bukan wanita jahat seperti yang kamu ucapkan." Tiffany berteriak membela saat Kania terus menangis.

Andre kemudian datang, tapi ia berjalan kesisi Maya bersama dengan Agung, dan sedetik kemudian sebuah video berputar dilayar monitor yang terletak di setiap sudut loby perusahan.

Air mata Tiffany menetes, Andre tidak hanya menghianatinya sebagai dua orang yang telah menjalin hubungan intim tapi juga ternyata ia adalah musuh dalam selimut.

Tiffany mengedarkan pandangannya kesetiap sudut layar monitor yang memutar semua kejahatan yang telah dilakukan oleh Kania, ibunya dan juga Raden.

"Hentikan.. aku mohon hentikan... siapapun matikan video itu." Tiffany menjerit histeris sambil terus mendekap ibunya yang telah diam tidak berdaya, ia merasa telah membuang bukti itu lantas mengapa mereka memilikinya, Randy sialan.. ia mengcopynya dan memberikannya pada Maya, hati Kania telah mencelos, ia telah kehilangan wajah dan harga dirinya. Semua video itu menunjukan dengan jelas siapa dirinya sebenarnya.

"Aku mohon... hentikan." Tiffany menagis sambil mengusapkan kedua tangannya memohon pada Maya tapi Maya memalingkan wajahnya.

Semua rasa malu yang dialami Kania tidak sebanding dengan apa yang telah Kania lakukan pada keluarganya.

Video masih terus berputar saat polisi kemudian datang menyeret Kania dengan paksa.

"Tidak.. lepaskan aku... lepaskan.." Kania meronta histeris, ia berpegangan erat pada Tiffany namun polisi menariknya dengan hasar hingga ia tidak berdaya lagi untuk berpegangan pada Tiffany yang kini merangkat mengejar ibunya.

"Jangan bawa ibuku... "

"Mamy..."

Akhirnya Kania mendapatkan balasan atas semua perbuatannya, ia menjadi terdakwa bersalah dengan pasal berlapis yang harus membuatnya menerima hukuman mati, atas semua kejahatan yag diperbuatnya sedangkan Randy menerima hukuman penjara seumur hidup.

Semua masalah dengan Kania telah terselesaikan, kini Maya telah berada dibandara bersama dengan Raden untuk ikut tinggal bersama dengannya di Beijing.

"Aku mempercayakan perusahaan padamu selama Maya mempersiapkan dirinya." Raden menjabat tangan Agung sebelum berpamitan.

Maya memeluk Agung erat "Aku akan sangat merindukanmu paman."

Agung lantas melepaskan pelukan Maya dan menyeka air mata Maya dengan lembut. "Jaga dirimu dan lupakan kesedihanmu.. berbahagialah nak." Pesan Agung, Maya mengangguk dan tersenyum tipis.

Melupakan kesedihan,, entahlah, selain kesedihan dan rasa sakit Maya tidak mengenal perasaan yang lainnya, semua kebahagian dan cinta telah di hapus dari memorinya.

Cintanya pada Marve akan ia kubur dalam-dalam di dasar luka hatinya.

Andre tersenyum, ia memberikan setangkai bunga mawar putih pada Maya, Maya tersenyum getir, saat melihat mawar, ia ingat akan indahnya mawar-mawar biru ditaman rumahnya dan Marve.

Keindahan yang berganti dengan rasa sakit. "Terima kasih." Ucapnya sebelum berjalan bersama dengan Raden, di ikuti oleh sekertaris pribadi Raden dan dua orang pengawal yang mengantar mereka menuju pesawat pribadi Raden.

Maya melepaskan kelopak terakhir dari mawar putih pemberian Andre dan kini hanya tersisa tangkainya saja, seperti hatinya yang tidak lagi memiliki kebahagiaan, Maya menatap kosong keluar jendela pesawat yang kini memperlihatkan hamparan awan yang terlihat lembut.

Bahkan dibalik kelembutan itu, jika ia melompat maka ia akan mati, tidak ada kebahagian sejati baginya, semuanya hanya ilusi sementara yang menyembunyikan jurang yang akan melemparnya kepada rasa sakit yang perlahan membunuhnya.

Maya memejamkan matanya, semua bayangan akan Marve, sejak pertama kali ia mengenalnya hingga ciuman pertama diantara mereka, air mata dan tawa bahagia, hentakan menggairahkan yang terjalin atas dasar cinta, ia akan mengubur semuanya di dalam hatinya.

Hingga saatnya tiba, ia akan kembali dengan semua kekuatan untuk melawan Marve, melukai harga diri Marve layaknya Marve melukai harga dirinya.

Maya tersenyum, ia menyapukan tangkai mawar diwajah halusnya lalu membuangnya kesembarang arah. Menahan nafasnya yang sudah tercekik dan melepaskan air mata terakhirnya untuk Marve.

"Tunggulah Marve,, aku pasti kembali untukmu."

....

VOL.1 SELESAI