Chereads / Main Love / Chapter 75 - pieces of secret (2)

Chapter 75 - pieces of secret (2)

Maya melangkah memasuki loby hotel dan tidak berapa lama Andre datang dan segera menghampirinya, Ia merangkulnya secara tiba-tiba hingga membuat Maya terperanjak.

"Astaga.. Kamu ingin membuatku terkena serangan jantung heuh?" Maya memekik setelah melihat ternyata Andrelah yang merangkulnya.

Dengan cepat ia menyingkirkan tangan Andre dari bahunya dan melangkah selangkah lebih dulu dari pada Andre sehingga Andre harus melebarkan langkahnya agar mereka dapat berjalan sejajar.

"Aku mengira ada wanita buta yang memerlukan bantuanku, jadi aku merangkulmu." Goda Andre, Maya segera menghentikan langkahnya dan lantas membuka kaca matanya.

"Aku tidak buta.. lihat baik-baik, jadi jangan menyentuhku sembarangan. Aku wanita yang sudah menikah." Oceh Maya dengan galak, ia menurunkan kaca matanya dan memperlihatkan mata bengkaknya.

Andre seketika terdiam, Maya segera kembali menaikan kaca matanya, ia sangat lupa dengan keadaan matanya saat ini dan buru-buru melangkah menuju restoran tempat mereka membuat janji sebelum Andre megintrogasinya.

"Apa yang terjadi?" Andre menahan langkah Maya, ia menatap cemas dan mencengkram bahu Maya lembut.

Maya terdiam, ia ingin sekali menangis saat ini begitu Andre menanyakan keadaanya.

"Aku hanya sedang sakit mata, jadi jangan memandangku lama-lama atau kamu akan tertular." Jawab Maya berbohong, dan Andre sama sekali tidak percaya dengan ucapan Maya, namun Maya telah menepis tangannya dan melangkah meninggalkannya.

Bahkan disaat seperti ini, ia masih memikirkan perasaan Marve. Maya kamu terlalu bodoh.

Maya menghardik dirinya sendiri, mengapa masalah selalu datang disaat ia bahkan belum menyelesaikan masalahnya dengan Kania.

"Maya.." Agung memanggil dan membuyarkan lamunan Maya yang sejak beberapa saat terdiam diambang pintu restoran.

Agung tidak sendiri, ia bersama dengan seorang pria dan dapat ia yakini jika itu adalah Raden, pamannya. Ia pernah melihatnya saat ia berumur lima belas tahun dulu dan senyumannya tidak pernah berubah.

Ringan seperti senyuman ibunya dulu...

Maya melangkah dengan percaya diri menghampiri meja dimana Agung dan Raden telah menanti disusul dengan langkah Andre.

Raden menyambut dengan tangan terbuka, ia memeluk Maya dengan penuh kasih sayang dan rasa penyesalan.

"Maafkan paman.. paman tidak dapat melindungimu selama ini." Raden menangis sambil terus mendekap Maya erat.

"Semua ini bukan salahmu paman.. sudah memang takdirku seperti ini." Maya menjawab dengan air mata yang berurai, ia oerlahan melepaskan pelukan Raden.

Agung ikut tersenyum haru begitupun dengan Andre yang bahkan ikut meneteskan air mata.

"Bagaimana keadaanmu? Kamu baik-baik saja nak? dan mengapa kamu memakai kaca mata?" Raden bertanya dengan bertubi-tibi tanpa jeda sedikitpun.

Mia menyeka air mata dibalik kaca matanya dan tersenyum lalu membuka kaca mata hitamnya dan memperlihatkan matanya yang sembab dan bengkak.

"Aku menonton film sedih semalam hingga terbawa suasana dan tanpa sadar aku menangis." Maya menjelaskan tanpa ditanya, Andre tahu jika Maya jelas berbohong karena tadi di loby ia mengatakan jika ia sedang sakit mata namun Andre memilih untuk diam karena Raden dan Agung terlihat mempercayai ucapan Maya.

"Kamu tumbuh cantik seperti ibumu." Ucap Raden kembali, ia terus menggenggam tangan Maya erat dan membelai rambutnya lembut.

"Jika saja kakakku masih hidup maka ia akan sangat bangga melihat putrinya tumbuh dengan sangat cantik." Raden berkata dengan sedih.

"Ya bahkan, Arya tumbuh menjadi pria tampan. Sayang sekali paman tidak dapat bertemu dengannya." Maya menimpali dengan perasaan sedih yang sama.

"Sekarang hanya tinggal kita berdua.. Kamu harus kuat nak." Raden menasehati dan Maya tersenyum mengangguk meskioun air matanya menetes tidak terbendung.

Agung menarik nafas, ia sangat menyesal karena semua kemalangan ini terjadi karena ia tidak berdaya pada saat itu.

"Sekarang.. apa rencana kita selanjutnya?" Agung akhirnya membuka suara, Andre kemudian mengeluarkan laptopnya dan menunjukan semua bukti kecurangan Kania sedangkan Raden mengeluarkan bukti yang dimilikinya.

"Tentang penemuan anting itu, polisi telah mengetahuinya dan apa yang diselidiki oleh anda polisi juga telah mengetahuinya jika Kania pemilik anting tersebut." Jelas Agung, Maya hanya dapat mendengarkan dengan seksama.

"Tapi polisi tidak dapat menangkap Kania karena kurangnya bukti dan juga ia telah melaporkan masalah kehilangan antingnya, itu artinya ia dapat berdalih saat polisi mengintrogasinya nanti dan lagi Randy sudah ditetapkan sebagai tersangka, akan sedikit sulit membuka kasus ini kembali jika kita tidak memiliki bukti yang kongkret." Agung menambahkan.

"Randy mengatakan jika ia telah memeriksa log panggilan ponsel Kania dan Kania tidak memiliki panggilan kepada siapapun dengan nomor asing, itu artinya kemungkinan ia sendiri yang membakar rumah itu."

"Sayangnya tidak ada satu wargapun yang memasang cctv didaerah situ." Andre menimpali.

"Mengapa kita tidak mengecek cctv jalan sebelum memasuki daerah itu, ada banyak cctv dijalan raya menuju daerah rumahku dulu. Pasti ada satu yang menanggap gambarnya atau setidaknya mobilnya." Maya bersuara kini.

"Betul kata Maya." Raden menimpali.

Agung mengangguk setuju begitupun dengan Andre, setelah pembahasan tentang kasus kebakaran selesai, Maya mengeluarkan sebuah USB dari tasnya dan memberikannya pada Agung.

"Aku menemukannya saat berkunjung ke makam orangtuaku.. sebelumnya aku mengunjungi Randy.." Maya mulai bercerita, pagi itu sebelum mengunjungi makam orangtuanya, ia menyempatkan diri melihat Randy.

Wajah Randy begitu ketakutan saat Maya berada dihadapannya kini. "Maya.." Tubuhnya bergetar saat melihat Maya tersenyum menatapnya.

"Randy.. kamu terlihat nyaman mengenakan pakaian tahanan itu." Maya memukai pembicaraan dengan menunjang dagunya dan menunjukan betapa santai dirinya.

"Entah apa yang sedang dilakukan Kania saat ini, bersenang-senang diluar sana dengan menjadikanmu kambimg hitam. Sungguh bodoh." Maya tersenyum mengejek.

Randy tidak merespon tapi raut wajahnya menunjukan jika ia menahan amarah dalam dirinya.

"Bi Mina bahkan menjadi korban, wanita yang konon kamu cintai.. Kamu membantu penjahat yang kini memenjarakanmu dan telah membunuh orang yang kamu cintai." Maya terus memprofokasi.

Randy mendesah, "Bukan aku yang membunuh Mina, aku menerima semua ini bukan karena aku tidak mampu melawan Kania. Ada rahasia yang kami simpan rapat. Aku menguburnya di dalam rahasia itu sendiri. Jika takdir berpihak kepadamu mungkin kamu akan beruntung mendapatkannya sebelum Kania menghancurkannya." Jelas Randy dengan tenang, ia sudah pasrah dengan keadaannya kini sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Maya.

Maya sama sekali tidak mengerti dengan maksud ucapan Randy sampai ia tidak sengaja menemukan sebuah kaleng transparan yang didalamnya ada sebuah USB yang bersembunyi dibalik rumput makam ibunya.

"Benda ini tersembunyi dibalik rumput dan terpendam namun mungkin karena belakangan hujan selalu turun jadi aku dapat melihat tutupnya dan mengambilnya." Jelas Maya.

Tanpa membuang waktu Andre akhirnya memasukan data dalam USB itu, ada dua file video didalamnya.

Dengan perlahan Andre memutarnya, sebuah rekaman cctv tanpa suara dimana sebuah toko yang terparkir sebuah mobil saat dengan mengendap Randy dan Kania datang dan segera membuka kap mobil berwarna merah itu, Randy terlihat memotong tali rem mobil sedangkan Kania mengawasi saat Andre memperbesar gambarnya meskipun buram tapi itu masih dapat terlihat.

Itu adalah mobil yang dikendarai oleh kedua orangtua Maya yang mengalami kecelakaan pada saat itu dan melihat tanggal video itu, itu adalah tanggal yang sama dengan tanggal kematian kedua orangtua Maya.

Mata Maya seketika memerah, ia menutup mulutnya dengan tangannya "Itu artinya kedua orangtuaku dibunuh oleh mereka?" Maya mencengram erat gaunnya, jika ia tidak dalam posisi duduk maka ia telah jatuh lemas.

Andre kemudian membuka file ke dua dan berlokasi disebuah rumah sakit dimana terlihat dua orang berpakaian perawat dan memakai masker memasuki ruangan bertuliskan kamar mayat.

Terlihat wajah cemas Kania yang saat itu tidak memakai masker bersama seorang pria dengan tanda lahir dilengannya, itu adalah Randy. Pria yang mempunyai tanda lahir besar itu asalah Randy, mereka yakin begitu mereka melihatnya.

Setelah beberapa saat kedua perawat itu keluar dengan mendorong dua ranjang yang diatasnya terdapat mayat.

"Mungkinkah.. mayat tersebut yang dijadikan Kania untuk memalsukan kematian Maya dan Arya?" Raden membuka suara.

Semua sudah sangat jelas kini, bukti ini dapat membuat Kania tamat dan mendapatkan balasannya atas semua perbuatan jahatnya.

...