Nafas Marve terengah, ia telah menghentikan tangannya menekan dada Maya.
Hanya menangis yang dapat ia lakukan, air matanya terjatuh tepat disudut mata Maya.
"Kamu bukanlah putri tidur, bodoh! Bangunlah.. Wajahmu sungguh jelek jika tidak berdaya seperti itu.. Maya... Maya.. Bangunlah, kumohon...." Ucap Marve ia terlihat marah namun kemudian ia kembali menangis diakhir kalimatnya.
"Kembalilah padaku, aku tidak dapat hidup tanpamu.. Maya kembalilah, aku mencintaimu.. Aku membutuhkanmu.. Maya kembalilah padaku." Pinta Marve, ia terus menangis kencang dan pikirnanya kacau, hatinya hancur terbelah, Maya terdiam lemas tidak berdaya.
Wajahnya begitu dekat dengan wajah Maya kini, air matanya membasahi wajah Maya.
"Maya, kembalilah sayang... Aku tidak pernah kecewa padamu.. Kembalilah padaku.."
"Bernafaslah.. Bernafaslah sayang." Ucap Marve suaranya tiba-tiba menjadi tenang sebelum mendaratkan bibirnya tepat di permukaan bibir Maya.