Suara hujan masih terdengar dari sudut jendela yang sengaja Bisma buka agar tubuhnya yang sejak tadi merasa panas dapat menjadi sedikit lebih dingin dan sarafnya melemas.
Namun walaupun udara sejuk menerpa dirinya, semua itu sama sekali tidak berguna karena Bisma masih saja merasakan darahnya mendidih terlebih karena tadi ia dan Herlyn larut dalam ciuman penuh gairah yang sangat sulit di kendalikannya hingga saat ini.
Bayang-bayang bagaimana Herlyn mendesah dan mencengkram bahunya terus terlintas dalam benaknya.
Tuhan.. Selamatkan aku, semoga imanku kuat.. Sekali lagi Bisma menghela nafas beratnya, sungguh sial karena ia merasa ingin menyentuh tubuh Herlyn lebih jauh lagi setiap detiknya.
Saat ini Herlyn masih berada dikamarnya, sejak sekitar sepuluh menit yang lalu, Herlyn mengatakan akan mengambilkan bantal dan selimut untuknya namun ia tidak kunjung keluar dari kamarnya.
