Maya memejamkan matanya, ia tidak dapat mengendalikan dirinya yang kini sudah berbaring lemas. Marve menyesap puncak kedua lekukan indah tubuhnya secara bergantian bagai sedang menghisap permen yang rasanya manis, Marve tidak mau berhenti jika Maya tidak berusaha setengah mati mengangkat kepala Marve.
Marve menyeringai, ia sangat senang dapat menguasai Maya saat ini, wajah Maya sangat menggoda, ia mendongakkan kepalanya seolah memang sengaja agar Marve menyapukan lidahnya diatas leher jenjangnya, menyisakan jejak kemerahan yang entah sudah berapa banyak jumlahnya.
Kepala Marve bergerak turun, begitupun dengan tangannya yang dapat dengan mudah meloloskan celana dalam Maya yang kini sudah ditanggalkannya.
Wajah Maya memerah, tubuhnya semakin memanas, ketika Marve mulai menyesap pusat dirinya. Ia menggelinjang dan mencengkram sprei dengan kuat sedangkan bibirnya tidak berhenti untuk mendesah.