Timur Dunia Samsara, Desa Tanah Teduh.
Terdapat sebuah desa yang berada jauh dipinggiran timur dari kekuasaan kekaisaran samsara. sejauh mata memandang, wilayah yang di kenal sebagai Tanah teduh itu di dominasi oleh hutan yang mengelilingi tempat tinggal para penduduk. mereka yang hidup di desa tanah teduh di kenal sebagai Ras Sayap Kiri.
Ras sayap kiri sendiri seperti memilih memisahkan diri dari dunia luar, bukan hanya karena banyaknya bukit yang seolah menjadi tembok yang sulit di lewati namun kenyataannya mereka juga hanya berinteraksi dengan sesamanya dan sangat menjauhi ras lain di luaran. kehidupan mereka sangatlah makmur, bisa di katakan tidak ada istilah kaya dan miskin di sana, kemungkinan yang ada hanyalah pihak yang mau berkerja atau tidak. mereka di atur oleh seseorang yang paling kuat di antara mereka, pihak yang kuat itu akan meminta yang lain untuk mengurus pekerjaan ini dan itu lalu hasil dari pekerjaan tersebut akan di bagikan merata kepada seluruh penduduk. seperti halnya yang sedang terjadi saat ini, para penduduk sedang membagi hasil panen pertanian dan perkebunan.
" pemimpin, terima kasih atas bimbingannya " ucap seorang pria paruh baya dengan senangnya seraya melambaikan tangannya.
seseorang dengan perawakan tubuh tinggi besar melangkah maju mendekati pria paruh baya tadi, dengan senyum yang terlihat di paksakan ia berkata " kakek hilda, sudah berapa kali aku katakan jangan panggil aku pemimpin, aku bukan mereka dan tak pernah sudi jadi seperti mereka "
" tapi nak zerva, kamu memang pantas menjadi seorang pemimpin "
" bukan itu masalahnya kek, aku... aku hanya membenci sistem ... " ucap zerva terhenti karena tepukan tangan di punggungnya.
" hilda... " ucap zerva lirih.
" kakek, kita semua adalah saudara jadi tidak ada pemimpin diantara kita, zerva hanya memberi arahan dengan meminta keikhlasan bukan memerintah dengan paksaan, tolong kakek mengerti itu " jelas seorang gadis manis berambut hitam panjang yang tadi dipanggil hilda.
" tapi, tetap sajakan nak zerva seperti seorang pemimpin "
" kakek!!! tidak perlu ada perdebatan, kakek lekas pulanglah, venus pasti kesepian dirumah karena sampai sekarang kak valen belum kembali "
" a,ah ya " ucap sang kakek sembari berlalu pergi.
" venus, tidak seharusnya kamu berkata keras pada kakekmu,... " ucap zerva sedikit kecut wajahnya
" berisik, ngomong-ngomong kenapa regu perebut belum kembali ya, apa mereka gagal "
" e,em.. iya juga ya, gagal? , dengan adanya kakakmu di regu itu seharusnya kecil kemungkinan untuk gagal "
" itu mungkin saja, tapi tetap saja... menurutmu apa tidak ada yang aneh dengan misi kali ini "
" aneh ? "
" emm, seperti mudahnya kita mendapatkan informasi atau seperti tidak adanya kesiapan dari kerajaan langit, terlebih... kenapa harus kita yang menjalankan, bukankah seharusnya ras tanduk yang lebih pantas karena jarak mereka yang terdekat, sedangkan kita justru yang paling jauh "
" hmm, ada benarnya, menurutmu kenapa? "
" entahlah, aku tidak bisa menebak jalan pikiran ' orang itu ' "
" kalau kau saja tidak bisa, apalagi aku "
" hahh, emm " hilda segera memegang telinga kanannya " ya, ada apa,... baiklah kami secepatnya akan kesana "
" ada apa? "
" mereka telah kembali, ayo "
zerva mengangguk.
****
Gua Hira
Sebuah tempat persembunyian berpintu serpihan penghalang, dari luar hanyalah terlihat layaknya kaki bukit biasa, namun ketika seseorang menyentuhnya dengan rapalan tertentu maka akan terbuka pemandangan baru yaitu pintu masuk Gua, seperti yang baru saja dilakukan oleh zevra.
zevra dan hilda melangkah cukup tergesa-gesa memasuki gua, terutama hilda yang terlihat cemas raut mukanya. zevra yang akhirnya di dahului langkahnya hanya sedikit tersenyum melihatnya.
memasuki ruangan utama yang terlihat adalah lebih dari dua puluh orang sedang berkumpul rapi dengan posisi seseorang duduk dikursi dan seseorang berdiri disebelahnya kecuali sesosok makhluk yang duduk tanpa di dampingi.
kedua bola mata hilda terlihat bergerak cepat, begitu cepat hingga raut wajahnya terlihat tegang, Ia lalu melangkah cepat, pandangannya begitu lurus, begitu lurus sampai-sampai seseorang yang memanggil dan menanyakan kabarnya pun hilda tidak memperdulikannya.
" di mana kakakku " ucap hilda keras tapi tertahan.
suasana seketika hening, hampir semua yang ada diruangan memalingkan mukanya, hanya seseorang yang duduk paling depan dan ditengah yang lain memandang hilda tajam.
" hilda, aku harap kau bisa menjaga emosimu "
" ma, maafkan kami unknow " saut zevra
hilda begitu tidak senang, ia berusaha menahan dengan menggerutu " cih "
" baiklah " ucap seseorang yang tampak begitu misterius dengan pakaian serba tertutup berwana hitam membuka pembicaraan. dari suaranya orang yang dipanggil unknow itu terdengar berat dan berwibawa.
" ada dua hal yang akan aku sampaikan padamu.. zevra dan terutama kamu ... hilda " lanjut unkow seperti menebar aura mengintimidasi.
" aku tidak akan menyebut ini sebagai sebuah keberhasilan karena kabar yang akan kalian dengar merupakan kabar baik yang terjadi karena kabar buruk "
hilda tersentak, ia mengerutkan raut wajahnya yang elegan menjadi tampak menyeramkan, genggaman erat kedua tangannya manjadi tanda hilda sudah berada di ambang batas. zevra yang terlihat melirik langsung menyadari gelagat hilda dan langsung melangkah sedikit maju seperti ingin menghalangi tubuh hilda.
" aku sebagai pemimpin tidak ... "
kali ini zevra yang tersentak, dengan nada begitu kesal dan membentak ia langsung memotong " sudahlah, hentikan pidatomu itu unknow, sampaikan apa yang seharusnya kau sampaikan, brengsek "
unknow terdiam sesaat, di sela itu tampak berdiri seseorang yang mengenakan full armor merah tua di tubuhnya menghardik " jaga bicaramu, wakil ketua cabang timur, zevra "
" diam kau, apa perlu kita selesaikan urusan kita di sini sekarang, ketua dari cabang utara, Laxus " balas zevra sengit.
" Aku tidak keberatan untuk itu jika memang kau sudah siap untuk mati hari ini "
zevra begitu membara, nyala aura biru menyelimuti sekujur tubuhnya. seperti menyambut, laxus pun terlihat beraura merah menyala.
" hentikan tindakan bodoh kalian " ucap unknow datar tapi entah mengapa begitu mendalam, setelahnya hawa dingin menyebar yang membuat semua orang tampak merinding, tak terkecuali hilda sekalipun. aura zevra dan laxus seketika padam.
" huh, dengar baik-baik, zevra - hilda, misi penyelamatan berhasil karena itu apa yang kita harapkan selama ini bisa kita mulai,.. tapi keberhasilan itu harus ditebus dengan keberadaan kakakmu, hilda "
sontak hilda meneteskan air mata tapi ia berusaha tegar, ketegaran sementara untuk membangun sedikit harapan, dengan sedikit terbata ia bertanya " keberadaan? katakan yang jelas, apa kakakku masih hidup atau sudah mati "
" entahlah, aku menyebut begitu karena aku tidak melihat keberadaannya baik itu masih hidup ataupun sudah mati, yang jelas dia tidak kembali "
" kalau begituu " ucap hilda terdengar berharap
" tapi menurut rekan-rekan kakakmu saat itu, ia harus menghadapi Jendral besar dari kerajaan langit dan kakakmu juga mengaktifkan elheim, terakhir kakakmu juga berpesan ' maafkan aku ' , aku tidak akan menyimpulkan terlalu jauh, aku secepatnya akan memastikannya sendiri "
" begitu ya " ucap hilda tenang. ibarat kata pepatah laut yang tenang itu berbahaya, begitupun ketenangan hilda. ucapan hilda yang tanang tidak seirama dengan gerak tubuhnya. hilda dengan beringas merengsek maju kearah makhluk yang sedari tadi tertunduk.
" ini semua karena salahmu makhluk sialan " teriak hilda menggema.
" hilda " seru zevra, pergerakan zevra yang berusaha menghalangi tidak cukup cekatan untuk sekedar menahan langkah kilat hilda.
" eh .... waaaaa " celetuk dan teriak makhluk yang di maksud hilda.
" hah, merepotkan " sambut unknow.
" gravitation " sambung unkown menjulurkan lengan kirinya. dampaknya hilda terjerembak dan menghancurkan bagian kecil meja lalu akhirnya menghantam tanah.
" tenanglah " ucap unknow.
hilda yang semakin marah dalam usahanya melepaskan diri dari tekanan sihir unknow menjerit sejadinya " el-Rasta-fafnir "
apa yang terjadi selanjutnya adalah terciptanya pusaran merah kehitaman yang semakin lama semakin meluas yang membuat sebagian orang terhempas.
unknow sedikit terkejut " tidak mungkin, pada tingkatannya.. hei, laxus... "
laxsus mengangkat tangan keatas seolah menggenggam sesuatu, sedetik kemudian muncul bayangan pedang merah menyala, laxsus langsung mengayunkan pedang bayangan kearah pusaran.
" woosshh "
" cih terlambatkah " keluh laxus.
zevra tampak sangat terkejut, apa yang ia kini lihat adalah wujud hilda berubah menjadi berarmor tubuh naga, dari celah mata tengkorak kepala naga yang menutup sebagian wajah hilda terlihat sorotan kilau biru kehitaman yang menyala. sorot mata itu seolah ingin menerkam apa yang ada di hadapannya tapi sangat aneh pemandangan yang tersaji, makhluk yang didepannnya justru menatap dengan prihatin.
" maafkan aku " ucap sang makhluk lirih seraya menyentuh pipi kiri tengkorak kepala armor hilda.
" graaaaa " sambut hilda mode armor naga.
" bahaya " ucap unknow.
situasi tidak memungkinkan lagi untuk siapapun mencegah atau melakukan tindakan apapun. begitu cepatnya kejadiannya, pilar cahaya merah muncul membungkus hilda mode armor dan makhluk di depannya.
ledakan sangat hebat yang menghancurkan hingga menembus atas gua serta menggetarkan
daratan terjadi.
zevra berlutut dengan wajah pucat " hilda, bohongkan, tidak mungkin... " ucap zevra parau melihat tidak ada sedikitpun yang tersisa dari posisi hilda dan makhluk tadi berada.
" hildaaaaaaa.... " jerit zevra sangat keras hingga menutup matanya.