Chereads / Trouble Marriage / Chapter 13 - Mariposa dan Alika

Chapter 13 - Mariposa dan Alika

Tuk tuk tuk

Suara ketukan heels setinggi lima centi itu terdengar memancing pandangan orang-orang yang berada disekitarnya. Orang-orang sontak langsung menyingkir untuk memberikan jalan pada gadis yang berjalan begitu anggun sambil memamerkan bahu dan lekukan tulang lehernya yang begitu mulus dan jenjang. Tak lupa kacamata hitam yang bertengger manis di tulang hidungnya yang mancung. Dan jangan lupa polesan make up yang terkesan natural namun tetap memberi kesan menor di wajah imutnya itu. Bibir ranum yang berpoles lipstik baby pink itu tersenyum pada orang-orang yang memperhatikannya.

(Kayak gini bajunya ya)

"Selamat siang." Sapa Mariposa saat tiba di meja resepsionis.

Tak lupa Mariposa memberikan senyuman manisnya. Dua pegawai perempuan yang berada di balik meja itu pun langsung tercengang. Seisi kantor langsung heboh seperti kedatangan artis papan atas terkenal hanya karena penampilan mencolok Mariposa.

"S-selamat siang, nona."

"Benarkah ini nona Mariposa? Wah, anda terlihat berbeda sekali semenjak menikah!" Pekik pegawai itu.

Mariposa terkekeh. Sudah ia duga jika penampilannya kali ini akan menuai banyak pujian. Mariposa yang dulu terkenal polos soal penampilan dan jarang sekali menyentuh make up, kini terlihat berubah drastis. Jika dulu Mariposa hanya menggunakan bedak tipis dan lip balm, maka hari ini Mariposa memoles seluruh bagian wajahnya dengan make up.

"Nona, ayo kita ke ruangan ayahmu." Ajak Marvel yang baru saja memarkirkan mobil.

Mariposa mengangguk lalu melambaikan tangannya pada dua pegawai resepsionis itu. Marvel dengan sigap berjalan disamping Mariposa. Semua orang yang melihat mereka berdua tentunya akan iri dengan visual yang dimiliki Mariposa dan Marvel. Walau sebagai pelayan, Marvel tetap memiliki karisma dan daya tarik sendiri. Sangat cocok dengan Mariposa yang cantik dan imut. Mereka lebih terlihat sebagai sepasang kekasih daripada sebatas pengawal dan majikan.

"Bisa bertemu dengan Satria?"

Deg

Mariposa langsung menghentikan langkahnya. Suara lemah itu baru saja menyebut nama Satria? Satria suaminya kan? Suaranya terdengar seperti seorang perempuan. Kenapa ada perempuan lain yang menanyakan suaminya?

"Ada apa?" Tanya Marvel.

Marvel terkejut dengan Mariposa yang tiba-tiba saja berhenti. Mariposa langsung berbalik badan. Perempuan yang baru saja menyebut nama Satria itu hanya meliriknya sekilas lalu kembali fokus menatap dua resepsionis yang sedang sibuk mencari informasi. Mariposa merasa tidak asing dengan wajah itu. Seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi kapan dan dimana?

Untuk memperjelas, Mariposa melepaskan kacamata hitamnya dan langsung memberikannya pada Marvel.

"Ada apa nona?"

"Aku seperti pernah melihatnya." Sahut Mariposa.

Pandangannya tak lepas dari gadis berambut pirang itu. Setelah menerima informasi dari resepsionis, barulah gadis tadi berjalan melewati Mariposa begitu saja. Tampaknya orang itu tidak menyadari jika mata Mariposa tak lepas memperhatikan gerak-geriknya.

"Kenapa dia menyebut suamiku?" Gumam Mariposa.

"Ayo. Lebih baik kita cari jawabannya sendiri."

Marvel langsung menggenggam tangan Mariposa dan mengajaknya pergi.

.

.

TING

Pintu lift langsung terbuka dan mereka sampai dilantai paling atas perusahaan. Lantai dimana hanya ada dua ruangan saja. Dan pegawai yang yang bekerja di lantai ini pun hanya sedikit dan hanya yang bagian yang paling penting saja. Sebab di lantai inilah siapapun bisa langsung terhubung dengan sang pimpinan.

Begitu keluar lift, suara ketukan heels yang Mariposa kenakan begitu menggema di sepanjang lorong menuju ruangan ayahnya.  Sangat sepi dan tenang. Tentunya Tuan Badra tidak akan mengizinkan siapapun membuat kebisingan di lantai ini atau mereka akan langsung di tendang keluar.

Dari kejauhan Mariposa bisa melihat meja sekretaris yang tampak penuh dengan map.

Mariposa kembali menghentikan langkahnya. Kali ini dia melihat sekretaris ayahnya sedang berbincang dengan perempuan familiar tadi. Wajah keduanya tampak serius sampai menyadari kehadiran Mariposa dan Marvel.

Gadis dan sekretaris itu langsung menoleh. Pijar yang merupakan tangan kanan Tuan Badra pun langsung memberi sapaanya pada Mariposa.

"Selamat siang, nona. Ada yang bisa saya bantu?" Pijar tersenyum.

Mata Mariposa belum lepas dari gadis itu.

Mariposa pun melangkah maju dan berdiri didepan perempuan yang berhasil membuatnya penasaran setengah mati hanya karena menyebut nama suaminya.

"Kau siapa?" Tanya Mariposa tanpa basa-basi.

Alika menoleh. Sebelum menjawab Alika menyempatkan matanya untuk menilai penampilan Mariposa dari atas sampai bawah. Terus begitu hingga Mariposa menunjukkan kerisihannya.

"Kenapa? Ada yang salah dengan penampilanku?" Tanya Mariposa sedikit kesal.

Alika menggeleng. "Tidak. Kau pasti istri Satria ya? Aku Alika." Alika menyunggingkan senyum.

"Darimana kau bisa kenal dengan Satria? Dan apa maumu kesini?"

"Tenang nona Mariposa, aku hanya ingin menyampaikan sesuatu."

"Sampaikan saja padaku. Aku istrinya."

Alika terkekeh. "Tidak bisa. Aku harus menyampaikannya langsung."

"Kau-"

Mariposa nyaris kembali mengomel sebelum Marvel menahan tangannya untuk mundur.

"Biarkan saja. Mungkin dia teman Satria." Bisik Marvel.

Mariposa hanya mengangguk pasrah.

"Sebentar lagi mungkin Tuan Satria akan keluar." Sahut Pijar.

Alika mengangguk.

"Lebih baik kita masuk. Bagaimana?" Tanya Marvel.

Tanpa menjawab Mariposa sudah lebih dulu masuk ke ruangan kebesaran itu. Mariposa sempat menghentakkan kakinya saat ia berjalan didepan Alika. Dan kelakuannya hanya mendapat balasan senyum kecil dari Alika. Itu yang membuat Mariposa semakin jengkel dengan Alika.

Brakk

"Sat.."

Mariposa tercengang melihat keseriusan Satria dibalik mejanya. Satria pun langsung mendongak. Begitu juga Tuan Badra yang terkejut dengan kedatangan putrinya. Tuan Badra langsung menatap Marvel, seolah menanyakan keberadaan Mariposa di kantornya. Tuan Badra memang sengaja menyuruh Marvel untuk datang ke kantor tapi tidak dengan Mariposa.

"Kenapa dia satu ruangan dengan ayah?" Tanya Mariposa sambil menatap ayahnya.

"Memangnya itu penting? Dia masih harus mendapat bimbingan dariku" balas Tuan Badra.

"Ck! Apa ayah tidak mengerti dengan privasi? Satria mungkin merasa tidak nyaman dipantau oleh ayah secara langsung seperti ini!" Omel Mariposa.

"Kau tidak berhak mengatur ayah." Sahut Tuan Badra dingin.

Mariposa mendecak lalu menghampiri Satria yang masih duduk di mejanya. Satria hanya diam, tak menyambut kedatangan istrinya. Bahkan Satria malah melanjutkan kembali kegiatannya saat Mariposa tepat berada didepannya.

Tiba-tiba sebuah goodie bag diletakkan dihadapannya.

"Aku membawakan makan siang untukmu, Mas."

Satria tak bisa berbohong soal perutnya yang memang sudah lapar sejak tadi. Perutnya berhasil terkuras akibat membaca buku-buku tebal milik Tuan Badra.

Mariposa langsung mengambil tempat depan Satria dan duduk di kursi yang ada. Mariposa mulai membuka satu persatu kotak bekal yang ia bawa. Dan perban di jari tangan kirinya berhasil menarik perhatian Satria.

"Ada apa dengan jarimu?" Tanya Satria datar.

Mariposa langsung menyembunyikan jarinya yang terbalut perban. Mariposa melirik Tuan Badra sebentar dan beruntung Tuan Badra sedang berbincang dengan Marvel, jadi kemungkinan besar tidak mendengar sahutan Satria barusan.

Mariposa menempelkan jari telunjuknya di bibir.

"Ssttt! Kita bahas nanti saja ya?" Bisik Mariposa.

Satria hanya mengangguk datar. Toh, ia tidak peduli dan tidak mau peduli mau sejauh manapun Mariposa terluka. Pertanyaan barusan hanyalah sekedar basa basi karena Mariposa sudah membawakannya bekal.

"Bagaimana? Enak tidak?" Tanya Mariposa saat Satria memasukkan satu sendok makanan ke dalam mulutnya.

Satria berdehem lalu mengangguk kecil. Seukir senyum tercipta diwajah Mariposa. Sudah ia duga jika masakannya tidak ada yang gagal. Satria dengan giat melahap satu persatu masakan istrinya. dan lelaki itu tertegun ketika mencicipinya.

Rasanya seperti masakan ibu.

kemudian Satria kembali melahap makanannya. Mariposa tersenyum geli. ternyata sudah ia duga jika Satria pasti akan menyukai masakannya. pensiun masak lima tahun tak membuat Mariposa lupa cita rasa masakannya.

"sudah lama aku tidak makan seperti ini." sahut Satria.

Mariposa mengangguk lalu menatap Satria dengan serius. ah, perempuan yang berada diluar tadi. sebenarnya siapa dia? 

"makan saja semuanya sampai habis, aku tidak makan. aku sudah makan di jalan tadi." sahut Mariposa tiba-tiba.

Satria mendesis. "memang siapa yang akan menawarimu? aku memang berniat memakan semuanya sendirian." 

Mariposa terkekeh. 

"umm, Mas, aku mau bertanya sesuatu." 

Satria yang masih sibuk makan pun hanya mengangguk, membiarkan Mariposa bertanya. 

"kau punya kenalan seorang perempuan?"

Satria langsung berhenti mengunyah dan menatap Mariposa bingung.

"Bukan urusanmu." Ketusnya.

Mariposa menghela nafas. "Aku bukan bermaksud untuk ikut campur tapi-"

TOK TOK TOK

Mariposa langsung melirik ke Marvel. Begitupula sebaliknya. Sementara Satria tetap melanjutkan makannya, tak peduli dengan keadaan sekitar yang tiba-tiba sunyi dan tegang.

"Masuk!"

Sial. Itu pasti perempuan bernama Alika tadi. Dan Tuan Badra malah menyuruhnya masuk. Mariposa merasa tenggorokan nya tercekat ketika pintu terbuka perlahan.

Mariposa tidak ingin Satria yang sudah menjadi miliknya itu tersentuh oleh perempuan lain selain dirinya.

Dan Mariposa menduga jika Alika pasti kenal dengan Satria. Jika tidak, Alika tidak akan tahu nama Mariposa yang berstatus sebagai istri Satria sekarang.

"Permisi Tuan, ada seseorang yang mencari Tuan Satria." Sahut Pijar ramah.

Tuan Badra hanya mengangguk lalu membereskan mejanya sedikit.

"Marvel, temani aku mencari makan siang. Dan tamu itu biar Satria yang mengurusnya." Tuan Badra bangkit dari duduknya.

Marvel melirik Mariposa yang terlihat cemas. Sama dengan Mariposa, Marvel cemas dan tidak setuju jika sampai Satria berhasil bertemu dengan Alika. Bedanya, Marvel ingat siapa Alika sebenarnya. Alika adalah gadis yang bersama Satria saat mereka pertama kali menemukan Satria. Dan Marvel tidak bodoh untuk mengetahui apa hubungan Satria dengan Alika. Marvel sudah menduga jika Alika adalah kekasih Satria. Bahkan saat pertama kali melihat kedekatan Alika dan Satria pun Marvel sudah mengetahuinya. Kebahagiaan dan tatapan cinta terlihat sangat jelas di wajah keduanya ketika sedang bersama.

Walau mengetahui semua itu, Marvel enggan memberitahu Mariposa. Biarkan Mariposa mengetahuinya sendiri dari mulut Satria langsung karena Marvel tidak berhak mencampuri urusan rumah tangga mereka.

Satria pun menyelesaikan makan dengan cepat. Lalu setelah minum, Satria bangkit dan berniat untuk keluar ruangan.

"Mau kemana?" Mariposa menahan lengan Satria.

Satria langsung menepisnya. "Menemui orang yang ingin bertemu denganku."

"Jangan!"

Alis Satria saling bertautan. "Apa maksudmu?"

"Makan buahnya dulu, Mas." Ucap Mariposa yang terdengar seperti memohon.

"Aku sudah kenyang. Kau makan saja." Balas Satria datar.

Tuan Badra dan Marvel pun memutuskan untuk segera pergi daripada terus mendengar perdebatan kecil sepasang suami istri itu.

"Ayo, Tuan." Ajak Marvel.

~

Nafas Satria tercekat. Matanya beku ke satu titik yang berdiri didepannya. Tubuh kurus,mungil, dan lemah itu berjalan maju mendekatinya. Setelah berhasil meloloskan diri dari rengekan Mariposa yang tidak jelas, Satria pun langsung menemui tamunya. Dan begitu terkejutnya Satria melihat siapa tamu yang mengunjunginya.

Pantas saja Satria sempat heran ketika tahu ia mendapatkan seorang tamu. Padahal tidak ada yang dikenalnya selain Alika. Terlebih saat ini ia sedang berada di kota.

Satria langsung maju dan memeluk Alika. Begitupun sebaliknya.

"Kau sudah kembali?" Tanya Satria.

Alika mengangguk. "Aku memutuskan untuk pulang lebih cepat dan mengunjungimu."

Satria mengecup puncak kepala Alika dengan penuh sayang. Mariposa yang berdiri diambang pintu ruangan ayahnya pun hanya bisa mengepalkan tangan sambil menahan sesak. Satria terlihat begitu sangat menyayangi Alika. Bahkan Satria tidak berhenti senyum semenjak matanya melihat kehadiran Alika disini. Berbeda ketika sedang bersama Mariposa yang hanya ditatap datar dan dingin oleh Satria.

Mariposa meremas roknya.

Siapa sebenarnya Alika?

"Bagaimana pekerjaanmu?" Tanya Alika setelah pelukan mereka terlepas.

"Sampai sini aku masih bisa menyesuaikan."

Alika mengangguk paham. Lalu keduanya kembali berpelukan. Seolah tak mempedulikan kehadiran Mariposa dan Pijar yang kesal smmelihat sepasang kekasih itu. Pijar menatap Mariposa dengan prihatin. Padahal kemarin mereka baru saja menikah. Tapi kini suaminya sudah selingkuh tepat didepan mata sang istri. Siapa yang tidak akan sakit hati melihatnya. Bahkan Pijar yang bukan siapa-siapa saja ikut merasakan kekesalan yang Mariposa alami.

Karena tidak kuasa menahannya terlalu lama, Mariposa pun maju mendekati kedua insan yang masih saja berpelukan. Mariposa tidak bisa diam saja ketika suaminya sedang berpelukan dengan perempuan lain. Satria hanya miliknya seorang.

"Aku istri Satria dan hanya aku yang berhak memeluknya!" Ketus Mariposa.

Pelukan Satria dan Alika pun terlepas. Satria menatap Mariposa sinis.

"Kau tidak berhak mencampuri urusanku!"

Mariposa menggeram. "Tentu saja aku berhak! Aku kan istri sah mu. Bahkan negara ini pun sudah meresmikan aku denganmu, Sat."

Satria tertawa sinis. Ia pun segera merangkul Alika dan langsung mendapat pelototan tajam dari istri sahnya.

Kini tatapan Mariposa tertuju pada Alika. Bahkan Alika hanya diam dan seperti menikmati pertengkaran rumah tangga orang yang ditimbulkan oleh kehadirannya.

"Bukankah kau tahu jika aku istrinya Satria? Kau bahkan mengatakan itu tadi saat kita bertemu." Ucap Mariposa sinis.

"Apa? Jadi kalian sudah bertemu?" Tanya Satria.

Alika dan Mariposa mengangguk secara bersamaan.

"Aku bertemu dengannya di lobby." Sahut Alika.

Satria semakin mengeratkan rangkulannya. Untung saja di lantai itu bukan tempat dimana banyak orang yang lalu lalang. Dan juga untungnya Tuan Badra sedang tidak ada. Jadi Satria bisa bebas memaki Mariposa selagi ada kesempatan. Dan mungkin ini saatnya Satria mengeluarkan semua kekesalan yang ia pendam dan mengakui Alika sebagai kekasihnya. Bagaimanapun juga Satria harus membuat Mariposa terpojok agar gadis itu bisa berhenti mengganggu Satria.

"Kau siapa? Apa hubunganmu dengan suamiku?" Tanya Mariposa langsung.

Tepat waktu. Mariposa bertanya ketika Satria sedang ingin menjelaskan.

"Alika adalah pacarku. Dia gadis yang aku sukai bahkan aku cintai. Bagiku, dia lebih cantik darimu, Mariposa."

Mariposa tercengang. Matanya menatap Satria dan Alika secara bergantian. Lalu Mariposa menggeleng.

"Tidak mungkin!"

"Mungkin. Dan itu memang benar kenyataannya. Sekarang kau sudah tahu jadi berhenti menggangguku seolah aku itu benar-benar menganggapmu!" Ucap Satria sedikit berteriak.

Pijar langsung menghampiri Mariposa dan berdiri disamping gadis itu. Pijar juga memberikan usapan kecil dipundak Mariposa. Lalu menatap Satria dengan tajam.

"Tuan, anda tidak berhak mengatakan itu semua. Nona ini adalah istri anda sekarang." Ucap Pijar.

"Kau tidak usah ikut campur! Sebentar lagi aku juga akan jadi atasanmu jadi jangan bersikap seenaknya!" Ketus Satria.

Mariposa tidak percaya jika yang ada dihadapannya saat ini adalah Satria, suaminya sendiri. Kini Satria terlihat lebih berani. Apalagi dengan semua yang diucapkan pria itu.

Jadi sejauh ini Satria benar-benar tidak menyukainya sedikitpun?

"Nona, sebaiknya anda istirahat di dalam." Bisik Pijar.

Mariposa mengepalkan tangannya.

"Maaf Mariposa, tapi aku memang kekasih Satria." Kini Alika yang berbicara.

Nada bicara Alika sangat tenang. Tidak ada unsur provokatif dibalik nada bicaranya. Tapi tetap saja Mariposa kesal. Mariposa mendengus.

"Seharusnya tadi aku langsung mengusirmu selagi kau masih di lobby." Kata Mariposa.

Pijar pun mengangguk setuju.

Dan Alika hanya tersenyum kecil. Ingin sekali rasanya Mariposa membanting suatu barang disana. Tapi sayangnya kali ini Mariposa tidak ingin membuat keributan di kantor milik sang ayah karena takut orang lain tahu. Jika orang lain tahu, maka nama ayahnya juga akan tercoreng jelek karena kelakuan Mariposa sebagai anaknya. Selain itu Mariposa juga tidak ingin terlihat semakin buruk didepan Alika dan Satria.

Mariposa harus bisa meyakinkan diri jika dirinya jauh lebih baik dari Alika hingga Satria akan memilihnya.

Mariposa hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dengan kuat hingga jari-jarinya terlihat memutih.

"Mbak Pijar, tolong pangil supir untuk mengantarku pulang." Ucap Mariposa pelan.

"Baik, Nona."

Kini Satria dan Mariposa pun saling berpandangan. Satria menatapnya dengan penuh kebencian sedangkan Mariposa menatap suaminya dengan sorot kecewa.

"Aku- harus pulang." Lirih Mariposa.

Pijar pun kembali sambil membawa tas Mariposa yang tertinggal di ruangan.

"Aku tetap menunggumu, Sat."

Mariposa tersenyum kecil.

Satria tertawa sinis.

"Dan aku tidak peduli."

~~

Next?