Chereads / Terdampar Di Pulau Kapuk / Chapter 2 - Seperti orang kerasukan

Chapter 2 - Seperti orang kerasukan

Steven ingat kalau saat ini ia sedang bermimpi.

Sebelumnya, ia sedang mengadakan pesta bersama para awak diatap kapal. Mereka sedang merayakan anniversary Giani dan Steven yang ketujuh tahun.

Jenis perayaan yang berbau alam seperti ini adalah kesukaan Giani, Steven pun hanya mengikuti saja. Toh, ia selalu senang dengan segala ide cemerlang yang Giani berikan.

Tahun lalu, Giani mengajak Steven anniversary dengan survival di puncak Gunung Kerucut, salah satu gunung di hutan hujan tropis Asia yang tidak pernah didaki. Gunung itu bukanlah objek wisata, melainkan gunung perawan dihutan lindung.

Tahun ini, Giani mengajaknya keliling laut selama satu bulan full tanpa mendarat dimanapun. Hanya berdua, bersama para awak kapal juga.

Ia bahkan tidak memikirkan seberapa banyak biaya yang keluar. Untungnya Steven dan Giani adalah pasangan miliarder.

Tadi, Steven minum alkohol terlalu banyak sehingga ia mengantuk dan tertidur pulas di pertengahan pesta.

Steven pun tertawa, ia tidak takut lagi, toh dia sedang bermimpi. Ia pun buru-buru menarik tangan Giani.

"Ada apa, Beb" tanya Giani penasaran

"Ada yang mau aku bilang sama kamu"

"Nanti dulu, aku masih nyusui anak aku" Giani kembali menyusui anaknya dari sisi luar kandang, masih berdiri di atas kapal darurat. Kandang itu tidak memiliki jalan masuk apalagi bagian kosong untuk berdiri.

Steven bergidik ketika melihat darah yang keluar dari payudara Giani.

Ia menyusui anaknya terlalu lama sehingga bayangan yang mengejar mereka tadi mendekat. Sontak saja, Steven dan Giani kembali terkejut dan panik, Giani segera menghentikan penyusuannya dan membantu Steven mendayung menjauhi setan-setan itu.

"Kamu mau bilang apa tadi Beb?" tanya Giani.

Steven tertawa lagi "Kamu sadar gak sih, kita sedang ada didalam mimpiku"

Giani tampak terkejut.

Mendadak wajahnya jadi kelam dan penuh kebencian. Steven jadi heran, sepertinya Giani gak mengerti maksud Steven.

"Kamu ingat gak, sekarang kan aku lagi tidur di ppertengahan pesta kita dikapal tadi" jelas Steven.

Namun, semakin Steven memperjelas bahwa ia sedang ada didalam mimpi, semakin Giani tampak aneh, wajahnya berubah menjadi suram, tubuhnya semakin tinggi, kuku kukunya panjang, taringnya juga memanjang.

Steven jadi ngeri, wajah Giani penuh ancaman, seolah sebentar lagi ia akan menyerang Steven. Steven jadi waspada, ia segera menjaga jarak, namun Giani lebih cepat menerkamnya.

"Dia yang bersamamu adalah dia yang membunuhmu"

Suara asing itu entah muncul dari mana!

Steven sangat panik, dia meronta-ronta, seraya memaksa dirinya sendiri agar bangun sekarang juga.

"Woy, Steven bangun, bangun Steven..."

"Bangunnnnnn"

Steven terperanjat dikursi yang sama seperti yang ia duduki tadi. Namun kali ini ia sudah ditutupi jaket wangi milik Giani.

Semua orang dipesta itu terkejut dan menatap Steven dengan heran, termasuk Giani yang ternyata setia duduk disebelah Steven sedari tadi.

Steven balas menatap mereka semua dengan tajam, aura ketakutan terpancar di bola matanya.

"Kamu kenapa Beb, mimpi buruk ya?" tanya Giani dengan nada khawatir, seraya menyenggol lengan Steven dengan lembut.

Steven tersentak kuat gara-gara senggolan Giani, seperti kucing liar yang tiba-tiba disentuh.

Giani terkejut. Bingung.

Steven menatapnya dengan tajam, memperhatikan dengan intens wajah khawatir Giani yang berubah menjadi waspada.

Giani merasakan aura yang berbeda dari pacarnya ini, ia seperti ular yang sedang menghitung langkah sebelum tiba-tiba mematuk mangsanya.

Semua orang disana merasakan aura itu, mereka khawatir kepada Giani yang paling dekat dengan Steven saat itu.

Namun, Giani lebih-lebih khawatir pada dirinya sendiri, ia diam-diam mendorong meja untuk memperluas jalan keluar jika Steven menyerangnya nanti.

Steven malah mencengkeram lengan Giani, membuat ia semakin takut.

Tidak ada yang berani berkata.

Tidak ada yang berani bergerak.

Bernafas pun jadi sulit.

Steven tidak pernah terlihat aneh seperti ini. Dia selalu menjadi pria yang bersikap lembut kepada wanita, terutama Giani.

Ia seperti orang yang sedang kerasukan.