Happy Reading gengs ๐
โค๏ธโค๏ธโค๏ธโค๏ธโค๏ธ
"Pagi, Nan!" sapa Danisha pada Kinan yang tengah sibuk pada satu buku.
"Eh, Mbak Dani. Pagi juga, Mbak. Wah, tumben banget pagi-pagi udah mampir."
"Iya, nih. Ada perlu sama Cla. Bos lo ada kan? " tanya Dani basa basi.
"Ada kok diruangannya, Mbak. Tapi gitu deh. Mukanya nyeremin dari tadi pas dateng sampe sekarang," curhat Kinanti pada Danisha.
"Ya, udah deh. Gue masuk dulu ya, Nan?" pamit Danisha.
Danisha berjalan menuju ruangan Clarista yang pintunya tertutup rapat. Tiga kali ketukan tidak ada jawaban dari Clarista. Maka Danisha membuka dengan santai pintu ruangan tersebut.
Terlihat disitu Clarista tengah sibuk dengan sketsa-sketsa baju miliknya. Tidak ada niat sama sekali untuk melihat siapa tamu yang masuk ke ruangannya.
"Kenapa handphone lo nggak aktif?" tanya Danisha tanpa basa basi.
Clarista tetap diam, tidak mengacuhkan pertanyaan Danisha barusan. Berpura-pura tidak mendengar meskipun ia tau jika sahabatnya ini mengajaknya bicara.
"Cla, gue lagi ngomong sama lo. Ponsel lo kenapa nggak bisa dihubungi," tanya Danisha lagi dengan nada yang lebih tinggi.
"Udah gue hancurin," jawab Clarista datar.
"Lo kenapa sih, Cla?" tanya Danisha kesal.
"Gue nggak kenapa-kenapa!" Clarista menjawab tetap dengan kesibukannya mendesain gaun-gaun milik kliennya.
"Lo childish banget sih, Cla. Sikap lo kekanakan kayak gini tau nggak!" kesal Danisha.
"Gue childish?"
"Bukannya kalian yang childish! Ninggalin gue berduaan dengan Nico. Kalian pikir tindakan kalian nggak childish?" jawab Clarista dengan emosi.
"Apa salahnya? Kita pengen lo baikan sama Nico dan juga Nico yang mohon-mohon sama kita buat dia bisa ngobrol empat mata sama lo," jelas Danisha.
"Tanpa persetujuan gue? Lo semua mengaturnya? Gue udah nggak peduli lagi tentang dia. Gue udah maafin dia. Tapi inget, gue cuma maafin dia. Kalo kata lo gue maafin dia bakal menghapus memori kelam gue sama dia? Lo salah besar. Lo nggak pernah ada diposisi gue dan nembak cowok didepan orang rame, terus lo ditolak mentah-mentah dengan segala caci maki. Lo nggak pernah ngerasain!" jelas Clarista panjang lebar dengan emosi menggebu.
"Gue tau, Cla. Gue taโ" ucap Danisha dipotong Clarista tiba-tiba.
"Lo tau apa? Tau rasa sakitnya ditolak didepan orang rame. Lo nggak tau apa-apa, Dan. Lo nggak pernah ngerasain yang gue rasain. Mending lo pergi aja dari sini. Pintunya disebelah sana. Gue males berdebat panjang sama lo."
Danisha menatap nanar sahabatnya. Belum pernah mereka bertengkar hebat seperti ini dan Danisha shock melihat Clarista bisa mengeluarkan emosi seperti saat ini.
Danisha kecewa pasti tapi ia tau pasti Clarista lebih kecewa atas tindakan mereka semalam yang membuat sang desainer murka pagi ini.
"Cla, gue minta maaf. Gueโ"
"Pintu keluar ada disana. Gue sibuk!" ucap Clarista singkat dan datar.
Air mata menggenang dipelupuk mata Danisha. Ia tidak menyangka jika sahabat baiknya akan semarah ini padanya. Danisha berjalan menuju pintu ruangan, akan tetapi terhenti ketika ada seorang wanita cantik didepannya.
"Hei, sorry. Lo Danisha, kan?" Danisha mendongak sambil menyeka air matanya yang tiba-tiba jatuh dan langsung memandang lekat ke arah wanita yang mengajaknya bicara.
"Iya, lo kenal gue dari mana?" tanya Danisha bingung dan terlihat wanita itu tersenyum ke arah belakangnya.
Ternyata Clarista sudah berdiri dengan memasang wajah ramahnya dan berbanding terbalik dengan kejadian beberapa menit yang lalu pada Danisha.
"Dia Vistania, klien gue. Seorang model internasional, Dan," ucap Clarista memperkenalkan wanita cantik semampai di hadapannya ini pada Danisha.
"Oh, hai... Danisha."
"Iya. Siapa sih nggak kenal sama seorang Danisha. Calon Istri pengusaha sukses sekelas Dima," ucap Tania sembari bercanda pada Danisha.
"Tan, Dan, masuk dulu gih. Kita ngobrol di dalam aja," kata Clarista santai.
Danisha menatap ragu ke arah Clarista namun dibalas sahabatnya itu dengan senyum simpul dan gerakan kepala menyuruh masuk.
"Maafin aku ya, Cla. Udah bikin kamu repot. Mami aku pengennya dipercepat aja pertunangan aku. Calon mertua aku juga begitu. Jadi ya aku bisa apa selain ngerepotin kamu terus," jelas Tania dengan nada yang tidak enak.
Clarista hanya tersenyum sangat dipaksakan mendengar ucapan Tania. Begitupun Danisha memandang iba sahabatnya.
"It's oke kok, Tan. Kamu mau fitting sekarang atau nanti?" tanya Clarista pada Tania.
"Sekarang juga nggak kenapa-napa. Soalnya Mami aku sebentar lagi sampai," ucap Tania girang.
"Oke. Sebentar, ya? Aku kabari asisten aku dulu," sahut Clarista menelepon dari telepon kantornya, "Kinan, nanti kalo ada orang tuanya Mbak Tania, langsung suruh ke fitting room aja, ya?" dan Clarista menutup sambungan teleponnya dan memberi isyarat untuk beranjak dari ruangannya menuju fitting room.
๐๐๐
Clarista mempersilakan Tania masuk ke ruang ganti. Disana Tania dibantu oleh pegawai-pegawai butik Clarista yang sudah pasti telah piawai memasangkan gaun pada klien.
Sembari menunggu Tania bersiap mencoba gaun yang di pesannya, Clarista dan Danisha hanya berdiam diri. Clarista masih mendiamkan Danisha, sedangkan calon istri Dima itu tidak ingin membuat sahabatnya semakin marah padanya.
Sepuluh menit dalam keadaan hening, tiba-tiba pintu fitting room diketuk seseorang dari luar. Sontak membuat Clarista dan Danisha menoleh bersamaan ke arah pintu tersebut.
๐๐๐
"Dani jadi ke butik, Cla? " tanya Gio pada Gisel.
"Kayaknya sih iya. Soalnya tadi pagi Dani udah whatsapp aku," ucap Gisel sambil menyenderkan kepala ke bahu Gio.
"Menurut lo, Cla bakal bereaksi gimana ya sama kita?" tanya Grenda.
"Enggak berani tebak gue. Lo tau gimana Cla, kan? Orangnya susah ditebak. By the way, udah ada kabar dari Danisha belom?" kata Gisella.
"Kenapa kalian kayaknya galau banget sih. Kalo menurut gue, Cla bakal baik-baik aja kok," ucap Alex enteng.
"Lo nggak tau sih gimana Cla, Lex. Gue cuma takut aja dia marah karena udah ninggalin dia berduaan aja sama Nico," timpal Gisella.
"Tapi 'kan niat si Nico baik. Dia mau minta maaf sama si Cla. Terus kenapa Clarista harus marah sama kalian? Bagus dong kalo dia baikan sama Nico. Siapa tau mereka jodoh," ucap Alex.
"Jodoh pala lo," Gio menimpali ucapan Alex.
"Lho, kenapa? Ada yang salah? Kayak gue sama Grenda. Nggak ada yang nyangka, kan?" kata Alex santai.
Gisella,Grenda dan Gio menatap jenuh wajah tanpa dosa milik Alex.
"Lo bakal tau nanti. Tapi emang lo sama Grenda pacaran? Bukan partner bobo bareng?" ucapan Gio menohok Alex dan Grenda.
Grenda yang sedang minum tiba-tiba tersedak minumannya dan Gisella membantu mengelus-elus punggungnya.
"Kita berdua malah udah komitmen ya nggak, Babe?" tanya Alex meminta persetujuan dari Grenda.
Grenda hanya memutar bola matanya malas dan segera beranjak menuju dapur untuk mempersiapkan makan siang mereka.
"Mampus lo. Ngomong nggak ada bukti sama dengan bohong, Lex!" ejek Gisella yang ditanggapi dengan kekehan dari Gio.
"Brengsek lo berdua," umpat Alex dan segera mengejar Grenda ke dapur.
๐๐๐
Ketukan pintu fitting room membuyarkan segala lamunan Clarista dan Danisha. Keadaan sunyi senyap dan aura dingin diantara mereka kembali cair akibat ketukan pintu tersebut.
"Iya. Silakan masuk," ucap Clarista dari dalam ruangan.
"Maaf, Mbak Cla. Ini ada tamu keluarganya Mbak Tania," jelas Kinan pada Clarista.
"Oh, iya. Suruh aja kesini, Nan. Makasih, ya?" jawab Clarista.
Kinanti membukakan lebar pintu fitting room, tempat dimana Clarista, Danisha dan Tania berada. Terlihat ada dua wanita yang sudah berumur namun masih terlihat cantik dan modis.
"Silakan masuk, Bu. Kenalkan saya Clarista dan ini sahabat saya Danisha," jelas Clarista pada dua wanita paruh baya itu.
"Terimakasih Nak Cla dan Nak Dani. Saya Maminya Tania. Panggil aja Tante Desi dan ini Ibu Mertua Tania, Tante Nita," ucap Mami Tania.
"Mari, Tante. Silakan duduk. Kebetulan Tania sedang mencoba gaunnya. Mungkin sebentar lagi akan keluar," jelas Clarista ramah.
Tante Desi dan Tante Nita hanya tersenyum anggun dan mengangguk mendengar ucapan Clarista. Danisha terlihat berpikir keras, menatap kedua wanita paruh baya yang sedang asyik dengan handphone-nya sendiri.
"Hallo? Kamu dimana, Nak? Mama udah di butik. Oke, baiklah. Mama tunggu. Segera ya, Nak?" terdengar suara Tante Nita sedang menelpon seseorang yang sepertinya itu anaknya.
"Kamu sudah lama punya butik ini?" tanya Tante Desi pada Clarista.
"Masih baru, Tan. Baru beberapa tahun belakang ini, mungkin kurang lebih 2 tahun-an. Merintis pelan-pelan," jawab Clarista merendah.
"It's so big, Darling. Kamu berbakat. Saya suka sekali sama anak muda yang mau berkreasi. Dan karya kamu Tante dengar sudah sering dipakai artis-artis dan model-model, ya?" tutur Tante Desi memuji Clarista.
"Tante berlebihan. Karya aku masih biasa-biasa aja kok," jawab Clarista singkat dengan senyum simpul.
"Tapi beneran loh, Nak Cla. Iya 'kan Nak Danisha?" Tante Desi mencari dukungan dari Danisha dan ditanggapi dengan anggukan serta senyum lebar dari perempuan itu.
"Kayaknya Tania udah siap buat keluar. Aku tinggal sebentar ya, Tan?" Clarista pamit menuju tirai yang menutupi Tania serta gaun yang dipakainya.
๏ฟผ
Begitu tirai dibuka, Tania sudah siap dengan posenya yang begitu anggun. Gaun impian Tania untuk pesta pertunangan dibuat begitu indah oleh tangan terampil milik Clarista. Semua orang disitu memuji kecantikan dan keanggunan Tania dalam balutan gaun rancangan Clarista.
"Cla, perfect! Aku suka banget! Ya, ampun," Tania memekik girang seraya memainkan rok gaunnya dan Clarista tersenyum bahagia.
"Tania, kamu cantik banget. Dan Cla, makasih ya udah bikinin gaun secantik ini buat Tania?" ucap Tante Desi
"Kalo calon Suami kamu lihat? Pasti dia makin jatuh cinta sama kamu, Sayang," kata Tante Nita yang sontak membuat Clarista mendadak kehilangan senyumannya.
"Sayangnya dia sibuk. Nggak bisa nemenin aku fitting hari ini, Mam," ucap Tania pelan pada Tante Nita yang dia panggil Mama.
"Tenang saja, Sayang. Nanti dia kesini. Tadi sudah Mama telpon, jadi dia wajib nyusul kesini. Kayaknya dia lagi dijalan," jelas tante Nita pada Tania yang membuat mata perempuan itu berbinar.
"Serius mam?" tanya Tania excited.
Tante Nita mengangguk kepala tanda mengiyakan. Clarista berjalan menuju Tania berdiri dan mencoba bersikap profesional menahan emosi dalam dirinya.
Clarista membenahi gaun yang dipakai Tania yang belum 100% siap. Gaun ini baru 95%, ada hal-hal kecil yang harusnya dibenahi.
Ketukkan pintu fitting room membuat semua yang ada disana sontak menoleh dan Danisha berjalan menuju knop pintu untuk membukanya.
Seorang pria berkemeja merah maroon slim dan bercelana kain dengan sepatu mengkilap, dandanan ala pengusaha muda metroseksual berdiri didepannya.
"Augfar?" ujar Danisha shock melihat seseorang yang datang di sana.
Augfar hanya tersenyum dan wajah Danisha terlihat panik dan cemas.
"Lo ga ngizinin gue masuk?" tanya Augfar pada Danisha.
"Oh, sorry. Iya, silakan masuk!" Danisha membuka lebar pintu untuk Augfar masuk kedalam dan ia berjalan dibelakang pria itu dengan perasaan cemas.
"Dean!" pekik Tania girang melihat Augfar Andrean.
"Hai, Princess. You look so beautiful," puji Augfar pada Tania yang membuat Clarista menoleh kearahnya.
"Gimana gaun aku? Cantik, kan? Bagus nggak? Suka?" tanya Tania beruntun.
"Bagus kok, cocok banget dikamu. Gaun kamu cantik, kayak orang yang bikin," ucap Augfar santai.
Tania terkekeh mendengarnya, mata Augfar tak lepas memandang Clarista yang berdiri agak menjauh dari mereka berdua.
"Seneng banget ya, Tan. Rasanya dipuji sama calon tunangan sendiri," kata Danisha tiba-tiba yang membuat semua orang disana menatapnya
Tania tertawa terkekeh, Augfar hanya tersenyum simpul. Begitu juga dengan Tante Desi dan Nita.
"Dani, kamu bercanda?"tanya Tania masih dengan terkekeh.
"Augfar bukan calon tunangan aku. Dia sepupu aku, Dan," ucap Tania santai.
Sontak Clarista dan Danisha terkaget mendengar penjelasan itu. Augfar terlihat memisahkan diri dari Tania dan berjalan menuju kearah Clarista berdiri.
Dengan santai, lengan kekar milik Augfar mengapit pinggang ramping Clarista.
"Tante, gimana? Udah cocok, kan?" tanya Augfar pada kedua wanita paruh baya yang membuat Clarista membeku seketika.
"Hei! Sejak kapan kalian berdua seintim itu? Dean, lo harus kasih gue penjelasan!" pekik Tania shock.
"Kalian cocok banget berdua. Jadi kapan acaranya? Kenapa Clarista nggak bilang kalo pacaran sama Dean?" ucap Tante Desi.
"Tante aku enggakโ" ucapan Clarista disela oleh Augfar.
"Secepatnya, Tan. Tante tenang aja," jawab Augfar tenang dan tanpa rasa bersalah.
Danisha menatap Clarista, dan gadis itu menatap balik sahabatnya dengan pandangan bingung. Kejadian hari ini terlalu membingungkan. Kenapa akhir-akhir ini Clarista harus dihadapkan hal-hal yang seperti ini.
Lagi-lagi disaat otak Clarista penuh dengan kebingungan, pintu ruangan kembali diketuk.
"Mungkin itu anakku," kata Tante Nita yang membuat wajah Tania sumringah.
Tante Nita berjalan membuka pintu ruangan dan tersenyum bahagia melihatnya.
"Akhirnya kamu sampe juga, kemana aja sih!"
โค๏ธโค๏ธโค๏ธโค๏ธโค๏ธ
Tinggalin jejak yaaaa....