Distrik perdagangan Kota Travold, Genesis Externa.
Di bawah terik yang cerah, Suara retakan yang diciptakan oleh putaran roda kereta terhenti setelah perjalananan panjang. Gerbong yang dihiasi dengan gorden dan pelekat perak dari kereta itu terbuka dan turunlah seorang pria kecil dengan suit rapi dan topi hitamnya.
Di belakangnya empat pria yang masing-masing mengikat sebilah pedang di sisi kiri pinggang mereka mengikuti ke arah bangunan dengan dinding marbel yang kokoh di depannya tak jauh dari tempatnya berdiri.
Kedatangannya telah ditunggu. Ketika kereta yang mengantarkannya pergi kembali, dua pria berpedang lainnya, kali ini dengan warga seragam dari baju leather yang sama menghampirinya.
Mereka membungkuk memberi hormat padanya, mempersilahkan pria kecil itu untuk mengikuti mereka.
Tanpa sepengetahuan mereka, seseorang mengintai jauh dari gedung di sebrang menggunakan seuah binocular.
Jari telunjuk diayunkan untuk memberi isyarat pada temannya dengan masker balaclava menutupi wajahnya. Ia mengangguk pada partner aksinya yang berlutut satu kaki dari tempat yang sama.
Mata hjaunya kini terkunci pada koper hitam yang dibawa si pria kecil. Dan mereka pun turun beraksi.
KLTEK.
Tiba-tiba sesuatu menggelinding ke dekat kaki salah seorang pengawal.
"AWAS!!" Berniat memperingati, asap mulai menyebar cepat, disusul oleh suara menggelinding dari benda yang sama, Mengisi udara dengan warna putih dan mengepung mereka.
"Siapa disana?" tanya si pria kecil dengan lantang, cukup percaya diri dengan pengawal yang membelakangi satu sama lain untuk mengawasi segala sisinya.
Keenam pengawal itu mempersiapkan semua senjata mereka dalam posisi siaga. Di dalam asap itu, tak ada yang bisa mereka lihat, yang ada hanyalah suara yang berasal dari keributan orang-orang para penjaga kota yang mulai berdatangan.
"AAAHH!" tiba-tiba satu orang terseret dan lenyap ke tengah asap. Terdengar suara gesekan pedang untuk beberapa saat, kemudian hilang.
Satu jatuh, dan sekarang si pria kecil itu kehilangan kepercayaan dirinya. Ia memeluk koper hitamnya erat-erat sampai pengawal lain di depan matanya terseret setelah dagunya mencium bumi. Dan lagi, menghilang ke tengah asap tanpa suara.
Empat yang bertahan melindungi kini berjaga-jaga dengan pedang mereka akan sesuatu yang bergerak mencurigakan.
Mata mereka semakin awas, namun dalam kabut, yang bisa mereka lihat hanya bayangan hitam, yang wujudnya sedikit demi sedikit mulai terlihat mendekati.
"Tangkap dia!" Perintah si pria kecil itu.
Tanpa ragu ketiga pengawal tersebut berlari menyerbu, tapi ketika mereka hendak menggapainya, silhouette itu hanya melangkah mundur dan tiba-tiba dua orang terdepan terjerat ke dalam kejutan listrik dan jatuh kejang seketika.
Satu dari mereka yang tersisa membelalakan mata. Dilihatnya kawat tipis yang membentai panjang dengan aliran listrik yang menyala.
"GWAAAA!!" Dari balik kabut, hanya terdengar teriakan terakhirnya.
Si pria kecil kini menelan ludah dan mendekat pada pengawal terakhir yang bisa melindunginya.
"Apa yang kalian inginkan?" Pria kecil yang memeluk kopernya menggigil ketakutan.
Tiba-tiba sebuah serangan fatal mengagetkannya kembali. Sekarang pengawal terakhir yang melindunginya pun tumbang dengan pukulan telak yang mendarat di pundaknya.
Namun matanya semakin terbuka lebar melihat sosok yang berdiri lantang di depannya dengan sebuah pemukul besi berbecak darah di tangannya. Tak ada yang bisa pria kecil itu ketahui tentangnya kecuali sepasang matanya yang berwarna hijau solid
"Kupikir jawaban dari pertanyaanmu jelas" Jawabnya seraya mendekat dan berlutut tenang di hadapannya.
"Aku tak akan menyerahkan apapun padamu! tidak!" Pria kecil itu berteriak saat ia ditunjukan sebuah pisau yang kini dengan dingin menyentuh kulit lehernya.
"Itu bukanlah lagi pilihan, tuan Bolton".
"Cepat tangkap! Jangan biarkan mereka lolos kali ini!" Suara kehebohan semakin terdengar seraya mereka yang berkode pakaian sama, mengikat pedang dari sabuk mereka dan lencana emas di dada mereka kian mendekat.
Kabut menipis dan pemandangan pun semakin jelas. Ada enam orang sudah tekapar. Sedangkan, si pria kecil dengan topi hitam dan suit mahalnya masih duduk gemetaran. Sendirian dan kehilangan.
Distrik kosong, Travold.
Sebagai salah satu kota yang termasuk kedalam kesatuan Genesis, Travold adalah kota padat dan riuh yang dipenuhi berbagai macam orang dengan berbagai macam latar belakang dan keseharian.
Orang-orang bersenjata kerap kali terlihat mondar-mandir didalam kota. Mereka ditugaskan mengawasi dan dipekerjakan untuk menjaga perdamaian kota, Guardian. Atau begitulah mereka ingin diakui. Berjalan membusungkan dada mereka dengan gagah, menyombongkan emblem didada mereka, dan menerima uang suap korupsi setelahnya.
Di satu sisi, penduduk berjuang untuk mengisi perutnya, tidur di pinggiran kota tanpa alas, dan hidup melalui belas kasihan. Di sisi lain, orang-orang dengan pakaian sutera turun dari kereta mewah dengan setidaknya dua guardian sewaan mendampingi, menghambur-hamburkan uang mencari barang-barang antik dengan harga tak masuk akal.
Disaat terjadi ketimpangan yang begitu besar, maka terciptalah golongan yang berusaha menyesuaikan sehingga kejahatan pun menjadi rutinitas budaya. Hal lazim bagi mereka yang berkelut di balik bayangan dan tergabung dengan komuntas kriminal sebagai serikat pengerat yang isinya pencuri, pembunuh bayaran, perampok, pengedar di pasar gelap, dan semua yang berkaitan dengan kriminalitas.
Mereka sudah mengakar di Travold, dan organisasi mereka terus membesar akibat ulah para guardian yang menjalin hubungan saling timbal balik dengan mereka. Pengerat membuat guardian makin ditakuti dengan membuat penduduk tunduk membayar uang perlindungan mereka. Sebaliknya, pengerat mendapatkan keuntungan membayar uang suap menghapus jejak kriminal mereka.
Adapun kejar-kejaran yang dilakukan antara guardian kota dan kelompok pengerat hanya dilakukan sebagai pencitraan terhadap masyarakat semata.
Namun ketika sudah mencapai batas perjanjian wilayah yang tak bisa mereka langgar, para Guardian pun berhenti.
Para guardian itu menggaruk-garuk kepala dan saling memberi isyarat untuk pergi dari sana, menyerah pada yang sedari tadi mereka kejar dari distrik perdagangan.
Distrik kosong. Distrik yang berisi puing-puing bangunan dan rumah-rumah yang wujudnya hilang terbengkalai karena sebuah tragedi besar yang menghancurkan. Sudah lama sekali distrik itu ditinggalkan hingga sekarang dijadikan sarang pengerat.
Ketiga pengerat yang tadi berlarian kini membuka masker mereka untuk bernafas. Mengambil tempat terpencil diantara puing berbentuk persegi.
"Ayo, buka buka!" Si pengguna masker balaclava menunjuk pada temannya tidak sabaran. Rambutnya ikal brunette dan dagunya panjang. Fatcrow adalah julukannya.
"Sabar brengsek. Lagipula, kita mengambilnya dari orang yang menyewa hanya enam guardian rendahan..." hardik temannya. Dia adalah Beavers, seperti namanya dua gigi terdepanya mencuat keluar "Menurumu seberharga apa benda yang ada dalam tas ini?"
"Si lelaki Bolton itu seorang kolektor batu, idiot. Setidaknya didalam tas itu ada hal yang bisa kita jual, mungkin lebih berharga dari kepalamu" balasnya.
Namun mata fatcrow terbuka lebar saat Beetles, julukan pengerat yang satunya membuka koper hitam itu dan melihat isinya. Berkilauan.
Ada sepuluh batu yang tersusun rapi masing-masing dalam setiap kotak kaca, ukuran dan warnanya bervariasi, berkilauan seraya memantul di mata mereka yang tidak sabar untuk membaginya.
"Kita bagi sesuai peran. Ada diamond, lalu sapphi-- Hey!" Beavers berhenti, sebuah gerakan cepat dari belakangnya mengambil salah satu batu.
Dia adalah si pengerat ketiga "Aku ambil yang ini"
Membuka tutup jaket dan masker hitamnya, ia menampakan kedua matanya yang berwarna hijau solid. Namun wujud batu sapphire yang berkilau biru dihadapan seraya memantul kedalam bola matanya.
"Kau tahu, akan ada masalah besar kalau kau tak mengembalikan itu sekarang... dan kau tak akan suka, Green" ancam Fatcrow.
"Aku ambil yang ini" ujar lelaki bernama Green itu seraya memasukan batu itu kekantung jaketnya "hanya satu ini"
Beavers dan Fatcrow saling melirik satu sama lain. Mereka tak pernah langsung setuju secepat itu.
Reo duduk sendirian. Perhatiannya seolah terhisap kedalam patahan batu berkilau biru ditangannya. Warna yang sama dengan sepasang manik yang selalu terngiang olehnya.
Tenggelam dalam lamunannya, tiba-tiba seluruh pandangannya kesekitar batu itu memburam. titik-titik mosaik menghalangi, menyelimuti batu itu menjadi warna hitam pekat.
Di detik yang sama ia tersadar.
"Tch" Reo mengernyit dan memejamkan matanya sesaat sambil menekan pelipisnya. Bertanya-tanya, jika dia kelelahan.
"Green!" Suara teriakan menggema diantara reruntuhan.
"Aku mengerti kau tak suka Beavers. Si bajingan itu memang sudah terlalu lama bersarang dikota ini. DIa pikir dirinya yang paling berkuasa diantara para perampok dan pencuri lainnya" Fatcrow duduk disebelahnya sambil menyalahkan rokok. "Dia pikir semua hal bisa berjalan sesuai kemauannya. Kenapa dia harus mendapat enam batu sedangkan aku hanya dapat tiga?"
Reo membuang muka suntuk "Jadi, untuk apa kau kesini?"
"Lihat. Yang berikutnya ayo kita bergabung ke tim Arson. Mereka selalu mengincar target yang lebih besar, lebih terkoordinir dan mungkin... jika bergabung dengan mereka, kau bisa dapat cukup uang untuk membeli reputasimu kembali dari para guardian" Jawab Fatcrow.
"Aku tak berniat menyisakan seperesenpun untuk para guardian" Jawab Reo malas.
Fatcrow tertawa sinis. "Hah! Keangkuhan yang bodoh! Mereka bilang akan ada legionary yang kesini. Ketika para legionary membersihkan kota, tak akan ada satupun yang tersisa darimu kecuali rumah kotak bersekat besi"
Reo berdecak mendengar nama "Legionary". Jika dia sudah cukup kesal mendengar nama guardian, mendengar nama dari organisasi tinggi guardian kesatuan genesis makin membuatnya gusar. Meski sekali pun tak pernah ia lihat prajurit seperti apa mereka.
Reo tak mau berdebat. Dia hanya melengos beranjak pergi tanpa mengatakan apa-apa. Tapi Fatcrow membuka suara lagi sebelum dia menghilang dari hadapannya.
"CInder hall bukan lagi jadi tempat persembunyian dari para legionary elit ini. Tapi aku tau seluk beluk kota ini yang bahkan tak akan tertembus sihir mereka sekalipun" Jawab Fatcrow menyilangkan kakinya sambil duduk diatas puing batu dihadapan Reo.
"Saphhire yang tadi kau ambil... lumayan murah sebagai bayarannya. Jadi, bagaimana?" Fatcrow menaikan alisnya.
"Makasih atas tawaranmu tapi itu tidak perlu. Aku mungkin sudah tak ada disini saat mereka tiba" jawab Reo dengan percaya dirinya, kali ini ia membalikan tubuhnya pergi, menarik sudut bibirnya, ia berkata lagi padanya.
"Aku meninggalkan kota ini"