"Kau mau apa?" Kihrani menoleh ke beberapa arah, mencari sesuatu yang bisa dia gunakan untuk menghalau lelaki yang matanya seakan-akan siap menerkamnya.
Tatkala gadis itu mendapatkan bantal dan berniat untuk melemparnya ke arah Vian—yang semakin mengurangi jarak di antara mereka—anehnya, Kihrani mengurungkan tekadnya. Bahkan membiarkan dirinya ditangkap dalam pelukan lelaki bermata sendu tersebut.
Kihrani tengah berkonsentrasi pada sebuah pesan di handphonenya, dan tidak menyadari bahwa lelaki berperawakan tinggi itu telah mendekapnya ke dalam pelukan dari arah belakang.
"Ada apa?" tanya Vian, tangannya masih melingkari perut gadis tersebut. Antara bingung dan merasa menang, pria itu menduga sesuatu penting telah terjadi, sampai-sampai bantal di tangan Kihrani jatuh terkulai di lantai dan bisa-bisanya dia tidak memperdulikan tindakan pemuda tersebut.