"Ada kaitan apa istriku mengirim ajudan pribadinya ke rumah ini?"
'Mati aku!' Vian memejamkan mata, mencoba sekuat mungkin mengoperasikan isi kepalanya, berharap menemukan alasan yang tepat.
"Jangan buat aku menunggu!" Dan Vian masih belum bisa menemukan jawaban. Matanya berkedip cepat dan nafasnya mengudara berat. "Kau tak ingin memberitahuku?" Mahendra bergerak merebahkan punggungnya. Netra biru itu menyorot keberadaan pria di hadapannya dengan malas.
Herry yang berada di antara mereka menatap nanar apa yang kini di perlihatkan Vian. Satu-satunya yang mengerikan dalam lingkaran hubungan orang-orang di bawah naungan keluarga konglomerat Djoyodiningrat adalah hilangnya kepercayaan.
Sang tuan yang memberi mereka kehidupan kedua jauh lebih baik ialah bagian dari moral mereka, bahwa sebagian hidup mereka akan dihabiskan untuk mengabdi di keluarga ini. Kehilangan kepercayaan layaknya seseorang yang dibuang dari keluarga besarnya.