"Tentu," balas Mahendra, membantu istrinya membuka baju yang menutupi perut dan memperhatikan gerakan sang dokter mengoles gel bening sebelum sebuah alat bernama Transducer menyusuri permukaan perut Aruna. Sayang sekali, kesempatan langka ini terganggu oleh suara handphone lelaki bermata biru yang meraung-raung minta disambut.
Aruna lekas meraih telapak tangan suaminya, "Kali ini, tolong abaikan," perempuan terbaring menyuguhkan senyum yang dipaksakan dengan mata coklatnya yang hangat, Mahendra tak rela untuk menolak permintaan istrinya. Dia benar-benar mengabaikan handphone yang kini volume suaranya di senyapkan, memilih mengamati gambar wajah baby yang sedang terpejam damai.
Sempat bangkit dari duduknya, Mahendra mengamati lebih dekat. Dengan posturnya yang terlalu tinggi dan sedang berdiri, lelaki tersebut bahkan merunduk supaya bisa melihat wajah baby yang seolah tersenyum padanya.