"Lepas! Jangan membuatku malu walaupun ini di rumahmu," Aruna menggeliat di dalam pelukan Mahendra. Akan tetapi lengan kekar dengan kekuatan yang besar kian mendekap erat tubuh mungil istrinya. Mustahil perempuan tersebut bisa turun dari cara lelaki bermata biru membawanya ke kamar mereka di lantai dua.
Seperti tuan Putri negeri dongeng yang digendong pangeran dalam dekapan hangat kedua lengan, adegan itu sangat memalukan bagi perempuan seperti Aruna.
Berkebalikan dengan Mahendra, yang tak akan peduli terhadap apapun kecuali keinginannya terpenuhi.
"Kau benar-benar membuatku malu!" Bibir yang menjadi candu sang lelaki, terus menggerutu.
"Maka dari itu, pelankan suaramu!" senyum itu terpasang jahil seiring gerak kaki menapaki tangga satu persatu naik ke lantai dua.
"Sialnya, tinggal di rumah keluarga," umpatan lirih itu menghasilkan ketertarikan perempuan dalam dekapan, Aruna menatap Mahendra penuh tanda tanya, "Kamu ingin tahu, kenapa?"