Chereads / TWO FACES / Chapter 2 - TWO FACES #CHAPTER 02

Chapter 2 - TWO FACES #CHAPTER 02

#2.EYES WITNESS SEE THE EVENT

Aku tak mau memikirkannya tetapi dibenak bayang pikiranku terus terpikirkan. Lama-kelamaan akupun tiba di kantor, kuraih langsung dompet yang diisinya kertas pegawai untuk mengisi kehadiran ke lobby kantor.

Disana aku bertemu dengan Eric, dia melihat dan menghampiriku.

"Darimana saja kau!? super telat," tanya Eric dengan kesalnya.

"Aku tadi kesini berjalan kaki jadi agak lama datangnya," ucapku menjelaskan.

"Hooh aku mengerti, tadi Bos marah-marah," ujar Eric dengan khawatir.

Aku dengan paniknya bertanya ....

"Kenapa, pasti karena ulahku?" tanyaku dengan panik.

"Bukan kamu saja, semua staff juga kena imbasnya dikarenakan semua tugas pekerjaan mereka masing - masing belum sepenuhnya selesai," ucap Eric sambil menunjuk beberapa staff yang sibuk karena dimarahi Bos.

"Apa benar begitu??" tanyaku lagi.

"Iya benar, kamu belum menyelesaikan desain sampul kamu bodoh," ujar Eric sambil bercanda sambil menepuk bahunya.

"Hoh maaf iya aku lupa, tapi sekarang si Bos sedang dimana?" tanyaku.

"Entahlah, mungkin si Bos ada di ruangannya, houh iya kamu meminta maaf dan minta deadline selesai novelnya mungkin si Bos bisa memaafkan kamu," ucap Eric dengan memberi solusi.

"Iya, aku akan pergi ke ruangan Bos, thanks brother kamu sudah memberi solusi agar aku tidak kena SP," ucapku sambil bercanda.

"Oke brother, semoga dapat hasil yang terbaik," jawab Eric.

Akupun langsung pergi ke ruangan Bos, setibanya di depan ruangan aku meminta izin ke sekretarisnya untuk masuk ke dalam, dan diperbolehkan.

Tokk ... tokk ... tokk

"Permisi pak," aku bicara dengan gugupnya.

"Siapa?" tanya si bos

"Saya Thomas El fredrick dari bidang novel," jawabku gugup menghadap ke bawah lantai.

"Silahkan masuk," jawab si Bos.

Aku membuka pintu dengan pelan dan masuk sambil mendekati bos yang sedang sibuk.

"Ada perlu apa kesini??" tanya bos dengan sambil mengetik komputer nya.

"Pak maafkan saya tadi datang terlambat dan saya kesini untuk minta deadline pekerjaan pak," jawabku dengan gugupnya.

"Oke saya maafkan, tapi kamu akan dipotong gajinya 10% selama 3 bulan," jawab si Bos dengan dingin.

"Gila dipotong gaji 10%?? sudah gitu terlalu cukup buat keseharian biarkan saja lah dari pada dipecat , Iya pak saya terima," ucapku sambil memikirkan konsekuensi.

"Houh oke, tadi kamu mau kesini dengan perihal apa?" Tanya si Bos dengan lupanya.

"Minta deadline pekerjaan saya pak buat segala keterlambatan saya ... tadi teman serekan saya bilang bapak tadi marah-marah dikarenakan tugas-tugas dari bidang lain belum sepenuhnya selesai," jawabku.

"Hoh iya tadi saya marah-marah, buat kamu deadline pekerjaannya paling lambat sebulan dari sekarang, dan itu sudah direvisi isinya yang belum kompleks," ujar si Bos.

"Gila, cepat sekali sebulan, apa aku bisa tidak ya?? Berusaha saja dahulu, Iya pak saya akan usahakan," jawabku dengan kesalnya dalam hati.

"Bagus, kamu terlambat gara - gara apa bergadang?" tanya Bos dengan penasaran.

"Saya tidak bergadang pak, saya tadi cuma melewati jalan dan disana terjadi penemuan mayat wanita jalang pak," jawabku.

"Benarkah, sama motif apa pembunuhan itu?" tanya si Bos dengan penasaran.

"Kalau sebabnya saya belum tahu pasti, mungkin motif pembunuhan itu merampas barang berharga kata banyak orang," ucapku.

"Hooh," jawab si Bos sambil berpikir.

"Berita ini harus tercetak dalam koran, saya akan kirimkan 2 orang untuk kesana. Dan kamu beritahu dari divisi pencetak koran ke tempat itu. Sekarang kamu pergi ke divisi, " ujar si Bos memerintahkan kepadaku.

"iya pak saya akan memberitahu, sebelumnya saya terima kasih pak," ucapku.

Aku pun bergegas ke ruang divisi pencetak koran. Maklum perusahaan kami itu perusahaan yang bernaungaan dengan media kertas seperti koran berita, novel, dan masih banyak lagi.

Aku memberitahu mereka dengan detail agar dia tidak menanyakan lagi perihal ini ... Mereka sudah paham dan langsung terjun ke lapangan buat survey sambil mendokumentasinya.

Setelah itu aku pergi ke ruangan untuk melanjutkan pekerjaan yang belum selesai sepenuhnya. Mungkin ini waktunya untuk kerja lembur dikarenakan deadline hanya sebulan.

Tanpa terasa sudah jam 6 sore, aku baru menyelesaikan hanya separuhnya itu juga belum direvisi. Eric yang sedang membereskan barang - barangnya melihatku dan menawarkan bantuan. Kebetulan Aku ingin meminta bantuan kepada Eric supaya pekerjaan berat ini ringan untuk dikerjakan, Eric terlihat sangat senang karena di rumahnya memang tidak ada orang.

Tanpa kusadari Eric membawa kamera, aku bertanya kenapa dia membawa kamera?? Eric menjawab dia sedang melakukan hobi baru yaitu photographer.

Iya aku tidak ada apa-apa karena dia bawa kamera, dia membantuku dengan serius. Dan tanpa terasa sudah jam 9 malam. Yups waktunya untuk pulang dan keluar dari pekerjaan ini. Aku membereskan peralatan dan langsung memakai jaket dan topi fedora, dikarenakan di luar sangat dingin.

Aku menawarkan untuk pulang bersama Eric, ya rumah Eric tidak jauh dari rumahku yang bedanya hanya beda arah jalan pulang. Aku dan Eric yang sedang di jalan Lostick no 15. Tanpa kusadari kita berdua mengakhiri perjalanan pulang bersama, aku berbelok kanan menuju jalan Matui no 19. Sedangkan dia pergi ke kiri menuju ke rumahnya, Aku mengakhiri perjalanan ini.

"Selamat tinggal.. hati-hati di jalan." dia melambaikan tangannya. Aku merespon "Yo hati - hati di jalan brother," sambil melambaikan tanganku.

Di dalam hatiku terdapat perasaan aneh yang menganggu ... seperti firasat buruk. Yah , mungkin aku sedang stress karena pekerjaan, mungkin aku istirahat total di rumah dikarenakan besok hari Minggu ....

Eric yang berjalan sendiri, biasanya jalan itu sepi sekali tidak ada kendaraan lewat. Mungkin sebuah keajaiban bila ada taxi yang berlalu lalang melewati jalan itu.

Di tengah perjalannya, Eric tanpa sengaja melihat sedikit bercak darah yang mengarahkan ke sebuah gang kecil. Eric terkejut dan dia penasaran. Eric pelan- pelan dan mengendap - endap ke gang untuk melihat apa yang terjadi.

Setelah melihat dia terkejut, dia melihat...

Mayat laki-laki dan ada orang yang berperawakan yang besar, orang itu memakai topeng diwajahnya. Alangkah takutnya Eric pada situasi ini. Dia langsung memotretnya agar ada bukti yang kuat.

Tanpa sengaja kamera Eric memakai flash untuk pencahayaan, orang itu melirik ke belakang dan melihat Eric.

Eric diwaktu itu seperti kutu yang menghadapi gajah, gemetar dan rasa takut. Orang itu berjalan dan mendekati Eric perlahan.

Lantas Eric langsung lari, dia tidak menyadari ada benda yang jatuh. Saking takutnya dia berlari kencang menjauhi orang itu.

Sebuah keajaiban terjadi ketika ada taxi yang melewatinya, dia langsung menaiki taxi dan menjauhinya. Dia meminta supaya taxi itu menekan pedal gas dengan cepat ke rumahnya. Taxi itu akhirnya menekan pedal dengan cepat dan dia baru sadar bahwa dia kehilangan sesuatu yaitu...

Kartu pegawai miliknya...

#To be continued...