Chereads / The Second Throne / Chapter 22 - Servant and The Master (9)

Chapter 22 - Servant and The Master (9)

PELAYAN DAN TUANNYA__9th Part

________________10 years ago_________________

Di tempat yang sama saat ini, Luce berbaring sepuluh tahun yang lalu, tepat pada hari ulang tahunnya yang kelima. Langit yang biru terbentang dari setiap ujung cakrawala. Bersih tanpa awan, sementara padang rumput yang menghijau ditumbuhi semak berbunga warna-warni yang indah. Kedua netra Luce membiru jernih, memandang keajaiban musim semi tahun itu.

"Tuan Muda, Pangeran Jean telah mencari anda ke mana-mana. Ternyata anda di sini," Ellgar mendekat. Usianya masih lima belas tahun, sebaya dengan Jean. Rambut pirangnya yang keemasan dikucir tidak lebih rapi dari setelan lusuh yang dia kenakan. Walaupun tidak selusuh gelandangan, pakaian milik Ellgar tidak boleh lebih bagus atau mahal dari milik Luce karena dia hanya seorang pelayan ingusan. Budak yatim piatu yang baru saja dibeli oleh Fletcher St. Claire dari transaksi ilegal di luar kerajaan.

"Pelankan suaramu, Ellgar," kata Luce sembari memejamkan mata. "Aku sedang tidak ingin mendengar nama pria keras kepala itu saat ini."

"Kita harus cepat kembali, Tuan" kata Ellgar di sela napasnya yang tersengal. "Mereka... Pangeran Jean maksudku... Mereka... Pokoknya kita harus cepat kembali. Kalau saja Tuan Muda tidak kemari, tidak mungkin ada kejadian seperti ini. Karena saya membela anda, Pangeran Jean habis dipukuli oleh anak-anak sombong itu dan," Ellgar menatap kedua tangannya yang tak bisa berhenti gemetar. "Tidak tahu harus berbuat apa. Saya hanyalah seorang pelayan, tak mungkin melawan mereka semuanya. Tolong ampuni saya yang terlalu pengecut ini."

Mendengar semua penjelasan Ellgar, Luce perlahan berdiri. Dia mengulurkan tangan pada pelayannya tersebut sambil berkata, "Kau berbicara seolah kau tak berusaha menolongnya. Dari kelusuhan tubuhmu, semua orang juga pasti tahu kau habis berguling-guling di tanah."

"Ah, bukan seperti itu ceritanya, Tuan Muda," Ellgar menggapai uluran tangan Luce kemudian ikut berlari bersamanya. "Anak-anak bangsawan yang sombong itu sedang menjelek-jelekkan Tuan Muda kemudian karena tidak terima aku memukul salah satunya dan setelah itu mereka menghajarku habis-habisan. Pangeran Jean yang kebetulan lewat saat mencari Tuan Muda, langsung datang menyelamatkanku dan kemudian dia melarangku untuk membantunya. Ah, bodoh-bodoh-bodoh!" Ellgar memukul kepalanya sendiri karena tidak terima dengan ketidakadilan yang baru saja dia terima.

"Kau kenapa memukul dirimu sendiri?" Luce bertanya ketika keduanya tiba di taman mawar. Lima orang anak sedang menginjak-injak tubuh Jean sembari bersenandung ria, "Dasar anak haram... Pangeran buangan... Berani-beraninya menyelundupkan anak monster ke dalam kastil... Sudah begitu, tampang pelayannya juga seperti sampah... Lihat! Karena pergaulanmu yang buruk itu, kau juga jadi terlihat seperti sampah... Iya, kan... Sampah ya sampah saja, mana bisa jadi seorang pangeran..."

Jean sama sekali tak menanggapi semua yang disenandungkan anak-anak tersebut. Dia hanya sibuk melindungi bagian perutnya yang diinjak-injak sedari tadi. Bahkan itu juga tidak lebih baik daripada harga dirinya yang diinjak. Di kastil Alcander yang mewah itu, Jean hanya diperlakukan sebagai parasit oleh teman-teman sebayanya. Karena itulah, Jean selalu melarang adiknya, Luce untuk ikut dengannya dan tinggal di kastil bersama yang lain. Dia hanya tak ingin Luce melihat statusnya sebagai putra pertama kerajaan terabaikan oleh semua orang.

"Dia hanya anak haram dari seorang pelac..." seorang anak tiba-tiba roboh sebelum menyelesaikan perkataannya. "Aku bisa menerima semua hal yang kalian ucapkan!" teriak Jean masih dalam posisi meninju. Entah kapan dia bangkit dari lamunannya selama dihajar tadi. "Tapi jangan pernah mulut kalian yang seperti lubang kotoran itu mengucapkan sesuatu tentang ibundaku. Dasar bajingan sial!" Jean memukul anak yang lain satu persatu dengan kekuatan amarahnya sambil berteriak, "Saat ini, kalian boleh menghinaku. Tapi di masa depan, aku akan merebut kembali semua yang kalian ambil dariku dan keluargaku. Adikku bukanlah monster dan Ellgar adalah sahabat terbaikku. Sementara aku, Jean St. Claire adalah putra pertama kerajaan Alcander dan saat itu kalian semua akan bersujud di bawah kakiku untuk memohon ampun atas semua yang kalian lakukan pada kami hari ini. Ingat itu baik-baik!"

Kelima anak tersebut akhirnya terkapar di sekeliling tempat Jean berdiri. Mereka semua terlihat jauh lebih kesakitan daripada saat Jean dipukuli tadi. Luce yang dari tadi tak sabar ingin menolong kakaknya itu, tiba-tiba berlari dan memeluknya. "Kakak maafkan aku. Seharusnya aku tetap diam di mansion dan mendengarkan kakak. Semuanya bermula karena aku kan? Karena aku cuma anak monster," Luce sesenggukan di balik pelukan kakaknya. Sementara Ellgar yang berdiri tak jauh dari keduanya, tak kuasa membendung air mata juga. Mendengar Jean baru saja meneriakkan namanya sebagai seorang sahabat, Ellgar pun menangis tak berdaya.

"Hei kalian, berhentilah menangis sekarang juga," Jean menepuk dahinya karena kesal. Baginya, rasa sakit di sekujur tubuhnya saat itu tak ada artinya dibanding kebahagiaan yang dia peroleh bersama dengan Luce dan Ellgar. "Ikutlah denganku, akan kuantar kalian pulang ke Grissham sebelum ayahanda kembali."

*bersambung ke part berikutnya

________________10 years ago_________________