Kirana menghindari bertemu dengan Farhan maupun Evan, sudah seminggu ini dia lakukan, saat pagi, dia meminta Yusuf mengantar nya pagi pagi sekali itu karena mobil nya belum selesai di service, karena Raka setiap hari akan di jemput Farhan, itu lah sebabnya dia menghindari Farhan dan agar Evan tak menjemput nya lagi. Saat di kantor, jika ada laporan yang berhubungan dengan Evan, maka Lidya lah yang akan ke ruangan Evan.
Seperti Hari ini, Konsep konsep Kirana sudah selesai dan karena perubahan yang di buat Evan maka Konsep itu hari di approve Evan dulu.
"Lidya, antar semua ini ke Pak Evan yaa, lalu kau boleh istirahat" ucap Kirana ke Lidya. "baik mba" ucap Lidya.
Lidya pun bergegas ke ruangan Evan.
"permisi pak" ucap Lidya begitu berada di dalam ruangan Evan.
"iyaa, ada apa?" jawab Evan.
"ini permintaan konsep Konsep bulan ini pak baik internal perusahaan maupun eksternal perusahaan pak, mohon di cek dulu pak" ucap Lidya menjelaskan maksud kedatangan nya, "untuk satu bulan sudah selesai Lidya?" tanya Evan tak percaya, "iya pak" jawab Evan, Evan benar benar, antara takjub, dan tak percaya , Kirana gila kerja atau bagaimana , bisa bisa nya dia menyelesaikan semuanya dalam waktu seminggu saja. Tapi itu lah Kirana, dia memang sangat cerdas, dan ide tentang Konsep konsep nya selalu brilian dan sesuai permintaan. Apalagi jika kondisi batin nya berkecamuk itu Malah menjadi cambuk bagi nya untuk terus bekerja dan melupakan semua perasaan nya.
"baik lah , kau boleh keluar" ucap Evan ke Lidya.
~~~~~~`~~~~~~
Kirana memejamkan matanya , menyandarkan tubuhnya di kursinya , dia ingin menikmati waktu yang tenang , dan mengistirahatkan pikirannya dari hal apapun. Dia menyadari bahwa ada seseorang yang membuka pintu ruangannya, namun dia enggan untuk merubah posisinya, "kenapa kau kembali, aku sudah menyuruh mu untuk langsung makan siang" ucap Kirana, ya dia pikir itu Lidya dia berbicara tanpa melihat siapa yang datang.
"ehemmm" deheman itu disengaja, dan itu suara bariton yang dia kenal. Dia pun membuka matanya untuk membuktikan tebakannya. "Pak Evan," ucap nya seraya membenarkan posis duduk nya. dan bergerak mendekat ke arah atasannya itu "maaf pak saya tidak tahu tahu jika itu anda." ucap Kirana sopan. "kenapa kau menghindari ku" ucap Evan to the point. "saya tidak mengerti ucapan bapak?" sahut Kirana pura pura tidak tahu. "kau tahu persis yang saya katakan." tembak Evan. "Pak tolong, ini kantor jangan berteriak seperti itu." sahut Kirana. "Kirana hentikan, kenapa kau terus menutup diri mu?" ucap Evan tak tahan dengan sikap Kirana. "Harus nya bapak yang berhenti, jangan terus berteriak di ruangan saya" sahut Kirana. Dia malas membahas tentang hati, perasaan, dan semacamnya lah , dia benci hal itu . "saya mau keluar makan siang pak, permisi" ucap Kirana bermaksud meninggalkan Evan. Namun dengan cepat Evan meraih lengan Kirana dan menahannya. "apa kau tidak lelah menjadi seorang yang dingin padahal kau hangat, apa kau tidak lelah menjadi kejam, padahal kau seorang berhati lembut, apa kau tidak lelah menyiksa diri mu sendiri?" ucap Evan akhirnya penuh Emosi. Evan benar benar Frustasi di buat Kirana seminggu ini , dia menghindarinya dan Evan mencoba mengerti dan memberi ruang ke Kirana, namun hari ini dia menerima konsep itu , hati nya menjadi panas kenapa wanita ini begitu kejam terhadap dirinya sendiri.
"iyaa aku lelah, sangat lelah Evan, aku lelah dengan kalian para lelaki , sikap kalian yang sok perhatian, sok baik,, begitu kalian dapat kan hati ku dan diri ku lalu kalian buang begitu saja kan, aku muak Evan, aku tidak butuh, kalian laki laki semua sama, aku sanggup dengan diri ku sendiri" ucap Kirana akhirnya dengan emosi yang membara.
Kirana melepas kasar lengan nya dari genggaman Evan, dan dengan cepat meraih tasnya dan keluar dari ruangannya.
Evan mengejar Kirana , namun dengan langkah yang tenang namun pasti, dia tak ingin membuat karyawan menyadari pertengkaran mereka. Kirana melangkah dengan cepat menyadari Evan mengejar nya, tak sengaja saat di Lobby, Hana dan Lidya tak sengaja menyaksikan hal itu, kebetulan mereka berada di lobby untuk kelura makan siang. Awal nya Hana dan Lidya melihat Kirana berjalan cepat tak seperti biasanya, dia ingin menyapa namun menyadari ada yang aneh, Hana dan Lidya melihat ke arah berlawanan dan ternyata ada bos mereka Evan, Lidya dan Hana pun saling melempar pandangan. Mereka berbicara lewat isyarat. 'ada apa ya kira2' tanya Hana dalam bahasa isyarat mereka, 'ntah lah, aku juga tidak tahu' balas Lidya dengan menaikkan kedua pundak nya.
Kirana memberhentikan taksi tepat didepan kantor nya, sehingga Evan tak bisa mengejar nya.
Merasa lega sekaligus tak enak. Kirana tahu Evan berusaha baik pada nya, Evan menyukai nya bahkan 'mencintai nya' , Kirana bukanlah anak ABG yang tak paham itu, tapi dia enggan untuk memberi kesempatan Evan, bukan ,, justru dia lah yang tak memberi kesempatan kepada hati dan diri nya sendiri untuk menerima semua kebaikan dan 'cinta' itu.
Kirana memilih pulang, dia tak mungkin bisa berhadapan dengan Evan hari ini.