"Terlambat? Apa ada hal yang lebih penting daripada hubungan kita berdua sekarang? Aku tidak ingin kamu terus merasa meragu padaku!"
Sekali lagi aku merasa hatiku mendapatkan sentuhan yang sangat lembut. Apa kelembutan ini juga bagian dari sandiwaranya? Aku tidak ingin mempercayainya tapi Dimas membuatku merasa dicintai degan tulus.
Cinta yang tidak pernah berani aku bayangkan. Aku yang selalu membayangkan rasa sakit rasanya tidak terbiasa menerima kebahagiaan ini hingga aku selalu menganggapnya tidak nyata.
Sebenarnya aku takut pada rasa sakit atau justru yang aku takutkan adalah kebahagiaan?
"Dimas..."
"Ya sayang?"
"Aku akan menyelesaikan urusan ku dengan cepat."
Senyuman di bibir Dimas kembali terukir. Ia kemudian memeluk tubuh Laura dengan sangat erat. "Terima kasih banyak, sayang..." Gumam Dimas pelan sambil menaratkan kecupan hangat di atas puncak kepala Laura.