Chereads / fa.na / Chapter 2 - U and I

Chapter 2 - U and I

"Apa yang akan kamu lakukan jika kamu bertemu dengan seseorang yang sangat mirip seperti dirimu? Tapi, kalian tidak ditakdirkan untuk bersama." sambil membalikkan halaman pada buku yang sedang dibacanya, Ari melihat ke arah lawan bicara di depannya.

"Seseorang yang sangat mirip sepertiku? Apa maksudmu? Aku tidak tau, apakah kau mengira aku punya kembaran di dunia ini?" Arunika yang sedang asik membaca komik terlihat kebingungan dengan maksud dari pertanyaan Ari, yang berhenti membaca buku tebal di atas meja dan malah menatap ke arahnya dengan tatapan yang serius.

"Bukan begitu... maksudku seseorang yang punya sifat atau hobi yang sama denganmu. Apapun yang kalian lakukan, kalian akan terlihat cocok satu dengan yang lainnya."

"Aku masih tidak mengerti... Jika kami terlihat cocok, kenapa kami tidak bisa ditakdirkan untuk bersama?" Arunika kemudian membalas tatapan serius Ari dengan tatapan penuh kebingungan.

"Ntahlah, mungkin kalian memang tidak ditakdirkan untuk berjodoh."

"Hmmm... aku tidak tau karena mungkin aku tidak pernah merasakannya, tapi walaupun tidak ditakdirkan untuk berjodoh, mungkin aku akan berusaha menjadikannya sahabatku. Apa kau pernah bertemu dengan yang seperti itu sebelumnya?" tanya Arunika yang mulai penasaran dengan maksud pertanyaan Ari yang tidak seperti biasanya.

Ari yang mendapatkan pertanyaan balik dari Arunika hanya bisa terdiam beberapa saat dan menelan ludah sebelum akhirnya ia membuka suaranya kembali.

"Ya, aku pernah bertemu yang seperti itu sebelumnya...."

Detak jantung Ari perlahan meningkat dan suaranya terdengar sedikit terputus. Namun, ia mencoba terlihat biasa saja dan melanjutkannya.

"Aku mengenalnya sejak belasan tahun yang lalu. Sebenarnya ia terlihat sangat berbeda dariku. Aku yang pendiam serta terlihat anti-sosial. Sedangkan ia, mudah sekali bergaul dengan orang lain. Namun dibalik kekontrasan ini, banyak hal yang ternyata sama-sama kami miliki. Kami suka makanan yang sama, jenis film yang sama, pilihan musik yang sama, penyanyi favorit yang sama, hobi yang sama. Bahkan kami sama-sama suka membaca walaupun bacaan kami berbeda. Tapi begitulah, sepertinya kami tidak ditakdirkan untuk bersama..."

Perlahan, mata Ari terlihat sedikit basah dan suaranya mulai tidak terdengar. Tetapi Arunika masih dapat mendengar kalimat demi kalimat yang dikeluarkannya.

Arunika mencoba memproses segalanya dan tiba-tiba saja ia mulai mengerti apa maksud dari pertanyaan Ari tadi. Ia kemudian menggenggam erat pergelangan tangan Ari dan dengan suara yang dibuat selembut mungkin ia mencoba bertanya.

"Apakah yang kau maksud itu tentang kita?"

Namun, baru saja ia hendak memastikan jawaban dari Ari. Tiba-tiba terdengar suara dering telepon dari dalam tas hitam yang ia letakkan di samping bangkunya. Secepatnya ia mengangkat telepon tersebut sebelum deringnya mulai membuat keributan di ruangan yang sangat sunyi itu.

"Iya, tunggu aja di situ, aku udah selesai kok" Jawab Arunika pada suara di ujung sana.

Kemudian ia mematikan telepon tersebut dan menyimpannya kembali ke dalam tas. Lalu ia menatap Ari dengan tatapan meminta maaf dan sangat menyesal.

"Ari, maaf ya... Suamiku sudah datang menjemput di luar. Kami harus segera berangkat ke bandara sekarang agar tidak ketinggalan pesawat..." Arunika terlihat sedikit memikirkan kalimat yang cocok agar tidak melukai perasaan Ari.

"Aku minta maaf banget karena gak bisa terlalu lama di Indonesia. Kau bisa menghubungi nomorku kapan saja kau mau atau aku akan mengabarimu setiap kali aku akan balik ke sini lagi"

Arunika kemudian bangkit dari duduknya dan sekali lagi meminta maaf kepada Ari. Ia lalu pergi ke arah pintu keluar sambil berjalan dengan terburu-buru.

Ari yang melihat kepergian Arunika hanya dapat duduk sambil memegang dada kirinya yang mulai terasa sakit. Keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulit kepalanya. Jantungnya mulai berdetak dengan sangat kencang hingga akhirnya kepalanya jatuh ambruk ke meja dan ia mulai tidak sadarkan diri.

Arunika yang telah berada di luar sama sekali tidak mengetahui bahwa pertemuannya kali ini dengan Ari adalah pertemuan terakhir mereka.