Aku tak lagi bisa membedakan rasa ingin tidur dan hampir pingsan saat diserang kontraksi dalam jarak yang sangat rapat. Hanya dua kali mengalami kontraksi lima belas menit sekali, lalu berlanjut ke kontraksi lima menit sekali. Selanjutnya aku tak lagi mempedulikan berapa jarak antar kontraksinya, tapi ada suara seperti alarm yang alat pendeteksi kontraksi yang membuat suster masuk ke ruangan.
Aku hampir saja mengejan sebelum diberi aba-aba, tapi Astro yang berada di sisiku mengingatkan untuk menahan diri. Aku ingin sekali menamparnya. Bisa-bisanya dia memaksaku hamil dan melarangku mengejan saat rasa sakit di tubuhku terasa hampir membuatku mati. Namun alih-alih menamparnya karena bayi di dalam rahimku terus mendesak turun, aku justru menggigit tangannya untuk menahan rasa sakit.