Sudah pukul 22.35 saat aku membuka mata. Aku tertidur setengah jam dan yang berada di hadapanku saat ini hanya Astro. Dia sudah membuka mantel yang tadi dia pakai dan meletakkannya di punggung kursi.
"Ibu sama Bunda ke mana?" aku bertanya sambil mengelus jarinya yang tertaut di antara jariku. Kontraksi di perutku terasa mengganggu dan sekujur tubuhku terasa ngilu, tapi aku harus memastikan hubungan Ibu dan Bunda lebih dulu.
"Ngobrol di depan." ujar Astro sambil mengecup jariku. Tepat di cincin pernikahan kami.
"Ibu gimana?"
"Shock-nya udah reda. Mungkin masih butuh waktu buat nerima kenyataan."
Aku menghirup napas dalam-dalam. Aku bersyukur. Setidaknya Ibu mengelola emosinya lebih baik dibanding aku saat pertama mengetahui Auriana Gayatri itu adalah wanita yang melahirkanku.
"Mau makan sesuatu?" Astro bertanya sambil mengecup perutku.
Aku menggeleng dengan keringat dingin mulai membasahi tengkukku, "Jangan dicium. Aku lagi kontraksi."