Aku menatapnya sebal, "Aku tau kamu pasti begini."
"Kalau udah tau kenapa ga nurut? Delapan menit kan ga lama."
Aku tahu dia benar. Aku hanya merasa kesal karena dia sengaja memintaku duduk di pangkuannya. Dia tahu aku pasti tak akan tahan untuk tidak mengganggunya. Dia benar-benar menyebalkan.
Kami bertatapan dalam diam selama beberapa lama sebelum aku menghela napas panjang. Sepertinya aku tahu apa dia inginkan.
Aku melingkarkan kedua lengan di bahunya dan memeluknya erat. Helaian rambutnya di wajahku membuatku memejamkan mata dan menikmati aroma green tea yang menguar dari sana, "Do whatever you like (Kamu bisa lakuin apapun yang kamu mau). I'm yours, anyway (Gimana pun, aku udah jadi milik kamu)."
"Aku cuma minta kamu nunggu aku sebentar. Kamu pasti mikir aneh-aneh."
"Siapa suruh nikah sama orang aneh?"