Masih tertidur dengan lelah , bahkan aku seperti tak ingin membuka kedua mataku . perseteruan antara kami membuat semua masalah menjadi rumit . apakah memiliki keturunan bisa menjadi seberharga ini ? .
aku tak menyangka dia , ya dia pria yang ku cintai dan ku putuskan untuk setia sehidup semati dengannya selama 3 tahun ini meninggalkan ku begitu saja atas permintaan ibunya . apakah aku sama sekali tidak berarti apa-apa untuknya ? , apa selama ini dia tidak mencintaiku apa adanya ? .
ciiittt....ciiitt...ciiitttt...
suara burung Pipit dan cahaya matahari yang mengenai mataku dari celah-celah tirai jendela membuatku terbangun dari mimpi buruk yang baru saja ku lalui . ku raih jam weker disamping tempat tidur .
" sudah jam 9 pagi ternyata " , gumam ku kecil .
saat bangun sepenuhnya aku menatap tempat dimana suamiku biasa tidur , tak kuasa air mata hangat kembali mengaliri pipi ku . dia bahkan tidak tidur disini lagi , dan meninggalkan sebuah map coklat di sampingku . dengan gelisah dan ragu-ragu aku mengumpulkan keberanian ku membukanya .
" Ah....ternyata dia sudah menyiapkan seluruhnya untuk berpisah dengan segera , bahkan memberikanku ini tanpa menungguku bangun " , gemetar memegang map coklat tadi .
tak ku sangka sepagi ini , bahkan aku belum menata hatiku setelah kejadian kemarin . dia langsung memberikannya . tanpa meninggalkan pesan apapun . sedikit demi sedikit aku mencoba berdiri di atas kaki ku . melangkah pelan ke arah wastafel di kamar kecil .
" seburuk itukah aku , hingga dia meninggalkan ku seperti ini ? , sungguh kejam ! ", kesal ku sambil terus menangis . ingin rasanya aku memecahkan kaca di depan ku saat ini . tiba-tiba handphone ku berdering terus menerus . saat aku melihat panggilan yang masuk , dengan menghela nafas , sepagi ini ibu mertuaku sudah bernafsu melahap ku . dengan malas dan sedikit perasaan sedih aku menjawab telponnya .
" Ya , Hallo Mah , ada apa ? ", tanyaku gelisah .
" kenapa baru angkat sekarang telponnya ?! , kemana saja kamu , apa tidak mendengar panggilan masuk dari tadi !? " , celoteh ibu mertuaku sambil ngedumel .
" maaf mah tadi aku sedang di dalam kamar kecil jadi tidak bisa cepat menjawab teleponnya " , jawabku lirih .
" baik , aku rasa sekarang aku tidak perlu lagi basa basi . apa kamu sudah menandatangani surat cerai itu ?! " , dengan terus terang ibu mertuaku melontarkan pertanyaan itu .
" aku belum menandatanganinya mah , aku baru menerimanya saat bangun tadi " .jawabku
" baiklah , secepatnya tandatangani dan bawa surat itu ke pengadilan , aku akan menyiapkan kompensasi untukmu . jangan berlama-lama aku tidak suka membuang waktu seperti ini , aku ingin cepat menikahkan Ryan dengan wanita yang bisa memberikanku pewaris " , ucap ibu mertua . semakin berkata tajam tanpa memperdulikan perasaanku sedikitpun .
dengan tertunduk aku masih terus saja menuruti perkataannya , lagi lagi dan lagi .
" baik mah aku akan menyelesaikannya " .
" bagus , jadilah anak baik jika kamu ingin melihat Ryan bahagia , maafkan aku tapi Ryan harus memberikanku penerus keluarga karena dia anakku satu-satunya , apa kamu mengerti ? " . ucap ibu mertua ketus .
" ya , aku mengerti . maafkan aku karena tidak bisa memberikan apa yang kamu harapkan " . jawabku lagi .
" kalo begitu aku tutup teleponnya , aku akan menunggu dalam 3 hari ini , setelah itu kamu bisa pergi kemanapun kamu mau . aku juga akan memberimu apa saja yang kamu mau " . sambil menutup teleponnya .
aku tak kuasa lagi menahan kemarahan dan kesedihanku, mengepalkan kedua tanganku dengan tubuh yang gemetar , selama ini aku terus berjuang menjadi yang terbaik tapi aku selalu saja kurang di mata mereka . dengan emosi aku menandatangani surat cerai itu dan meninggalkannya di tempat tidur begitu saja.
aku langsung saja mengemasi baju-baju dari lemari pakaian kami dan menelpon bibiku yang tinggal di Australia .
" Bibi , apa aku mengganggumu ? " .
" tidak , ada Apa Lucy ? ", tanya bibiku dengan nada cemas .
" aku akan bercerai bi , aku sudah tidak tahan lagi " . ujar ku sambil terus menangis .
" apa ?! , bercerai ?! , kapan ?! ". sontak bibiku terkejut mendengar ucapan ku barusan .
" dalam 3 hari aku akan bercerai , mungkin saja lusa aku sudah melalui persidangan ! " .
" kenapa kamu tidak pernah mengatakannya kepada bibi dan diam saja Lucy ?! , kalo begitu apa yang akan kamu lakukan setelah ini ?! ". tanya bibiku masih dengan nada terkejut .
" entahlah , mungkin saja aku akan memperbaiki hatiku yang hancur kembali dulu dan pergi ketempat yang jauh untuk sementara waktu bi , masalah ini membuatku frustasi ",
karena merasa iba , bibi Ria berusaha menghiburku yang terus saja menangis di telepon .
" sudah , sudah jangan menangis lagi , begini saja setelah bercerai datanglah kemari untuk sementara waktu . siapa tau kamu bisa melupakan kesedihanmu sayang ? ", ucap bibi Ria .
" apa tidak apa-apa bi aku tinggal di sana untuk sementara waktu ? ". tanyaku dengan harapan .
" bodoh sekali kalo bukan bibi siapa lagi keluargamu , kenapa bertanya seperti itu. pokoknya selesaikan masalahmu di sana lalu pulanglah ke sini , bibi akan menunggu kabar darimu ". tegas bibi Ria.
" baiklah Bi , terima kasih sebelumnya . aku menyayangimu ?! ,". jawabku dengan sedikit senyuman di wajah .
berbicara dengan bibi membuat hatiku sedikit tenang , setidaknya aku akan tau tujuanku setelah ini .
hari yang ditunggu akhir datang . di persidangan terasa begitu canggung , aku melihat wajah Ryan begitu santai mendengar keputusan hakim sampai akhirnya Palu perceraian berbunyi tanda hubungan yang selama ini ku jaga telah usai . dengan langkah yang begitu berat ku berjalan menyusuri gedung pengadilan saat itu , saat akan menuju pintu keluar gedung aku melihat Mantan suamiku berbicara dengan kedua orang tuanya dan dengan sengaja aku menguping pembicaraan mereka .
" Akhirnya anakku sekarang sudah berpisah , aku bisa menjodohkan mu dengan wanita lain , tak sulit mendapatkan calon istri yang baru untukmu " , ucap mantan ibu mertuaku sambil tertawa bahagia sungguh berbanding terbalik dengan mantan ayah mertuaku .
" anakku , aku harap kamu dan ibumu melakukan keputusan yang tepat , karena pasti Lucy saat ini sangat amat terpukul karena dia yatim piatu . sejujurnya aku tidak mengharapkan hal semacam ini terjadi , tapi ibumu berisi keras bahwa kamu harus berpisah dan kamu mengindahkannya ", ucap mantan ayah mertuaku dengan nada serius .
Ryan yang entah hatinya terbuat dari apa , aku bahkan tidak dapat memahaminya saat ini hanya menatap kosong ke depan sambil berkata .
" ayah , aku sudah memutuskannya . kebahagiaan ibulah yang utama " . ucap Ryan terasa tidak begitu tulus di telingaku .
seketika mereka hilang dari pandanganku saat itu juga .
Untuk yang terakhir kalinya aku mendatangi kediaman kami , mengemasi barang-barang yang tersisa dan meninggalkan sebuah pesan singkat di pintu . mungkin setelah aku pergi akan ada nyonya baru di rumah ini pungkas ku.