Chapter 5 - Chapter 4

Pagi ini cuaca agak mendung. Awan-awan hitam menggantung di udara, mendominasi tempat di langit. Kabut tipis turut menghiasi kemuraman sang pagi.

Tapi, bagi Hanhe, pagi ini adalah pagi yang menggembirakan. Karena ia sudah menemukan cara yang mungkin dapat memecahkan masalah control areanya.

Langkahnya yang terlalu riang saat menyambut datangnya pagi langsung membuat kesal adiknya, yang sudah jengkel sekali pada Hanhe sejak kemarin. Ibu Wang Mei yang sudah bangun pun juga memandang heran pada keceriaan pemuda itu.

Wah, semangat sekali kau, Hanhe. Jarang-jarang kulihat ada anak muda yang begitu bersemangat seperti kau, apalagi di pagi yang mendung begini, kata ibu Wang Mei.

Hanhe hanya tersenyum ramah sambil menjawab, Ya, harus dong Tante. Sebagai generasi muda kita tidak boleh loyo-loyo.

Wah, bagus sekali kata-katanya. Tahu, deh, alasan sebenarnya di balik ucapannya yang hebat itu! sambar Wang Mei begitu ia keluar dari kamar mandi.

Hanhe berusaha untuk tidak mempedulikan ejekan adiknya. Mesin waktunya jauh lebih penting daripada gadis kecil yang mulai melangkah riang sambil memamerkan senyum menyebalkan itu. Jadi setelah ia selesai berbenah, ia langsung pergi ke sekolah tanpa membuang-buang waktu lagi, tak lupa membawa mesin waktunya.

Setibanya di Qing Yuan School, ia langsung menuju ke perpustakaan untuk mencari data. Menurut keterangan yang diperolehnya dari Han Fei, yang selain sahabat baiknya juga merupakan rivalnya di seleksi YIC Int., sinyal rediale bisa distimulasi dengan getaran gelombang halus dari elektrodinamika yang dihasilkan dari arus elektron Hg(OH)2. Dan sinyal rediale itulah yang diperlukan untuk menstimulasi kerja control area. Susahnya, data-data tentang sinyal rediale sangat sulit didapat, mengingat bahwa keberadaan sinyal itu hanyalah hasil prediksi dan analisa para ahli teori mekanika gelombang. Belum ada kepastian 100% bahwa sinyal itu benar-benar ada. Namun Hanhe tidak putus asa. Selain itu ia yakin bahwa sinyal rediale itu memang benar ada, hanya saja keberadaannya belum bisa dibuktikan secara ilmiah saja. Meskipun, ia juga tidak yakin benar, karena ia termasuk golongan pemikir ilmiah yang tidak ingin begitu mudah percaya pada teori atau teorema baru yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya.

Hai, pagi benar kau datang, tidak seperti biasanya.

Refleks, Hanhe menoleh ke asl suara yang sempat mengejutkannya untuk sepersekian detik, dan mendapati Fenger di belakangnya, berjarak kurang lebih satu setengah meter di belakangnya.

Kau sendiri juga datang sangat pagi, balas Hanhe.

Aku penasaran dengan mesin waktumu. Kau membawanya kan?

Hmm.. ya, aku membawanya. Kau mau lihat? Hanhe merasa pertanyaannya ini retoris, karenanya ia segera menambahkan, Sebentar, aku cari dulu...

Agak lama juga Hanhe mencari mesin waktunya. Wajar saja, sulit untuk menemukan benda yang ukurannya relatif kecil di antara buku pelajaran yang besar-besar.

Kelihatannya sulit sekali menemukannya..., kata Fenger agak tak sabar. Lagipula, sekecil apa sih mesin waktumu sampai bisa muat di dalam tas? Terus masa kau taruh begitu saja di antara buku-buku, kalau rusak bagaimana.."

Tunggu sebentar... jangan berisik, aku lagi konsentrasi nyari, sahut Hanhe, secara bersamaan pikirannya merutuki kecerobohannya menaruh secara asal benda yang mampu menentukan masa depannya itu. Mendadak jarinya menyentuh sebuah benda kecil terjepit di antara buku-buku. Dikeluarkannya benda itu dan diperlihatkannya pada Fenger dengan perasaan bangga.

Inilah mesin waktunya. Keren kan?

Tampak, dalam genggaman Hanhe, sebuah benda seperti sebuah komputer mini berwarna hijau cerah berukuran sebesar dua telapak tangan digabungkan jadi satu, berbentuk persegi empat namun keempat sudutnya berbentuk seperempat lingkaran. Han He menekan tombol kecil di pinggir sebelah bawah benda tersebut, menyebabkan benda itu membuka, membuat benda itu kini tampak seperti kamus elektronik. Di sebelah atasnya terdapat sebuah monitor mini, sementara di bagian bawah terdapat banyak sekali tombol-tombol bulat kecil berwarna-warni. Fenger mengamati benda tersebut dengan seksama.

Kok kecil begini, lain dengan bayanganku?

Ini memang sengaja dibuat kecil, supaya mudah dibawa ke mana-mana.

Keren juga. Kau sendiri yang membuatnya? Mulai kapan?

Sudah dari dua tahun yang lalu. Sekarang sudah hampir selesai, namun masih ada masalah yang belum berhasil kupecahkan, yaitu control areanya...

Hah, apaan tuh?

Tanpa control area, kita tak bisa berpindah waktu sesuai dengan keinginan kita.

Dan masih belum terpecahkan sampai sekarang?

Sudah mulai ada titik terang. Kau doakan saja mudah-mudahan berhasil.

Pastilah. Dan aku yakin kau juga pasti berhasil. Aku jamin itu!

Trims. Tapi jangan terlalu berharap, takutnya...

Belum selesai Hanhe bicara, di depannya sudah muncul tiga orang anak muda, dua orang di antaranya berbadan besar dan kekar, tak tampak kalau usia mereka juga sama dengan Hanhe dan Fenger, yaitu enam belas tahun. Namun yang paling mengejutkan Hanhe adalah si pemuda ketiga, yang biarpun bertubuh paling kecil, tetapi sebetulnya adalah pemimpin geng tersebut.

Si pemimpin geng berkata dengan sinis. Kudengar, kau terpilih dalam kompetisi YIC Int., apa benar?

Iya atau tidak, itu bukan urusanmu, Wu Anlu. Itu urusanku! jawab Hanhe dengan nada yang tak kalah sinis. Dari dulu ia memang tidak senang berurusan dengan si pemimpin geng yang bernama Wu Anlu itu, dan ia tidak segan-segan untuk menunjukkannya.

Jangan salah, Lin Hanhe. Yang sedang kuurusi bukanlah YIC Int., tapi keputusan dewan tim Olimpiade Fisika yang juga mengirimmu ke IphO * tanpa sebab yang jelas!

Benarkah? Bagus sekali, terima kasih untuk informasi yang menyenangkan itu.

Ya, untukmu, karenanya aku ingin memberi ucapan selamat atas keberhasilanmu dapat ikut di dua kompetisi internasional, satu atas usahamu sendiri, dan, yang satu lagi, atas keberuntunganmu. Ah, tapi, aku ragu kau benar-benar memenangkan YIC atas kemampuanmu sendiri!

Apa sih maumu sebenarnya, Wu Anlu?! Mau cari ribut? Kalau mau cari masalah jangan di sini! Ini sekolah, bukan tempat berkelahi! seru Hanhe. Sudahlah, cepat minggir! Urusanku masih banyak, tidak seperti kau yang cuma bisa mengajak ribut orang. Ayo, Fenger, kita pergi. Kalau kelamaan di sini bisa-bisa kita ketularan penyakit rese!

Wah, wah, wah, rupanya sekarang juara sains sekolah kita sudah punya pacar! Hebat, hebat sekali kau Lin Hanhe, ternyata kau bukan hanya jago dalam pelajaran, tapi juga mahir bermain cinta!

Ingin sekali Hanhe menampar mulut Wu Anlu sekarang juga, malah kalau bisa membunuhnya untuk membalas dendamnya selama ini. Tapi, seringkali terjadi, justru kalau kemarahan sudah memuncak, tubuh justru malah terkekang dan terkadang malah tidak bisa digerakkan sama sekali, hanya bisa bergetar menahan emosi yang menggila seperti yang ia alami sekarang ini (lagipula walaupun tubuhnya bisa merespon, Hanhe tetap tak bisa berbuat apa-apa, sebab Fenger yang sudah melihat percikan api cikal bakal perkelahian terus-menerus menggenggam erat tangannya).

Jadi, karena tidak bisa berbuat apa-apa, Hanhe terpaksa tidak menggubris sindiran Wu Anlu dan hanya berlalu dalam diam.

Dan sebenarnya masalah ini akan selesai sampai di sini saja, kalau saja insiden itu tidak terjadi. Suatu insiden kecil yang akhirnya mengakibatkan insiden besar. Yang tak akan pernah dilupakan oleh mereka semua, dan siapapun juga yang berada di koridor sempit ini saat itu.

Entah kenapa, tiba-tiba saja mesin waktu Hanhe terjatuh. Benda kecil bulat itu menggelinding ke arah belakang, tepatnya ke arah Wu Anlu. Hanhe, yang segera menyadari kejadian tersebut, segera berusaha mengambilnya kembali. Namun, mesin waktu itu terlalu dekat dengan Wu Anlu, mengakibatkan pemuda itu dapat mengambilnya lebih dulu.

Apa ini? tanyanya refleks.

Wu Anlu, jangan seenaknya mengambil barang orang! Cepat kembalikan!

Apa? Ini milikmu? Apa tak salah, nih?

Tak usah banyak bicara, cepat kembalikan barang itu padaku!

Enak saja, kenapa aku harus mengembalikannya padamu?! Tidak ada yang bisa membuktikan ini milikmu, lagipula.

Wu Anlu... kau jangan sengaja cari gara-gara deh! Kembalikan... atau kau akan tahu rasa!

Oh yeah? Anak sepertimu bisa membuatku tahu rasa?! Wah, taakuuut...

Katakata terakhir Wu Anlu telah menenggelamkan habis seluruh kesabaran Hanhe. Langsung saja diserbunya musuh besarnya itu. Perebutan mesin kecil itupun tak terelakkan lagi.

...

*IPhO = International Physics Olympiad (Olimpiade Fisika).