Chereads / ATM / Chapter 3 - Anak magang

Chapter 3 - Anak magang

Hari kedua gue bekerja, Manajer bank langsung mengumumkan bahwa hari ini ada anak magang. Gue gak tahu semendadak itukah pemberitahuaanya jika ada anak magang. Bukankah seharusnya ada proposal masuk lebih dahulu jika ada anak magang atau karyawan baru. Tapi karena mungkin prosedurnya begitu, gue pun gak memperdulikannya.

Setelah pak budhi selaku manajer memberitahukan bahwa hari ini ada anak magang, pak budhi pun memberikan anak magang itu ke gue.

Awalnya gue menolak, alasannya gue gak perlu bantuan dan gue limpahkan anak magang tersebut ke Rina. Bukannya menerima mandat, rina pun berdalih bahwa ia sendiri bisa mengerjakan tugasnya tanpa bantuan siapapun. Mau gak mau gue pun memperkerjakan dia dengan gue.

Anak magang dan gue pun akhirnya saling memperkenalkan diri masing-masing.

Setelahnya gue meminta ia keruangan gue.

"Oke Reza, Kamu ikut saya keruangan saya", pinta gue kedia. Terpaksa dan terpaksa gue pun menjadikannya asisten.

Setelah mengikuti menuju ruangan,gue mulai bekerja seperti biasanya, namun keheningan pun terjadi. Gue canggung mau berbicara sama dia apalagi meminta bantuannya. Suasana macam apa ini tanya gue.

Mungkin ia merasa tidak enak hati sebab gue nyuekin dia, akhirnya ia mulai bicara dengan gue.

"Bu Febby terimakasih ya kemarin ", ucapnya.

" Eh, makasih buat apa", tanya gue penuh rasa penasaran.

"Makasih buat yang kemarin sudah bantuin Reza di stasiun", jawabnya.

Gue pun mencoba mengingat ada kejadian apa gue sama dia. Setelah diingat-ingat,ternyata dia cowok kemarin yang gak bisa naik busway karena kehilangan kartu E-Money nya. Karena kemarin dia pakai topi gue pun kurang jelas melihat wajahnya. Kebetulan kami berdua satu arah pulang jadi gue bantuin reza bayar ongkos buswaynya.

"Oh iya, aku baru ingat kamu anak kemarin ya", jawab gue setelah gue mengingat ingatnya.

Gue pun memintanya menyusun file yang menumpuk di gudang file. Gue melihat semangatnya dalam bekerja sangat tinggi ditambah bentuk wajah yang begitu tampan terlebih tingginya dan bentuk badan yang kekar serta kulit putih mulusnya bak pantat baby membuat gue melamunkannya.

Gue terbuai dalam hayalan, berharap bisa punya pacar sepertinya yang begitu berkharisma dan mempesona, maklum gue mah Lulus SMA gak pacaran lagi.

"Bu, Sudah selesai ", ucapnya.

" Bu, Bu, Bu febby", tambahnya lagi sambil melambaikan tangannya yang begitu lentik di wajah gue.

"Ah iya, maaf aku melamun, kenapa ya", tanya gue.

"Tugas saya sudah selesai, ada lagi yang bisa saya bantu", jelasnya kegue.

"Ah, anu... Kalo sudah selesai kamu bisa istirahat dan kamu juga keringatan",pinta gue ke dia.

Karena bertepatan jam makan siang gue pun membelikan ia makan sebagai tanda terima kasih untuk pekerjaannya.

Akhirnya gue pun satu ruangan dengan Reza selama 3 bulan ini.gue juga banyak mengajarkannya tentang tata cara input data serta mengajarinya cara transfer dan mengolah data masuk.

Gak ada salahnya berbagi ilmu, toh ia juga mahasiswa keuangan Pasti sudah paham letak susahnya di mana.

Selama bekerja sama dengannya gue sering salting dengan wajah tampan nan imutnya. Adu duh adek kamu kok ganteng banget.

Gue juga pernah mengecek Biodata Reza, kami berdua hanya berbeda 2 bulan.

Seandainya gue jadi pacarnya pasti gue beruntung banget... Tapi itu hanya hayalan semata..