Semenjak Asuna tiba di Ostia, sakit kepala disertai dengan banyak sekali ingatan-ingatan asing yang ia yakin tidak pernah ia lihat atau alami, tiba-tiba saja muncul di dalam kepalanya. Dan karena Asuna merasa tidak nyaman dengan semua ingatan itu, ia memutuskan untuk berjalan-jalan di luar kediaman Emiya yang ada di Ostia. Untuk menyegarkan pikirannya. Tentu saja Asuna tidak lupa menggunakan penyamaran, karena ia tahu kalau akan terjadi hal yang gawat kalau ia tidak menyamar.
Setelah berjalan selama hampir satu jam, melihat-lihat keadaan Ostia. Asuna di tiba di pinggiran Ostia, di mana ia bisa melihat pemandangaan yang sangat indah. Karena Ostia adalah sebuah kota yang melayang di atas awan.
"Wooow benar-benar pemandangan yang luar biasa," Kata Asuna yang jantungnya berdebar-debar ketika ia melihat pemandangan indah yang ada di hadapannya. "Kalau jatuh dari tempat ini, pasti bakalan mati, deh. Tapi pemandangan semacam ini hampir mustahil untuk ditemukan di dunia nyata."
Tepat setelah berkata seperti itu, Asuna merasakan sesuatu yang ia yakin belum pernah rasakan sebelumnya. Tapi entah kenapa ada perasaan nostalgia yang menjadi semakin kuat, tepat ketika ia berjalan semakin jauh masuk ke pinggiran Ostia.
'Perasaan aneh, apa ini? Kenapa aku merasa pernah melihat dan berjalan di dalam gang tempat aku berjalan saat ini?' Kata Asuna yang merasa bingung dengan perasaan nostalgia yang ia rasakan saat ini. 'Rasa nostalgia yang kurasakan saat ini, kangen dan menyenangkan, apa perasaan ini berhubungan dengan ingatan-ingatan aneh yang akhir-akhir ini membuatku sakit kepala?'
Setelah berjalan cukup jauh, dengan perasaan nostalgia aneh yang dirasakannya. Asuna tiba di sebuah platform berbentuk lingkaran yang tampaknya dipakai untuk ritual sihir dan juga sebagai tempat untuk melihat pemandangan.
Dan di tempat itu, rasa nostalgia yang dirasakannya menjadi semakin besar dan kuat...
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
"Tempat ini, rasanya pernah kulihat dulu sekali, ketika aku masih kecil," Kata Asuna. "Apa aku pernah datang ke tempat ini? Aah, tapi itu nggak mungkin! Sebenarnya apa sih yang kupikirkan, sedari tadi aku malah memikirkan hal yang tidak berguna!"
Tepat di saat Asuna merasa malu kepada dirinya sendiri, karena malah memikirkan sesuatu yang menurut dirinya adalah sesuatu yang ngawur. Muncul seseorang yang sama sekali tidak ia sangka-sangka akan bisa berada di tempat yang sama dengannya.
"Lho, Asuna-san? Apa yang kau lakukan di tempat ini?" Tanya Shirou yang berdiri tepat di hadapan Asuna sambil berada dalam wujud dewasanya, yang seratus persen sangat mirip dengan Nagi hanya saja ia memakai kacamata khusus yang akan membuatnya tidak bisa dikenali oleh siapapun.
"Shi-Shirou-kun!?" Kata Asuna yang wajahnya langsung memerah padam dan jantungnya berdetak dengan sangat kencang, begitu ia melihat Shirou yang saat ini muncul di depannya. "Ke-kenapa kau bisa ada di sini!?"
"Hmm? Aku sedang berjalan-jalan mengelilingi Ostia, untuk mencari restoran yang memiliki makanan enak. Supaya aku bisa menambah pengetahuanku, mengenai jenis-jenis kuliner yang ada di Mundus Magicus," Kata Shirou yang merasa sedikit geli melihat reaksi Asuna. "Kembali ke pertanyaanku yang sebelumnya, Asuna-san, apa yang sedang kau lakukan sendirian saja, di tempat seperti ini?"
"Aku tiba di tempat ini setelah aku berjalan-jalan tanpa tujuan untuk menyegarkan pikiranku," Jawab Asuna masih dengan wajah yang memerah, karena ia merasa gugup ada berduaan bersama dengan Shirou. Dimana momen seperti itu sangat jarang di miliki olehnya, karena Shirou hampir selalu bersama dengan Rin.
"Menyegarkan pikiran? Hmm jangan bilang kau saat ini sedang mengalami sebuah fenomena aneh, dimana kau melihat banyak sekali ingatan yang tidak pernah kau alami, ilusi-ilusi dari pemandangan yang belum pernah kau lihat sebelumnya, dan juga penampakan dari orang yang kau belum pernah lihat sebelumnya."
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
"Alasan aku pergi dari kediaman Emiya untuk menyegarkan pikiran adalah karena semua ilusi-ilusi itu!" Teriak Asuna yang dibuat terkejut dengan perkataaanya Shirou. "Shirou-kun bagaimana kau bisa menebak dengan begitu tepat hal aneh yang baru saja kualami!?"
Shirou merasa bersyukur, ia menutup telinganya di waktu yang tepat. Karena setiap kali Asuna berteriak dengan kencang, telinga orang-orang yanh ada di sekitar Asuna pasti berdengung. Dan hal semacam itu, adalah hal yang tidak ingin dialami lagi oleh Shirou.
"Hmm, aku bisa mengetahuinya karena saat ini di daerah sekitar Ostia, sedang ada wabah yang menyebabkan seseorang jadi melihat jadi melihat ilusi dan mimpi, semua gejala yang kau alami benar-benar mendeskripsikan dengan tepat gelaja dari penyakit tersebut," Kata Shirou yang saat ini merasa tidak enak karena harus membohongi Asuna. "Dan kalau penyakit itu dibiarkan begitu saja tanpa diobati, orang yang menderita penyakit tersebut akan menjadi tidak waras."
Wajah Asuna memucat mendengar penjelasannya Shirou. Ia sama sekali tidak menyangka kalau semua mimpi, dan ilusi yang akhir-akhir ini sering ia lihat adalah sebuah penyakit yang bisa membuatnya menjadi gila.
"Shi-Shirou-kun apakah Elixir yang kau buat bisa dipakai untuk mengobati penyakitku?" Tanya Asuna dengan wajah yang memucat.
"Sayangnya tidak," Jawab Shirou. "Elixir tidak dapat dipakai untuk mengobati penyakit yang berhubungan dengan mental seseorang, tapi kau tidak perlu merasa kuatir. Karena aku punya obatnya."
Shirou memberikan sebuah bungkusan berisi obat serbuk kepada Asuna dan menyuruh Asuna untuk meminumnya. Asuna yang orangnya agak polos tanpa berpikir dua kali langsung meminum obat yang diberikan oleh Shirou kepadanya. Setelah meminum obat itu, Asuna langsung tertidur, karena efek dari obat khusus yang dibuat oleh Rakan untuk menekan ingatan Asuna yang mulai kembali.
Shirou langsung menggendong tubuh Asuna di punggungnya dan membawanya ke kediaman Emiya. Ia saat ini merasa lega, karena misinya untuk membuat Asuna meminum obat penahan ingatan berhasil dilakukan.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Di kediaman Emiya, tepat setelah Shirou membaringkan Asuna di dalam kamarnya.
"Jadi melihat tuan putri Asuna tertidur dengan begitu lelap, itu berarti kau sudah sudah berhasil melaksanakan misimu dengan baik?" Tanya Clone Nagi yang sedang duduk di sebelah Rakan tepat di ruang tamu dari kediaman Emiya.
"Yah, begitulah," Jawab Shirou. "Aku sama sekali tidak menyangka kalau ingatan masa lalu, Asuna akan kembali sedikit demi sedikit. Tepat setelah ia tiba di Ostia."
"Ostia adalah tempat kelahiran Asuna dan sebagai Imperial Princess of Twilight, secara mental Asuna terhubung dengan Ostia," Kata Rakan yang sedang meminum bir dari gelas yang sangat besar. "Tidak heran kalau ingatan Asuna akan kembali secara bertahap kalau ia kembali ke Ostia, karena kekuatan sihir yang ada di Ostia akan melakukan apapun untuk membuat Asuna tidak mati dan berada dalam kondisi terbaik."
"Makanya obat penahan ingatan yang dibuat oleh Rakan sangat dibutuhkan," Kata Clone Nagi dengan ekspresi wajah yang sedih karena Asuna tidak dapat mengingat dirinya. "Agar Asuna tidak lagi mengingat masa lalunya yang menyakitkan."
"Masa lalu dimana ia hanya dimanfaatkan sebagai senjata pemusnah massal oleh pihak kerajaan Vespertatia, dan ia tidak diizikan untuk bertambah tua secara fisik dan mental agar ia bisa terus digunakan sebagai senjata yang menjamin kelangsungan dari kerajaan Vespertaria, sebagai kerajaan terkuat di Mundus Magicus," Kata Rakan dengan wajah yang terlihat kesal.
"Masa lalu gadis itu terlalu menyedihkan, jadi ketika Nagi dianggap meninggal dan Gatou yang ditugaskan untuk menjaga Asuna tewas. Takamichi dipaksa untuk mengambil tindakan menghapus ingatan Asuna agar Asuna tidak perlu lagi menderita."
***
Sakit kepala yang dialami oleh Evangeline semakin menjadi-jadi, dan Evangeline mulai melihat ingatan dari Arika. Seolah-olah dirinya adalah Arika Enteofushia, ratu terakhir dari kerajaan Vespertatia dan istri dari Nagi Springfield. Mimpi itu tentu saja membuat Evangeline menjadi senang, karena menjadi istri dari Nagi adalah impiannya. Tapi Evangeline masih yakin, kalau semua ingatan yang muncul di kepalanya adalah sebuah ilusi yang disebabkan karena ia tidak dapat memperoleh impiannya menjadi istri dari Nagi.
***
Asuna yang sedang tertidur di dalam kamarnya terlihat tertidur dengan sangat tenang. Wajah Asuna yang sebelumnya terlihat pucat mulai kembali seperti semula. Ekspresi wajah Asuna yang tadinya penuh dengan rasa bingung menjadi terlihat jauh lebih baik. Bahkan igauan yang di malam sebelumnya terdengar di kamar Asuna tidak lagi muncul. Saat ini Asuna sudah benar-benar kembali menjadi menjadi dirinya yang biasa, dimana dirinya penuh dengan rasa percaya diri.