Chereads / Master of Faker Reborn / Chapter 198 - Chapter 196 - Informasi Penting

Chapter 198 - Chapter 196 - Informasi Penting

"Kau masih muda tapi sudah sekuat itu," Kata sang bartender. "Jarang ada orang yang sekuat dirimu dengan usia yang masih amat muda, melihat dirimu aku jadi mengingat masa lalu. Ketika ada pendekar yang kira-kira seumur dengan dirimu datang ke barku untuk membeli air minum. Dengan kekuatanmu itu kau bisa mendapatkan banyak uang di arena pertarungan."

"Aku tidak terlalu peduli soal uang, karena yang kuinginkan darimu adalah informasi," Kata Shirou sambil sekali lagi memperlihatkan buku absen kelas 3-a kepada sang bartender. "Apa kau mengingat sesuatu ketika kau melihat foto dari gadis-gadis yang ada di buku ini?"

"Ah, iya aku jadi ingat dengan gadis berambut pendek yang memiliki banyak bintik di wajahnya," Kata sang bartender sambil menunjuk ke arah foto Natsumi. "Dia anak perempuan yang meminta air minum kepadaku dengan sangat ramah, dan kalau tidak salah dia juga sama denganmu bersitegang dengan para preman di jalanan. Dia juga sepertinya sedang berjalan bersama dengan dua cewek lain. Karena mereka masuk ke dalam kereta kuda yang terlihat mencurigakan kuharap mereka berdua tidak dijadikan budak."

Ucapan sang bartender membuat wajah Kotarou dan Negi menjadi sangat pucat. Karena mereka berdua menyadari kalau gadis yang meminta air minum kepada sang bartender adalah Natsumi. Dan saat ini ada kemungkinan kalau Natsumi dijadikan budak.

Setelah mendapatkan informasi yang cukup penting dari sang bartender, mereka berlima memutuskan untuk mencari lebih banyak informasi dengan cara mengelilingi kota Hecate.

"Kalau semua informasi yang kita telah kumpulkan digabungkan, Natsumi, Akira dan Ako dibawa pergi oleh sekelompok pedagang budak dan pergi ke kota pelabuhan di selatan, Granicus," Kata Chisame.

"Dan menurut salah satu saksi yang kita tanya, ada seseorang diantara, Natsumi, Ako dan Akira yang terlihat sakit," Kata Shirou dengan wajah yang terlihat cemas. "Saat ini kita harus secepatnya mencari mereka bertiga. Kalau tidak aku kuatir akan terjadi hal yang buruk kepada mereka bertiga."

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Di sebuah restoran terbuka yang ada di kota pelabuhan Granicus. Natsumi Murakami sedang menyapu di salah satu bagian dari restoran terbuka yang sudah tutup karena matahari sudah terbenam.

"Fyuuh," Kata Natsumi sambil menyeka keringat di dahinya. "Paus yang melayang di langit, dan juga bangunan-bangunan megah yang terlihat asing. Mau dipikir bagaimana pun, semua yang kulihat saat ini benar-benar terasa tidak nyata. Tapi aku sudah berkali-kali mencubit pipiku dan aku merasa sakit, itu jelas menunjukkan kalau saat ini aku sedang tidak bermimpi."

Natsumi saat ini sedang merasa sangat putus asa. Karena ia berada di tempat yang bisa dibilang sangat aneh dan asing bagi dirinya.

"Hari itu aku pergi mengikuti Negi-Sensei dan yang lain ke tempat yang sangat mirip dengan Stonehenge," Kata Natsumi sambil mengingat hari terakhir ketika ia berada di Bumi. "Dan setelah itu aku nggak tahu apa yang terjadi denganku, karena tahu-tahu aku, Ako-san dan Akira-san berada di dunia fantasi yang mencengangkan ini."

Setelah Natsumi selesai menyapu, ia memutuskan untuk kembali ke kamar yang ia bagi bersama dengan Ako dan Akira untuk beristirahat.

Ketika Natsumi membuka pintu dari kamar itu, Akira yang sedang merawat Ako yang sedang sakit. Menyambutnya dengan senyuman tipis, wajah Akira saat ini terlihat kotor dan baju yang ia pakai juga tampak dekil dan compang-camping. Keadaan Akira saat ini seperti seseorang yang sudah lama belum mandi dan mengganti pakaian.

"Kau sudah selesai bekerja rupanya Natsumi," Kata Akira yang merasa senang ketika melihat Natsumi. "Selama kau bekerja tidak ada hal aneh yang terjadi bukan?"

"Tidak ada," Kata Natsumi menjawab pertanyaannya Akira. "Tapi aku merasa kalau bekerja sebagai maid di sebuah restoran terbuka di dunia fantasi adalah kerja sambilan yang sangat berat."

"Yah, mau bagaimana lagi," Kata Akira yang merasa tidak enak kepada Natsumi yang bekerja sebagai maid sendirian. "Saat ini kita bertiga adalah budak, sampai kita mendapatkan uang yang cukup untuk membayar hutang, baru kita bisa bebas kembali."

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

"Bagaimana keadaan Ako?" Tanya Natsumi yang penasaran dengan keadaan dari teman sekelasnya yang sedang sakit itu. "Apakah dia sudah baikan?"

"Demamnya masih belum turun, dan kesadarannya juga belum kembali," Jawab Akira. "Dia bahkan sampai mengigau menyebut nama sepupunya Shirou-kun. Dan kalau obat yang diberikan kepada Ako memang ampuh, katanya Ako akan bangun dalam dua atau tiga hari."

"Syukurlah kalau begitu," Kata Natsumi yang merasa lega mendengar jawabannya Akira.

"Saat itu aku benar-benar bingung ketika wajah Ako tiba-tiba saja memucat dan ia pingsan di tengah gurun tandus tempat kita muncul di dunia fantasi yang aneh ini," Kata Akira. "Kalau waktu itu kau tidak ada, aku pasti akan merasa kesulitan menolong Ako."

"Tapi sayangnya begitu kita bertiga tiba di kota terdekat dan dibantu oleh seseorang yang memberikan obat kepada Ako, aku sama sekali tidak menyangka kalau kita bertiga akan dijadikan budak," Kata Natsumi yang merasa tertipu oleh si pedagang budak. "Kita semua benar-benar sudah tertipu."

"Apa boleh buat Natsumi, kalau kita tidak menerima pertolongan dari pedagang budak itu. Maka Ako tidak akan bisa diobati," Kata Akira sambil menghela nafas. "Selain karena kita nggak punya uang, menerima pertolongan dari pedagang budak itu satu-satunya cara supaya kita bisa bertahan hidup. Jadi sekarang kita hanya bisa bekerja untuk bisa membayar hutang."

Tapi satu juta Drachma itu berapa banyak! Dan berapa lama kita harus bekerja supaya kita bisa membayar uang sebanyak itu!" Kata Natsumi yang sedikit menangis meratapi nasibnya. "Ditambah karena saat ini kita adalah budak akan sangat sulit bagi kita untuk mengumpulkan uang sebanyak itu."

"Perbudakan saat ini sudah sangat jarang terjadi di Bumi, sedangkan di tempat kita berada saat ini sepertinya perbudakan adalah sesuatu yang wajar," Kata Akira dengan nada yang serius. "Apa kau pikir semua hal yang saat ini sedang kita alami adalah kenyataan?"

"Kupikir yang saat ini kita sedang alami adalah kenyataan," Kata Natsumi. "Karena tidak mungkin aku bisa merasa sakit di dalam mimpi."

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

"Tapi apa kau lihat dandanan dan pakaian yang dipakai oleh sebagian besar dari orang-orang yang ada di kota ini, mereka semua berpakaian seperti para badut yang ada di parade kostum Festival Mahora," Kata Akira dengan raut wajah yang terlihat serius. "Aku nggak pernah dengar atau melihat tempat seperti dunia fantasi begini di Bumi."

"Akira-san kurasa ucapanmu itu ada benarnya juga, sih, tapi itu semua adalah hal yang membuat kita semua merasa kalau hal yang saat ini kita sedang alami terasa seperti sebuah mimpi," Kata Natsumi. "Di tempat ini kita bisa merasakan sakit, lapar, haus, mengantuk. Bahkan kita bisa melihat mimpi di saat kita tertidur."

"Ada kemungkinan kalau saat ini kita sedang berada di dalam mimpi yang sama atau kita terlempar ke dunia lain seperti yang ada di manga, light novel dan anime," Kata Akira sambil mengutarakan sebagian dari pendapat yang ia miliki. "Semua kemungkinan yang baru saja kusebutkan bisa saja terjadi pada kita bertiga saat ini."

"Atau saat ini kita sedang berada di dalam game! Kalau kita benar-benar berada di dalam game akan sangat masuk akal kalau kita saat ini bisa ada di dunia fantasi begini!" Kata Natsumi yang kali ini memgutarakan pendapatnya sendiri. "Soalnya Virtual Reality saat ini sudah sangat maju bukan!"

"Mau semaju apapun Virtual Reality yang ada saat ini tidak mungkin kita bisa sampai merasakan yang saat ini sedang kita rasakan," Kata Akira. "Bahkan AL* dan game-game virtual reality lain yang beredar di pasaran tidak serealistis keadaan kita saat ini."

"Apapun yang terjadi pada kita saat ini mau itu, berada di dunia game, atau menjadi traverser ke dunia lain, kita tidak akan bisa melakukan banyak hal selama Ako masih sakit," Kata Natsumi. "Dan kalaupun Ako sudah sembuh, apa yang harus kita lakukan setelahnya?"

Akira dan Natsumi benar-benar dibuat bingung dengan hal aneh dan gila yang saat ini sedang terjadi kepada mereka. Mereka saat ini tidak tahu harus berbuat apa selain bekerja untuk membayar utang mereka, Akira dan Natsumi cuma bisa berharap kalau akan ada seseorang yang mereka kenal, bisa menolong mereka.