"Eeeh kamu mau pergi ke Mundus Magicus!" Nekane dibuat terkejut setengah mati ketika ia mendengar kalau Negi adik sepupunya yang sangat ia cintai layaknya seorang kekasih akan pergi ke dunia sihir. Sampai-sampai badannya menjadi lemas dan ia hampir pingsan. "Negi kenapa kau mau pergi ke tempat yang berbahaya seperti itu!"
"Maafkan aku Nekane-Onee-chan, tapi aku harus pergi ke Mundus Magicus," Negi memasang wajah yang sangat serius ketika ia mengucapkan hal tersebut untuk menunjukkan kepada Nekane kalau ia benar-benar serius ingin pergi ke Mundus Magicus. Karena Negi sadar kalau Nekane sangat overprotective pada dirinya dan hanya dengan cara membulatkan tekad dan memasang wajah super serius di hadapan Nekane satu-satunya cara agar ia bisa mendapatkan restu dan izin dari Nekane untuk bisa pergi ke dunia sihir. "Untuk mendapatkan petunjuk mengenai keberadaan ayah."
Wajah Nekane terlihat shock ketika ia mendengar ucapan Negi, 6 tahun yang lalu ketika ada serangan dari ras iblis di desa tempat kelahirannya Negi. Nekane menyadari kalau ia dan Negi diselamatkan oleh seseorang, dan Nekane curiga kalau yang menyelamatkan mereka adalah Nagi. Karena secara samar-samar Nekane bisa mendengar suara Nagi berbicara pada Negi sewaktu ia berada dalam keadaan setengah sadar.
"Oh, jadi kau akhirnya berniat mencari Nagi-san, ya Negi," Kata Nekane dengan wajah yang penuh dengan kesedihan. "Tapi kau dan teman-temanmu masih di bawah umur bukan? Tanpa orang dewasa yang menemani kamu tidak akan boleh melewati gerbang yang akan membawamu menuju ke Mundus magicus."
"Ah, kalau mengenai hal itu sudah bukan masalah," Kata Shirou yang duduk di sebelah Rin. "Karena kami sudah mendapatkan izin khusus dari Kepala Sekolah sihir Merdiana."
"Iya, tadi pak Kepala Sekolah memberikannya kepadaku ketika kita tadi berkeliling sekolah sihir," Kata Rin sambil mengeluarkan surat khusus yang tadi diberikan oleh kepala sekolah sihir Merdiana kepada dirinya. "Dia bahkan sampai berkata kalau ia menitipkan Negi kepada kami berdua karena katanya walaupun Negi itu pintar dan sudah lumayan kuat tapi Negi masih kurang pengalaman, keras kepala yang mencapai level dewa dan terlalu mudah percaya kepada orang lain."
Ucapan Rin benar-benar menusuk ke dalam hati dan pikiran Negi, semua hal yang disebutkan oleh Rin membuat hati Negi merasa sakit. Karena semua hal yang diucapkan oleh Rin adalah hal-hal buruk yang ada pada dirinya yang belum bisa ia hilangkan sama sekali.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Keesokan harinya di sebuah ruang bawah tanah yang berada jauh di bawah sekolah sihir Merdiana, terdapat banyak sekali patung batu. Patung-patung batu itu adalah korban dari petrification yang berasal dari desa tempat kelahiran Negi. Semua patung batu itu secara khusus dibawa dari desanya Negi supaya tidak ada satu pun dari patung-patung itu yang rusak akibat cuaca ataupun hal lain yang tidak diinginkan.
Dan saat ini, Negi, Rin, Shirou, Anya, Konoka, Setsuna dan Asuna beserta dengan Nekane dan Kepala Sekolah sihir Merdiana sedang berada di dalam ruangan itu melihat orang-orang dari desa tempat kelahirannya Negi yang menjadi patung batu. Negi melihat satu patung batu yang merupakan orang yang sangat ia kenal dan orang itu adalah Stan, orang yang menyelamatkannya dari petrificationnya Herman.
"Kakek Stan," Kata Negi sambil mendekati patungnya Stan. "Ini aku Negi, sudah enam tahun berlalu sejak saat itu, dan sudah enam tahun pula kakek menjadi patung batu. Kalau waktu itu kakek Stan dan Nekane-Onee-chan tidak menolongku, aku pasti saat ini sudah menjadi patung batu di tempat ini bersama dengan penduduk desa yang lain, karena itu aku benar-benar berterima kasih atas pengorbanan yang kau lakukan untuk enam tahun yang lalu, kakek Stan."
"Woow aku nggak menyangka kalau penduduk desanya Negi yang menjadi patung batu ada disini," Kata Konoka yang terkejut dengan patung-patung batu yang ada di ruang bawah tanah itu.
"Jumlahnya juga ada ratusan," Kata Asuna. "Pasti dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengangkut semua patung batu ini ke tempat ini."
"Ini benar-benar mengejutkan," Kata Setsuna dengan wajah yang terlihat kaget. "Ini pertama kalinya bagiku melihat korban dari petrification sebanyak ini dalam satu tempat yang sama ."
"Negi aku membawamu ke tempat ini, dengan harapan agar kau bisa berhenti melihat ke belakang dan meneruskan langkahmu ke masa depan," Kata Kepala sekolah. "Jangan tambah beban lagi di punggung kecilmu itu, lupakan yang ada di belakang dan melangkahlah ke depan."
"Aku mengerti kakek," Kata Negi sambil tersenyum. "Aku akan melupakan apa yang ada di belakangku dan terus melangkah ke depan, setidaknya saat ini aku sudah bertambah dewasa dan mengerti apa arti dari ucapannya kakek."
"Apanya yang bertambah dewasa!" Teriak Anya yang merasa tidak setuju dengan perkataan pacarnya itu "Sifatmu yang keras kepala dan sulit mendengarkan saran dari orang lain tidak mengalami perubahan sama sekali!"
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
"Anya-chan tidak baik berteriak seperti itu kepada Negi," Kata Asuna. "Apalagi Negi itu pacarmu bukan?"
"Justru karena aku adalah pacarnya Negi makanya aku mengingatkan dia agar dia bisa mengubah sifat jeleknya itu Asuna-san," Kata Anya sambil berjalan mendekati salah satu patung batu. "Karena kalau ia selalu bersikap seperti itu, suatu hari nanti ia akan mengalami masalah besar di masa depan."
Negi yang menjadi depresi lalu berjongkok di pojok ruangan karana ucapannya Anya, Nekane sampai harus ikutan berjongkok untuk menghibur Negi yang sedang depresi. Sedangkan Anya mengelap patung wanita yang ada di hadapannya dengan sangat perlahan dan hati-hati tanpa mempedulikan pacarnya yang sedang depresi itu seolah-olah Negi sama sekali tidak ada di dekatnya.
"Aih aih Negi jadi depresi, deh," Kata Konoka dengan keringat yang menetes dari pipinya yang menandakan kalau ia merasa kasihan dengan Negi. "Ucapannya Anya-chan barusan benar-benar kejam."
"Yah, Negi-Sensei memang anak kecil berumur sepuluh tahun yang keras kepala, sih," Kata Setsuna dengan reaksi yang sama seperti Konoka. "Tapi untungnya Negi-Sensei masih menurut kepada Shirou-Sama dan Anya-chan."
"Pak kepala Sekolah kenapa Anya-san mengelap patung wanita itu dengan sangat detail dan hati-hati?" Tanya Shirou. "Apakah patung wanita itu adalah seseorang yang sangat penting bagi Anya-san?"
"Patung wanita itu adalah ibunya Anya," Jawab kepala sekolah dengan raut muka yang sedih. "Dan selama Anya bersekolah disini ia setiap hari datang untuk membersihkan patung ibunya agar patung itu tidak kotor."
"Pantas saja Anya-chan membersihkan patung wanita itu dengan sangat detail," Kata Rin yang akhirnya paham mengapa Anya membersihkan patung itu dengan sangat berhati-hati."
"Iya, tim pemusnah kutukan dari sekolah sihir ini sudah berusaha sebaik mungkin untuk mencari cara supaya patung-patung batu itu kembali menjadi manusia," Kata Kepala sekolah. "Sayangnya kutukan petrification dari Herman sangat kuat, sehingga usaha apapun yang tim pemusnah kutukan lakukan tidak ada yang berhasil. Dibutuhkan sihir yang sama kuat atau melebihi kutukan itu agar petrificationnya bisa dihilangkan."
Shirou dan Rin tahu betapa menyusahkannya sihir kutukan seperti petrification, karena mereka pernah melihat sihir yang sama di Kyoto, mimpinya Negi dan di Mahora. Untuk menyembuhkan orang-orang yang terkena petrification dibutuhkan sihir anti kutukan yang sangat kuat, Noble Phantasm yang bisa menetralkan sihir seperti Rule Breaker atau ramuan khusus dengan efek yang bisa menetralkan kutukan seperti Elixir.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
"Pak Kepala Sekolah kenapa kau tidak memakai Elixir untuk menetralkan kutukan dari orang-orang yang berasal dari desanya Negi?" Tanya Rin. "Ramuan sekelas Elixir bisa dipakai untuk mengembalikan kondisi mereka menjadi seperti semula bukan?"
"Elixir memang bisa mengembalikan mereka semua menjadi manusia," Jawab Kepala Sekolah. "Tapi harga Elixir sangatlah mahal, dan jumlah orang yang bisa membuatnya juga sangat langka jadi tidak mungkin bagi kami bisa mendapatkan Elixir dalam jumlah yang banyak, karena ramuan itu selain mahal sangatlah sulit untuk dibuat."
"Yah, Elixir memang ramuan pemulih keadaan dengan level paling tinggi, sih," Kata Shirou sambil menghela nafas. "Tapi aku bisa membuatnya dalam jumlah yang sangat banyak menggunakan Denial of Nothingness."
"Ah, aku lupa kalau kau bisa membuat ramuan itu dengan menggunakan Denial of Nothingness," Kata Rin sambil menepuk telapak tangan kirinya menggunakan tinju kanannya. "Dan level Elixir yang kau buat jauh lebih tinggi dari Elixir yang biasa. Apa lagi berkat Elixir yang kau buat orang-orang di asosiasi sihir Kansai bisa kembali menjadi manusia."
"Ka-Kau bisa membuat Elixir dalam jumlah banyak menggunakan sihir yang hanya ada di dalam legenda the Denial of Nothingness!" Kata Kepala sekolah yang merasa kaget dengan hal penting yang baru saja ia dengar. "A-Apakah yang kau ucapkan itu sungguhan?"
"Yah, itu benar," Kata Rin sambil menganggukan kepalanya. "Shirou menguasai the first true magic yang bisa digunakan untuk menciptakan benda apapun selain mahluk hidup dari kehampaan Denial of Nothingness. Dan Elixir hanyalah salah satu dari benda yang bisa ia buat."
"Kalau begitu berapa banyak Elixir yang bisa kau buat dalam waktu dua puluh empat jam?" Tanya Kepala sekolah dengan penuh semangat kepada Shirou setelah tahu kalau Shirou bisa memecahkan masalah yang sudah membuatnya kepalanya menjadi pusing selama bertahun-tahun.
"Aku bisa membuat kira-kira 5000 botol," Jawab Shirou. "Jumlah yang kurasa cukup untuk menghilangkan kutukan dari penduduk desanya Negi yang menjadi batu."
"Satu masalah yang membuat kepalaku pusing selama lebih dari 6 tahun akhirnya selesai juga!" Kata Kepala sekolah sambil meneteskan air mata. "Aku merasa benar-benar lega!"
Sebuah masalah akhirnya mendapatkan jalan keluar, tapi mereka semua sama sekali tidak mengetahui akan ada masalah baru yang jauh lebih besar menanti mereka semua di balik gerbang yang akan membawa mereka semua ke Mundus Magicus.