Chereads / Spin Off Satasurya: Trygver Story / Chapter 2 - Chapter 02: "Thank You...!"

Chapter 2 - Chapter 02: "Thank You...!"

▶ Spin Off Satasurya: Trygver Story

▶ Chapter 02: "Thank You...!"

--- o ---

"Grrooaarrr!!!!!"

Belasan serigala lapar itu mengepung wanita tersebut dari segala arah. Sedangkan wanita tersebut sudah terkulai tak berdaya di atas tanah. Tombak yang sebelumnya dipegangnya dengan erat, terlempar jauh entah di mana. Salah satu kakinya terkilir, sakitnya bukan main. Namun rasa sakit di kakinya itu sama sekali tak ada bandingannya jika dibandingkan dengan yang sedang ada di hadapannya.

Maut. Siapa yang tak merasa gentar dengan kata yang satu ini. Apabila maut sudah berada di depan mata, tak jarang manusia akan memperlihatkan jati dirinya yang sebenarnya. Rasa takut akan menyelimuti manusia tatkala dirinya berada di tengah- tengah kematian.

"Anakku!!!!"

Sang ayah berlari sekuat tenaganya mencoba untuk menyelamatkan satu- satunya putri kesayangan yang dimilikinya itu dengan tubuh rentanya. Namun, usianya yang sudah tidak muda lagi itu seperti seolah tidak mengizinkan tubuhnya untuk bergerak sesuai dengan keinginannya. Kakinya tersandung, kemudian ia jatuh di tanah.

"Selamat tinggal, Ayah..."

Hanya itu satu- satunya kalimat yang dapat diucapkan wanita tersebut. Kalimat yang mungkin akan menjadi kata- kata terakhirnya. Ia kemudian menutup kedua matanya, seperti seolah telah siap jika malaikat pencabut nyawa datang untuk mengambil nyawanya.

Adapun belasan serigala- serigala itu terus berlari ke arah dirinya dengan memperlihatkan gigi- gigi tajam mereka, siap untuk menerkamnya. Hingga akhirnya ketika mereka telah berjarak hanya beberapa senti saja darinya, tiba- tiba sekelebat sosok berpakaian gelap muncul.

Zrraaatttt!!!!!

Tiba- tiba sosok berpakaian gelap itu melesat seperti bagaikan kilat. Lalu hanya dengan tangan kosong, ia mencekik serigala- serigala itu dengan kedua tangannya, lalu menghempaskan mereka antara satu sama lain dengan kuatnya. Serigala- serigala itu terpental, saling bertabrakan satu sama lain. Sebagian dari mereka melarikan diri ke hutan.

Tidak hanya sampai di situ. Sosok itu kemudian mengambil tombak milik wanita tadi yang sebelumnya terlempar untuk dijadikan sebagai senjata. Akan tetapi, ia tidak menggunakannya untuk membunuh serigala- serigala itu. Ia hanya menggunakan bagian belakang tombak untuk dijadikan sebagai tongkat. Lalu digunakan olehnya untuk memukul serigala- serigala yang tersisa. Semua dari serigala- serigala itu akhirnya melarikan diri ke dalam hutan, tanpa tersisa satu ekor pun.

Menyaksikan semua itu, si wanita terpana. Siapakah gerangan sosok pemuda yang tiba- tiba datang untuk menyelamatkan nyawanya? Mungkinkah ia pangeran yang dikirimkan Tuhan untuk dirinya?

"Ku- kuat sekali!" Ayah dari wanita itu, Tn. Akandra dan dua orang lainnya--yang merupakan pedagang juga---yang datang bersamanya pun ikut merasa keheranan. Takjub dengan apa yang baru saja mereka lihat.

"K- kau 'kan..!?", si wanita tak melanjutkan kalimatnya, tak percaya siapa yang dilihatnya. Siapa sangka, jika pemuda yang tanpa sengaja ditemukannya semalam-lah yang telah menyelamatkan dirinya.

"Kenapa kau ada di sini?", si wanita merasa keheranan. Sebelumnya ia mengira jika pemuda itu telah pergi bersama dengan rombongan yang telah pergi sebelumnya--rombongan para wanita, anak- anak dan orang yang terluka akibat serangan serigala- serigala tadi.

"Aku hanya mencoba membantu orang- orang yang telah menyelamatku", balas pemuda itu, "Anggaplah ini rasa terima kasihku karena kalian telah menyelamatkan nyawaku juga tadi malam", lanjutnya lagi.

"Selain itu ada yang lebih penting", ucapnya lagi, "Akhirnya aku ingat namaku sekarang."

"Ehh?"

"Trygver. Ya itu adalah namaku", ucap pemuda itu sembari tersenyum, "Aku sudah memberitahu siapa namaku, sekarang apa kau bisa memberi tahu siapa namamu?"

"Ehh.. y- ya...", dengan masih merasa keheranan, si wanita menjawab pertanyaan dari pemuda itu, "A- aku Kinga"

"Jadi begitu", pemuda itu masih tersenyum, "Salam kenal, Kinga!", lanjutnya kemudian.

Wanita itu benar- benar terpana. Tiba- tiba tanpa ia sadari jantungnya telah bedegup dengan kencang. Ada apa ini? Rasanya benar- benar aneh.

--- o ---

"Uwaahh akhirnya ini semua berakhir. Benar- benar sebuah keajaiban kita semua masih bisa hidup sekarang", tiba- tiba salah seorang pedagang yang bersama dengan Tn. Akandra memecah keheningan. Ia masih terlihat muda, sepertinya masih belum menikah. Perawakannya tidak terlalu tinggi, tapi juga tidak terlalu pendek. Ia lalu duduk di atas sebuah batu tak jauh dari situ untuk melepas letihnya.

"Jadi namamu Trygver ya? Kalau begitu kenalkan, namaku Ritsu! Dan yang ini Boru, dia agak sedikit pemalu", ucapnya sembari menunjuk dirinya sendiri dan salah seorang pedagang lainnya.

"Salam kenal. Aku Boru", ucap pedagang satunya yang cukup tinggi besar bernama Boru itu. Suaranya terdengar berat.

"Ahh ya.. salam kenal juga Paman", balas Trygver.

"Hei hei jangan panggil aku dengan sebutan itu!", Ritsu tiba- tiba menyeletuk, "Aku ini masih terlalu muda untuk dipanggil Paman tahu!"

Tawa kemudian pecah di tempat itu.

"Nak Trygver, terimakasih banyak karena kau telah menyelamatkan kami semua, khususnya putriku. Kami berhutang nyawa padamu", Tn. Akandra kemudian maju mendekati Trygver, "Namaku Akandra", lanjutnya kemudian.

Trygver lalu menjabat tangan dari Tn. Akandra. Besar dan kasar, itulah yang ia rasakan. Jadi inikah tangan dari mantan seorang prajurit kerajaan? Hanya dari hal itu saja, sudah bisa dibayangkan dengan sangat jelas betapa berat dan besarnya perjuangan yang telah dilaluinya ketika dulu.

"Y- ya... bukannya apa- apa, tapi aku ucapkan terimakasih karena kau telah menyelamatkanku", tiba- tiba Kinga mulai ikut berbicara, "Tapi jangan berpikir dengan begitu kau bisa berbuat seenaknya", timpal Kinga sembari membuang wajahnya.

"Hei kenapa kau malah jadi malu- malu begitu, Kinga?", Ritsu tertawa kecil.

"Apa katamu?", balas Kinga sembari mengepalkan tangannya. Aura gelap tiba- tiba muncul di belakangnya.

"Glek!" Ritsu jadi merasa ngeri dibuatnya.

"Tapi ngomong- ngomong, bagaimana kau bisa melakukan semua itu?", Ritsu mencoba mengubah topik pembicaraan, "Apa kau menggunakan semacam sihir untuk memperkuat diri atau semacamnya?", celetuknya lagi kemudian.

Tiba- tiba semuanya terdiam. Susana menjadi hening sejenak. Ritsu menjadi sedikit salah tingkah--merasa bahwa ia sudah mengatakan sesuatu yang sepertinya salah. Pada hari yang telah menjelang siang itu, mereka semua yang ada di sana dapat mendengar suara daun- daun pepohonan yang begitu lebat di hutan itu tatkala terhembus oleh angin. Sesekali terdengar juga suara kicauan burung- burung dari dalam hutan.

Kedua telapak tangan dikepalnya dengan erat. Kedua matanya dipejamkan olehnya. Seperti seolah menelusuri lorong waktu, dirinya berusaha untuk mengingat segalanya yang ada. Mengingat tentang dirinya--jati dirinya yang sebenarnya. Namun seperti seolah telah menemukan sebuah jalan buntu, ia mengangkat kepalanya, lalu berkata lirih, "Aku... aku... tak tahu". Ia masih tak dapat mengingat apapun!

"Tidak apa- apa, Nak", Tn. Akandra menepuk tangannya di bahu Trygver, berusaha untuk menghiburnya, "Mungkin masih butuh waktu bagimu untuk mengingat kembali semuanya."

"Untuk sementara waktu ini, maukah kau ikut bersama kami? Kami akan kembali ke desa kami", lanjut Tn. Akandra kemudian.

Trygver terdiam sejenak. Ia terlihat tengah berpikir, hingga akhirnya berkata, "Baiklah, aku akan ikut", ucapnya. Semuanya lalu tersenyum.

"Baiklah. Kalau begitu ayo kita segera bersiap. Namun sebelum itu, kita harus membereskan terlebih dahulu semua tenda kita", perintah Tn. Akandra, "Kita tak bisa meninggalkannya begitu saja di sini."

"Jezz merepotkan sekali", keluh Ritsu. Gerombolan pedagang itu sebelumnya terdiri dari belasan orang. Kebanyakan dari mereka terdiri dari satu keluarga. Setiap keluarga membawa tenda mereka masing- masing. Karena itu ada beberapa tenda yang didirikan di sana. Hal itulah yang membuat Ritsu merasa dongkol. "Aku hanya akan membereskan tendaku", ujarnya kemudian.

"Jangan banyak mengeluh! Semua dari kita harus membereskan semua tenda ini", ucap Kinga, "Yahh jika tidak ingin ditinggal sendirian di hutan ini."

"Arghh baiklah- baiklah", Ritsu menyerah.

Semuanya lalu tertawa.

-- o --

Kereta kuda itu melaju di tengah hutan yang begitu lebat. Alat transportasi yang ditarik oleh kuda itu merupakan salah satu alat transportasi yang paling banyak digunakan pada masa ini. Selain itu ada berbagai macam bentuk dan jenis dari kendaraan yang satu ini. Jumlah kuda yang menariknya pun cukup beragam, ada yang hanya ditarik oleh satu ekor, dua ekor, atau bahkan lebih dari tiga ekor-- tergantung dari kebutuhan yang mereka perlukan, atau beban yang sedang mereka bawa. Kereta kuda ini memang sangat membantu sekali, biasanya digunakan untuk membawa barang maupun manusia. Meskipun memang cukup membantu pekerjaan manusia, namun kita tidak bisa menggunakannya seenaknya. Perawatan dan kesehatan kuda merupakan salah satu hal yang paling harus diperhatikan. Kita juga tidak bisa menggunakannya secara berlebihan. Ada batasan beban yang sanggup ditarik oleh seekor kuda. Terkadang kita juga harus mengistirahatkan kuda- kuda itu di tengah perjalanan, memberi mereka makan dan minum.

Begitu halnya pula yang dilakukan oleh rombongan Tn. Akandra dkk. Di siang yang panas itu, tatkala matahari tepat berada di atas kepala mereka, akhirnya mereka memutuskan untuk mengistirahatkan kuda- kuda yang mereka gunakan. Adapun kuda yang mereka gunakan jumlahnya sebanyak dua ekor kuda. Mereka berhenti di sebuah sungai kecil yang airnya jernih di tengah hutan itu.

"Ahh rasanya sejuk sekali di sini!", Ritsu menyenderkan badannya pada sebuah pohon besar nan rindang di sana. Lalu menikmati angin sepoi- sepoi yang berhembus perlahan.

"Aku dan Boru akan mengumpulkan kayu bakar di hutan. Ritsu, kau siapkan tempat apinya, dan bantulah Kinga menyiapkan makan siang kita. Jangan lupa beri makan dan minum pula kuda- kuda kita", ucap Tn. Akandra sembari mengambil dua buah kapak dari dalam kereta kuda mereka, lalu memberikan salah satunya pada Boru.

"Roger!", Ritsu memperlihatkan pose hormat dengan tangannya, namun siapa yang tahu jika di dalam hati ia agak sedikit merasa dongkol, dan berpikir 'kenapa lagi- lagi kesenanganku harus diganggu dan terlebih bersama wanita menjengkelkan ini'. Ia lalu teringat akan salah seorang yang juga ikut bersama mereka di perjalanan ini, "Ngomong- ngomong ke mana perginya Trygver? Dia tidak hanya akan duduk manis selagi kita bekerja kan?", ucapnya kemudian sembari menoleh kesana- kemari.

"Katanya ia ingin membersihkan sesuatu di sungai", balas Boru lalu beranjak pergi mengikuti Tn. Akandra ke dalam hutan.

"Jezz apa pencernaanya sedang buruk?", bisik Ritsu.

"Aku akan mengambil air", ucap Kinga sembari membawa sebuah ember kecil yang terbuat dari kayu, "Selagi aku pergi jangan membuat kekacauan ya", lanjutnya kemudian lalu berjalan menuju sungai.

"Grrr memangnya dia pikir aku gajah yang sedang stress?" Ritsu terus mendumel.

Air di sungai itu mengalir dengan begitu teratur. Hanya dengan sekali lihat, kita dapat melihat dasar dari sungai tersebut. Ketika dilihat dari dekat, air di sungai tersebut memang benar- benar sangat jernih sekali. Sesekali beberapa ekor ikan kecil juga terlihat berenang kesana- kemari.

Kinga lalu mengisi ember kayu yang dibawanya itu dengan air, kemudian berniat untuk beranjak pergi sebelum ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Karena penasaran, ia lalu mencoba mendekat untuk dapat melihat dengan lebih jelas. Ketika ia sudah berada cukup lebih dekat, barulah terlihat dengan jelas apa yang baru saja ia lihat tadi.

Dari dalam sungai itu, tiba- tiba muncullah sesosok pemuda yang tengah bertelanjang dada tengah mandi di sungai tersebut. Rambutnya yang sedikit panjang terlihat basah oleh karena berendam di air sungai. Sesekali ia menggosok kulitnya yang berwana kemerahan dengan tangannya.

Kinga merasa terkejut ketika melihatnya. Terlebih ketika ia mengetahui jika pemuda tersebut adalah Trygver--pemuda aneh yang tanpa sengaja ia temukan tadi malam. Ia sama sekali tidak menduga apa yang telah dilihatnya. Ia lalu berniat untuk segera pergi dari tempat itu. Akan tetapi karena panik, Kinga yang sebelumnya bersembunyi di balik bebatuan akhirnya malah terpeleset. Tubuhnya oleng menuju ke sungai.

Namun entah bagaimana caranya, Trygver tiba- tiba langsung datang dan kemudian menangkap Kinga dengan kedua tangannya, mencegah Kinga untuk jatuh ke dalam sungai.

"Kau tak apa- apa?", Trygver lalu bertanya.

Sedangkan Kinga hanya terbelalak menyaksikan semua itu. Dia mematung di tempatnya berpijak, wajahnya memerah. Hingga akhirnya ia mulai sadar, "A- apa yang kau lakukan!?", reflek Kinga langsung melepas tangan Trygver yang sebelumnya menangkapnya, lalu berusaha untuk menjaga jarak.

"Seharusnya aku yang bertanya begitu. Apa yang sedang kau lakukan di sini?", Trygver balik bertanya.

Gawat. Ini benar- benar sangat gawat. Apa yang akan terjadi jika pemuda itu memikirkan hal yang aneh- aneh terhadap dirinya? Apalagi jika ia mengatakan hal ini kepada orang lain. Bisa- bisa nama ayahnya juga akan ikut tercemar. Berpikirlah Kinga, berpikirlah! Namun itu semua percuma. Pada saat ini dirinya sama sekali tak bisa memikirkan apa pun.

"Ja- jangan salah paham!", dengan wajah masih memerah Kinga mencoba membela dirinya, "Aku kesini hanya ingin mengambil air! Jangan kau kira a- aku sedang mengin---- Ahh sudahlah, lupakan saja!", Kinga lalu berbalik untuk beranjak pergi.

"Ughh!!!!", tiba- tiba Trygver memegangi kepalanya. Rasa sakit menjalar di kepalanya itu.

"Ada apa? Apa kau baik- baik saja?", Kinga lalu menghampiri Trygver. Khawatir.

"Sebaiknya kau duduk dulu", Kinga lalu menggiring Trygver ke atas sungai, lalu di-duduk-annya ia di atas sebuah batu yang cukup besar di pinggir sungai.

"Kepalaku rasanya sakit", ucap Trygver kemudian, dengan masih memegangi kepalanya.

"Apa kau masih belum bisa mengingat apapun?", tanya Kinga kemudian.

"Masih belum....", jawab Trygver, "Akan tetapi, walaupun samar sepertinya aku sudah mulai ingat apa yang membuat diriku menjadi lupa ingatan", terangnya.

"...?"

"Sepertinya kemarin malam aku tengah dikejar oleh gerombolan serigala yang kelaparan di hutan", Trygver mencoba mengingat- ngingat lagi gambaran- gambaran yang muncul di kepalanya, "Kemudian aku jatuh dari tebing, dan sepertinya aku pingsan cukup lama. Dan kelihatannya aku baru sadar tadi malam. Ketika terbangun, aku sudah tak dapat mengingat apapun. Aku kelaparan karena sudah tidak makan selama seharian. Setelah itu barulah aku bertemu denganmu di perkemahanmu", ungkapnya panjang lebar.

"Jadi begitu, ya...?", ucap Kinga setelah mendengar semua pernyataan itu.

"Maafkan aku", Trygver berkata lagi.

"Soal apa?"

"Sepertinya gerombolan serigala yang menyerang perkemahan kalian adalah serigala yang sama yang mengejarku kemarin malam. Tidak kusangka mereka terus mengejarku sampai sejauh itu. Karena aku, mereka sampai hampir membuatmu terbunuh", Trygver mengungkapkan penyesalannya, "Kalau saja aku sudah dimakan oleh mereka kemarin malam, mungkin mereka tidak akan merepotkan kalian seperti tadi", lanjutnya kemudian. Kepalanya tertunduk.

"Ha- ha- ha---", tawa kecil lalu terdengar dari mulut Kinga, "Sudah kuduga, kau ini memang benar- benar aneh! Ahh bahkan mungkin super aneh!"

"Apa maksudmu?", Trygver merasa keheranan. Lagi- lagi ia tak mengerti apa yang dikatakan oleh wanita itu.

"Apa yang sudah terjadi, maka biarlah itu terjadi. Tidak perlu menyesali sesuatu yang tidak perlu", ucap Kinga lalu bangkit berdiri di hadapan Trygver.

"Tapi... kau hampir saja terbu---"

"Tapi kau yang sudah menyelamatkanku, kan?", Kinga memotong kata- kata Trygver sebelum ia sempat menyelesaikannya, "Jika kau menjadi santapan serigala, maka kau tak mungkin ada di sini. Jika kau tidak selamat, maka kau tidak akan bertemu denganku", Kinga tersenyum lalu kembali melanjutkan kata- katanya, "Jika kau tidak ada, mungkin tidak akan ada yang bisa menyelamatkanku."

Trygver terdiam setelah mendengarnya. Matanya lalu mulai berkaca- kaca. Bukan karena ingin menangis, melainkan karena ia merasa takjub. Baru kali ini dia bisa mengerti kata- kata yang diucapkan wanita itu.

"Sebelumnya sudah pernah kukatakan, tapi aku akan mengatakannya lagi agar semuanya menjadi lebih jelas", Kinga lalu menjulurkan tangannya ke arah Trygver, "Terimakasih karena kau sudah menyelamatkanku", lanjutnya sembari membuang wajahnya.

"Y-ya...", jawab Trygver sembari menjabat uluran tangan Kinga.

Benar- benar orang yang aneh. Sejak ia ikut pergi bersama dengan ayahnya untuk berdagang dari satu desa ke desa lain, ia selalu bertemu dengan banyak sekali orang. Namun baru kali ini ia menemukan seseorang yang sangat aneh. Pemuda itu terlihat seperti tak tahu apapun. Namun sebenarnya pemuda itu tidak terlalu buruk juga. Dan yang paling terpenting, syukurlah pemuda itu tak menanyakan lagi perihal dirinya yang mengin--- ahh maksudnya tidak sengaja datang melihatnya ketika mandi di sungai tadi. Bisa gawat kalau orang lain tahu. Untuk saat ini mungkin dirinya masih selamat.

"Ngomong- ngomong kenapa kau tadi mengintipku ketika mandi?"

Jlebbb. Seperti seolah tertusuk anak panah, Kinga tak bergerak sedikit pun. Matilah ia!

"Ahh mungkinkah kau ingin mandi bareng bersamaku?", lanjut Trygver lagi.

"Grrrh! Sudah kubilang aku hanya ingin mengambil air!!", teriak Kinga sembari menampar pipi Trygver dengan sekuat- kuatnya.

"Ahhkh kepalaku jadi tambah sakit!"

"Ahh ma- maaf!"

Sedangkan itu di tempatnya Ritsu---, "Jezz Kinga lama sekali sihh-----!" Kelihatannya ia jadi merasa bosan karena cuma menunggu. Sendirian. Bersama kuda.

--- o ---

"Fyuuhh akhirnya bisa makan juga", ujar Ritsu sembari menyantap sepiring sayur sup di tangannya.

Sedangkan mereka ber-lima duduk mengelilingi sebuah tungku yang di atasnya terdapat kuali yang terbuat dari tanah liat berisi penuh dengan sup yang masih hangat. Untuk membuat sup tersebut mereka tidak perlu repot mencari bahan- bahannya, karena di kereta mereka telah tersedia berbagai macam jenis bahan makanan.

"Ini ayah", Kinga lalu menyerahkan sepiring sup kepada ayahnya, Tn. Akandra.

"Terimakasih, Nak", ucap Tn. Akandra sembari menerima sepiring sup tersebut.

"Dan ini untukmu, Trygver", lanjut Kinga dengan memberikan Trygver sepiring sup juga.

"Ahh terimakasih", balas Trygver kemudian.

"Ngomong- ngomong apa yang kalian berdua lakukan di sungai tadi?", Ritsu kembali memecah keheningan di hutan itu dengan celetukan khasnya.

"Glukkk!", hampir saja Kinga tersedak sup yang sedang dimakannya.

Trygver lalu mencoba menjawabnya, "Dia tadi mengin----"

"Ahh tidak, bukan apa- apa kok!", Kinga langsung menyela perkataan Trygver sembari menutup mulut Trygver dengan tangannya.

"Jangan- jangan kalian berdua habis melakukan 'itu' ya?", goda Ritsu lagi.

"Sudah kubilang tidak ada apa- apa kan?", aura gelap kembali menyelimuti Kinga, "Memangnya kau ada masalah dengan itu?", lanjutnya lagi.

"Hiiii", Ritsu merasa kengerian, "Cuma bercanda kok, bercanda", ucapnya lagi.

--- o ---

"Jadi begitu rupanya. Jadi itu yang menyebabkanmu menjadi lupa ingatan?", ucap Tn. Akandra setelah mendengar cerita dari Kinga, tentang penyebab Trygver yang lupa ingatan.

"I-iya. Sampai sekarang yang bisa kuingat hanyalah namaku dan hal itu saja. Sedangkan yang lainnya aku sama sekali belum ingat", terang Trygver, sembari memegangi kepalanya.

"Tidak apa- apa, Nak. Untuk sementara waktu ini kau boleh untuk tetap bersama kami, paling tidak sampai ingatanmu telah kembali", ucap Tn. Akandra dengan tersenyum, "Desa kami sudah tidak jauh lagi dari sini. Kami pasti akan menerimamu di sana, terlebih karena kau juga sudah menyelamatkan kami."

Tanpa ia sadari, tangannya jadi merasa gemetaran. Kedua bola matanya berbinar. Dari tempatnya ia duduk, ia dapat mencium berbagai macam aroma khas di hutan itu. Angin sepoi- sepoi masih terus berlarian kesana- kemari, membuat suara gemerisik dari dedaunan hijau yang menari tiada henti terdengar di kedua telinganya. Udara yang sejuk dan menenangkan di hutan itu juga dapat ia rasakan dengan begitu jelas di setiap ujung pori- pori kulitnya. Ia lalu mengangkat kepalanya, dengan tersenyum ia lalu berkata, "Terimakasih!"

Semuanya lalu ikut tersenyum.

"Yahh, pokoknya tidak perlu terlalu sungkan ya!", ucap Ritsu sembari mengepalkan tinjunya ke bahu Trygver.

"Aku sudah mengatakan ini sebelumnya, tapi aku akan mengatakannya lagi agar semuanya jadi lebih jelas dan kau bisa mengerti", Kinga yang tak mau kalah pun ikut berbicara, "Walaupun kau sudah menyelamatkanku, dan ayahku telah menerimamu, jangan sampai kau jadi besar kepala dan malah berbuat seenaknya", lanjutnya sembari menunjuk Trygver dengan jari telunjuknya.

"Ahh y- ya", balas Trygver.

Mereka semua lalu tertawa.

"Tapi ngomong- ngomong, cepat habiskan sup-mu terlebih dahulu sebelum menjadi dingin", ucap Ritsu lagi.

"Ahh baiklah."

Trygver memandang sepiring sup yang ada di hadapannya. Asap yang kental masih mengepul dari sup tersebut. Berbagai macam jenis sayuran ada di dalamnya. Aromanya terasa sedap. Benar- benar terlihat enak!

Trygver lalu mulai mencoba mencicipinya. Namun entah kenapa sepertinya ada yang aneh. Hueekhh! Lagi- lagi rasanya benar- benar tidak enak!

--------------------------------

▶ TO BE CONTIUNED ...

--------------------------------