Sejak mobil yang dinaiki Bara dan Arga pergi meninggalkan kediaman Dirga. Arga memperhatikan Bara yang diam seribu bahasa. Pandangan mata Bara hanya tertuju pada jalanan di luar mobil yang mereka naiki.
Hari sudah semakin larut dan jalanan di luar mereka pun sudah semakin gelap. Arga merasa suasana hati Bara saat ini segelap jalanan yang ada di luar sana. Kesedihan dan kemarahan terlihat jelas di wajah Bara.
Begitu mobil yang mereka naiki akhirnya tiba di depan gedung tempat griya tawang Bara berada, Bara segera turun dari mobilnya tanpa menunggu supirnya untuk membukakan pintu. Arga hanya bisa menghela napas panjang sembari memandangi punggung Bara yang berjalan memasuki gedung tersebut.
"Biar saya antar, Mas," ujar Pak Pam. Supir pribadi Bara.
Arga terkesiap dan segera menoleh pada Pak Pam. "Eh, udah malam, Pak. Bapak ngga istirahat?"
"Ngga apa," sahut Pak Pam. Ia pun kembali menutup pintu mobil dan bergegas masuk ke dalamnya.
