Tom menelfond Earl ketika dalam perjalanan.
"Seharusnya aku harus bertahan di rumah sakit sehari lagi. Tetapi itu jelas tidak mungkin," ucap Earl sedikit ngebut membawa mobilnya.
Kalian tahu kan sedikit ngebut Earl seperti apa? Tom hanya menahan rasa khawatirnya ketika mendengar suara derung mobil Earl membelah jalan tol. Demi tuhan, Earl. Suatu saat ia akan menjadi seorang pembalap jika ada perusahaan mobil yang mensponsorinya.
"Kau membuatku mati kata, Earl. Aku akan mengawasi dari sini. Semoga berhasil,"
"Hm,"
Earl telah sampai dengan cepat di distrik J. Ketika matanya menatap sekelilingnya. Hanya terdiri dari bangunan dan gedung-gedung usang yang ditumbuhi banyak lumut. Seperti halnya kota mati pada umumnya. Earl sedikit gelisah ketika kakinya menginjak di dalam distrik itu. Lagi-lagi instingnya yang bermain.
Earl dengan segera menyembunyikan mobilnya. Memasukkannya ke dalam bangunan tua dan menutupinya dengan rumput semak. Seketika adrenalinnya terpacu ketika ia berjalan dengan waspada menuju titik yang telah ditandai oleh Tom dan Duke. Karena warga sipil tidak bisa diharapkan, maka jalan satu-satunya Earl adalah menyelinap seorang diri.
Earl menajamkan pendengarannya sedangkan matanya semakin tajam pula setiap meternya ia memasuki distrik. Dan sampai pada belokan jalan, Earl menghentikan langkahnya. Disana jelas Earl melihat dua orang dengan senjata berjalan santai mengitari jalan. Earl menggelengkan kepalanya. Dengan gerakan cepat ia menyelinap ke dalam bangunan dan bersembunyi.
Tidak ada hal yang membuat Earl heran ketika melihat dua orang bersenjata mengawasi kota mati. Dan tidak mungkin jika tidak ada sesuatu bukan? Earl bukan anak lugu nan polos yang akan mendatangi mereka bertanya informasi. Oranh idiot mana yang akan melakukan itu. Kecuali jika Mike masih hidup tentunya.
"Lalu? Dari gedung tua ini, apa yang terlihat berbahaya? Rasanya seperti hantu-hantu disini menatap kita seperti santapan," ucap salah seorang dari mereka. Earl tertawa dalam hati. Dikira ia hantu.
"Berhenti berbicara yang tidak enak. Di dunia ini, masih banyak misteri yang belum terungkap soal keberadaan makhluk tak kasat mata," pria yang satunya lagi menjelaskan dengan santai.
"Ya ya ya. Semenjak hidup dengan peneliti, gaya berbicaramu sudah seperti peneliti saja,"
Earl pun keluar dari tempat persembunyiannya dengan hati-hati. Tubuhnya kembali berkeringat dingin. Earl hanya bisa mengumpat dalam hati ketika sakit datang disaat yang tidak tepat. Mat Earl sedikit gusar ketika rasa pusing kembali datang. Tidak ingin mengambil resiko, Earl menaiki lantai dua salah satu gedung dan beristirahat sejenak disana.
"Sialan! Tidak bisakah pusing ini ditunda dulu sampai lusa? Ini benar-benar menjengkelkan," gumam Earl sembari memakan roti isi yang sempat dibelinya di supermarket.
Langit sudah sangat terik ketika Earl baru sampai di setengah perjalanan menuju gedung bekas rumah sakit jiwa. Perjalanan ditempuh lumayan jauh karena Earl tidak bisa mengakses kendaraan masuk ke dalam distrik. Belum lagi kakinya sedikit pegal karena berkali-kali harus menghindari beberapa orang yang berkeliling semakin ketat ketika mendekati titik lokasi.
Earl kembali mengumpat dalam hati. Demi apapun juga Earl hampir melepaskan rohnya ke melayang ke udara ketika melihat patung busana berpakaian tentara.
"Dasar sial!" bentak Earl dengan mengelus dadanya. Hampir saja Earl bertingkah berlebihan tadi.
Ketika malam tiba, dan Earl telah sampai di titik lokasi, Earl membuka petanya. Setengah jam lagi Arthur akan datang ke lokasi. Sedangkan Earl berjaga-jaga memantau lokasi dua gedung dari barat di lantai dua. Ketika hawa panas tubuhnya mulai menjadi-jadi, Earl melepaskan jaket kulitnya dan membiarkan hawa dingin untuk meringankan tubuhnya yang panasnya.
"Hah hah hah..."
Earl sedikit terengah dan meminum obat penurun panas yang dokter Fei berikan padanya. Sungguh Earl mungkin tidak akan sanggup berlari lagi. Kakinya yang berbalut celana jeans hitam itu terlihat kaku dan kram di bagian pergelangan kakinya. Earl terus saja mengumpat pelan disana. Tubuhnya terasa sangat lemah dan sama sekali tidak bisa diajak berkompromi. Seperti merasa dunia sedang terombang-ambing, Earl merasa aneh karena pusing hebat yang menghantam kepalanya, Earl pun pingsan seketika.
-Distrik J-
"Aku rasa penelitian evolusi manusia ini sedikit gila. Aku hampir tidak percaya ada ilmuwan yang meneliti ini,"
Arthur menatap keluar jendela mobil dengan tenang. Wajahnya terlihat tampan seperti biasa. Biasanya Arthur akan meminum anggur sembari menunggu sampai di tujuan. Tentu saja ketika di dalam mata kelam Arthur, ia merasa sangat bosan. Belum lagi kemarin Earl tidak pulang ke rumah. Tidakkah kalian mengerti perasaan cemas seseorang yang menunggunya di dalam rumah seperti orang bodoh. Arthur mengernyitkan alisnya.
"Penelitian itu sudah ada sejak tahun 1950an. Mungkin perkembangan yang sekarang sedikit ada kemajuan," kata Arthur dengan nada tidak berminat.
Disana Jason dengan heran menatap Arthur. Seolah-olah ia sudah tahu segalanya dan nendengar berita ini hanya memaklumi saja. Jason menggelengkan kepalanya.
"Ku rasa kau jauh lebih tahu dari mesin pencari internet, Arthur. Katakan berapa harga kepalamu saat ini?" Arthur tersenyum sinis pada Jason.
"... tanyakan harga yang pas pada Earl," jawab Arthur yang membuat Jason hampir menabrakkan mobil ini ke gedung terdekat.
"Tidakkah kau ingin menukar kepalamu dengannya? Otak kalian sama saja. Sama-sama gilanya," umpat Jason. Arthur tersenyum kecil.
"Tidak ada mahkota yang lebih bernilai di dunia ini selain kepalaku dan kepala Earl, Jason. Dunia membutuhkan otak pemberontak seperti kami," jawab Arthur begitu bangga. Bangga akan Earl. Jason memijat pelipisnya kesal.
"Ya! Yang aku tahu, dunia akan terbelah dua jika kalian berada di satu jalur." omel Jason. Sedangkan Arthur kembali menatap keluar jendela.
Evolusi manusia yang dikembangkan di distrik ini adalah hasil ide dari seorang ilmuwan yang pada waktu itu, hanya sebuah penelitian rahasia milik Amerika yang paling gila di masa nya.
Dari riset mereka memakai manusia hidup dan menanamkan alat atau obat yang mampu mengendalikan pikiran manusia. Para manusia hidup itu akan diberikan jenis heroin ke dalam tubuhnya hingga mereka secara tidak sadar berhalusinasi dan kemudian ilmuwan menanamkan semacam cheap di dalam otaknya.
Arthur tidak akan terkejut jika mereka menawarkan riset ini padanya. Terlebih dari yang Arthur tahu, banyak dari donatur tidak sanggup membiayai penelitian itu lebih lanjut walaupun hasil riset yang ditawarkan benar-benar sangat luar biasa. Setidaknya, Arthur akan memberikan donasi pada penelitian jika ada keuntungan yang di dapatnya. Jika hanya bermodalkan keberhasilan penelitian tanpa manfaat dari riset akan percuma. Tidak ada gunanya.
Mengendalikan manusia hanya akan seperti sebuah mainan yang hanya bisa dikendalikan kesana dan kesini. Sama saja seperti robot dengan remot kontrol. Sudah jelas Arthur tidak akan tertarik untuk hal yang sesederhana itu.
.
.
.
To be continued