Chereads / Fell in LOVE with a CRIMINAL / Chapter 67 - Siuman

Chapter 67 - Siuman

"Jadi, selama sepekan ini, apa yang terjadi padamu, Earl?" Tanya Steve penasaran sekali. Earl melirik Steve sejenak dan menghela nafasnya lelah.

"Ceritanya sangat panjang. Intinya, saya diracuni dan hampir mati. Saya mendekam seminggu lebih di rumah sakit untuk perawatan intensif hingga saat ini. Tetapi sekarang sudah jauh lebih baik. Sehari dua hari lagi perawatan, saya akan sembuh total," ucap Earl penuh dengan sopan santun. Steve sedikit terganggu.

"Bicara dengan biasa saja Earl. Aku seperti bicara dengan kolegaku di ruang meeting jika kau berbicara kaku seperti itu," Earl menggelengkan kepalanya.

"Saya tidak memiliki hak untuk itu," Steve menggelengkan kepalanya.

"Tapi kabar yang ku dengar dari presiden, kau diculik? Jimy mengurung diri di kamarnya karena berita itu. Dan sekaranglah hasilnya," Earl menunduk dengan rasa bersalah.

"Tidak ada yang tahu keberadaan saya saat itu. Wajar jika mereka menyimpulkan demikian," Steve tersenyum hangat.

"Kau luar biasa Earl. Setidaknya kau satu-satunya wanita unik yang aku temui," Earl hanya tertunduk tidak berkata apapun.

Earl duduk dengan canggung di kursinya. Ia hanya ingin menemani Jimy sampai ia bangun, karena Earl juga harus dirawat inap. Sepanjang waktu menunggu Jimy sadar adalah serentetan pertanyaan yang hampir membuat Earl menggelengkan kepalanya. Jika bukan keluarga presiden dengan jelas Earl akan menyuruhnya untuk diam. Earl bukan selebriti yang senang ditanya ini dan itu tentunya. Tidakkah Steve tahu akan hal itu? Earl sedikit terbatuk membersihkan tenggorokannya.

"Saya rasa, Jimy sangat tenang dalam tidurnya," Earl mengalihkan perhatian.

Steve pun ikut menatap Jimy lembut. Pengalihan perhatiannya berhasil, Earl sedikit menarik nafas lega. Di ruangan serba putih itu sama sekali tidak beda dengan ruang kamar inap Earl. Hanya saja disana terdapat aroma terapi yang menenangkan yang diletakkan di pojok meja nakas beserta dengan bunga cantik yang telah disusun rapi di dalam vas bunga.

Earl mengamati rangkaian bunga itu, sedikitnya Earl ingin sekali punya keterampilan memadukan bunga dengan bunga lainnya menjadi satu. Layaknya bunga yang nampak indah jika ia letakkan di atas meja makannya. Sebagai penyejuk mata tentunya.

"Aku tidak tahu harus bertindak seperti apa ketika Jimy membuka pintu kamarnya. Wajahnya pucat sekali hampir seperti mayat hidup, dan aku sangat kacau melihatnya pingsan begitu saja," ucap Steve mengingat kejadian tadi. Earl terdiam ketika melihat mata Jimy perlahan terbuka.

"Ayah..." Steve langsung berdiri dan mendampingi Jimy yang memanggil dengan suara yang hampir hilang.

"Hey, nak. Bagaimana keadaanmu?" Tanya Steve perlahan dengan sayang menatap Jimy yang menatap balik dirinya. Tubuhnya begitu lemah dengan selang oksigen yang membantunya bernafas. Jimy mengerang lemah.

"Ayah tidak kerja?" Steve langsung cemberut. Wajah yang cemberut dibuat-buat.

"Kau menyindir ayah?" Jimy hanya diam saja. Namun, ia merasakan tangan kanannya digenggam erat oleh seseorang. Diliriknya ke arah kanan dan butuh waktu beberapa detik untuk Jimy dengan spontan bangun dan terduduk melihat Earl.

"Hey hey, tenang Oke? Kak Earlmu akan menemanimu disini," Steve terkekeh lucu melihat Jimy yang kaget dengan berlebihan bangun seperti melihat hantu.

Jimy menatap Earl berbinar dan kemudian menatap ayahnya dengan tatapan menuntut penjelasan. Steve hanya menggidikkan pundaknya dan membiarkan Jimy meluapkan persaannya pada idolanya. Earl berdiri dan memeluk Jimy erat.

"Aku merindukanmu, Robin hood kecil..." bisik Earl dan langsung di respon dengan kekehan lucu Jimy. Steve memposisikan kasur Jimy agar Jimy bisa leluasa berbicara dengan Earl posisi duduk.

"Kak Earl. Kata paman Jade, kak Earl diculik. Aku sedih sekali. Bahkan kak Earl tidak bisa hadir di pesta ulang tahunku," ucap Jimy manja. Earl mencium tangan Jimy.

"Maafkan aku, Jimy. Aku bahkan tidak membawa hadiah saat ini. Aku langsung kemari ketika tahu kau dirawat karena sakit. Sekarang apa yang kau rasakan? Apakah masih pusing?" Jimy mengangguk lesu sembari memegang dahinya.

"Pusing sekali. Rasanya seperti mau meledak," Steve mendengus. Anaknya ini sangat tahu cara memanfaatkan situasi. Siapa yang mengajarinya seperti itu. Dasar anak-anak zaman sekarang, batin Steve kesal.

"Tenanglah, dokter akan menyembuhkanmu. Kau harus banyak minum air, Jimy. Kau demam," Jimy mengangguk lucu. Earl tersenyum lembut. Di elusnya puncak kepala Jimy. Akhirnya mereka mengobrol berdua sampai melupakan Steve disana. Bahkan ketika Steve mencoba masuk ke pembicaraan mereka, Jimy langsung merubah topik pembicaraan dan bercerita hal seru bersama Earl. Anaknya itu, suatu saat pasti akan membuat dirinya kerepotan jika terus menempel pada Earl seperti itu.

"Kak Earl. Apakah pekerjaan kak Earl sangat berat? Kak Earl sangat kurus," kata Jimy memegang pipi Earl. Steve menggigit lidahnya, iri sekali dengan Jimy.

"Yaa, sangat berat. Aku kehilangan tujuh kilo berat badanku," Jimy langsung sedih. Pantas saja kak Earl yang dilihatnya sekarang kurang segar jika dipandang.

"Aku akan membelikan makanan dulu untukmu Earl. Aku terlalu sibuk bertanya tadi sampai lupa menanyakan kau sudah makan atau belum," Earl menggelengkan kepalanya. Ia sudah hampir muntah karena jejalan makanan dari Duke tadi pagi. Tentunya ia akan kenyang sampai jam makan siang nanti.

"Terima kasih, tapi saya sudah cukup untuk sarapan tadi pagi,"

Mereka akhirnya terus mengobrol berdua. Earl menemani Jimy sampai ia akan istirahat tidur siang. Jimy enggan berpisah dengan Earl, tetapi ketika Earl akan menjenguknya lagi besok, Jimy pun bersemangat kembali.

~~~

Kembali pada rutinitas Earl. Seharian ia istirahat dan keesokan harinya harus menghadiri sidang kasus pembunuhan berencana oleh Aland. Presiden secara langsung menurunkan pengacara istana untuk membela Earl. Walaupun tanpa pengacara sekalipun, Earl akan tetap menang karena bukti konkrit yang ia miliki.

Butuh sedikit waktu saat Earl menjelaskan dengan baik setiap detail kejadian saat itu. Tetapi sengaja Earl tidak menyebutkan Arthur yang membantunya. Mereka akan salah paham dan mengira jika Earl bersekutu dengan Arthur. Yang terburuknya, Earl bisa dengan mudah dijebloskan ke penjara dan di introgasi sampai otaknya kosong.

Dan kali ini dengan tenang dan wajah yang segar, Earl duduk di samping pengacaranya. Presiden bukanlah satu-satunya yang mampu melakukan hal kecil, Earl memiliki empat pengacara saat ini. Dan matanya melirik rekan-rekannya yang duduk dengan senyuman mengembang di bibirnya. Mereka tentu saja senang karena ini adalah hari penentuan yang telah pasti dan penjatuhan hukuman langsung.

"Baiklah, kita bisa mulai sidangnya," hakim sudah duduk pada tahtanya.

Michele datang dengan ditemani oleh ibunya yang sedari tadi terisak tidak kuat melihat putri semata wayangnya. Tidak nampak Adney disana, dengan kekuatan ego yang setinggi langit, tidak mungkin ia akan hadir sekalipun itu putrinya sendiri. Keluarga Aland nampak tenang saat ini, namun mereka akan menatap Earl dan kemudian berbisik sebentar. Hanya ayahnya yang tidak terganggu sama sekali dengan segala gosip yang dilontarkan anggota keluarga yang lain.

Setelah melakukan berbagai debat dan pemeriksaan barang bukti dan terdakwa pun dengan mudah Earl memenangkan persidangan. Membuat Aland dan Michele tidak banyak membantah. Semua barang bukti dan saksi mata telah berkata yang sebenarnya, hingga rasanya Michele percuma membayar dua pengacara yang bahkan tidak mampu untuk meringankan hukuman penjaranya.

.

.

.

To be continued