-Kawasan ramai wisatawan, Berlin-Arthur mendudukkan diri di kasurnya setelah melakukan panggilan dengan Earl. Jiwanya mendadak segar dan rohnya seperti terlahir kembali. Ia pun meraih ponselnya dan menelpon Jason. "Lakukan sekarang," 'Ck! Aku sedang sibuk sekarang,' Terdengar suara desingan peluru di seberang telepon. Bahkan sesekali Arthur mendengar Jason mengumpat sana sini dan pada akhirnya adu peluru itu tak terelakkan. Arthur menghela nafasnya. "Baiklah, biar aku saja," Arthur segera memutuskan sambungan telepon dan bersiap diri. Tangannya mengambil sebuah jaket mantel tebal berwarna hitam dan berjalan menuju pintu. Tak lupa mengambil topi fedoranya, Arthur melangkah keluar kamar hotelnya. Ia sudah membumi hanguskan markas besar Varlo. Ia sudah muak lantaran ia selalu mengganggu waktunya untuk berdua dengan Earl. Masa bodoh dengan lima tahun lalu. Jika bukan karena rasa kasihan, sudah sejak lama kulit laki-laki itu jadi keset depan pintu rumahnya.