Chereads / kamu yang aku perjuangkan / Chapter 2 - belajar menerima perbedaan

Chapter 2 - belajar menerima perbedaan

pesantren sudah menjadi aliran kehidupan. nafasnya sudah menderu deru memasuki lubang hidung. kehidupan baru yang sudah berlanjut dengan hebat. pagi ini, seluruh santri akan berpindah dari kamar satu dengan kamar yang lainnya, peraturan seperti itu sudah lama di buat. dengan izin abah dan umi, tentunya.

aku berpindah lebih jauh. tepatnya kamar ke satu dari pojok pesantren. kamar kamar yang berjejer, pintu berhadapan dengan pintu. dan di setiap kamar memiliki dua jendela yang bisa terbuka. Umi dan Abah menamakan kamar kamar dengan nama nama sahabat nabi dan istri istri beliau. agar bila di sebit akan memudahkan para orang tua untuk mencari dimana anaknya. di pondok pesantren lain pun sama halnya seperti itu.

kamar yang baru ini,memang jauh dari rumah umi. tetapi sudahlah.. bukankah memprotes kebijakan pengurus itu adalah yindakan yang di larang oleh pesantren. Kamarku gelap. tidak ada hawa di sana,kecuali jika. bangunan yang tidak di gunakan di belakang pesanyren itu di bongkar. al hasil kamar kami gelap.

Umi membagih tugas untukku, juga untuk nafisah dan lainnya. Umi membagihnya dengan kesanggupan masing masing. oh yah tentang kakiku, sudah lumayan membaik. berkat kang Alan. yang terus menuntun dan memberikan waktunya untuk Akilla.

Nafisah adalah teman baru. kegiatannya, sama dengan kegiatanku. sekolahpun sama. kami mendaptkan kelas yang sama. dan seterusnya kami melakukan perintah dengan sama sama.

Aisyah, dia juga. mereka sudah aku angagap sebagai keluarga sendiri. setiap hari kami memasak untuk santri. sedangkan bahan bahannya akan di antar oleh mang tukang becak. selesai jam 12 siang. santri memakannya jam 1siang. setelah itu, mereka belajar agama dengan kelas masing masing. kegiatan yang sangat melelahkan, semuanya bercampur dengan tepung dan adonan. kami ikhlas. dan penuh senang serta semangat.

" jangan kau habiskan ikannya " ucap nafisah pada seorang laki laki. "biar nafis, mereka belum sempat makan " timpal Aisyah. lantas mereka berdebat dan setelah itu saling membenci. sudah menjadi sifat buruk nafis dan Aisyah. tetapi tidak setiap hari mereka melakukan pertengkaran. terkadang hal itu menjadi sebuah kekuatan.

hari rabu, pagi hari sekali. aku akan menyapu rumah umi dan setelah itu mencuci piring dan beberapa alat dapur.

" hai... Akilla " kang Alan tiba tiba datang dan duduk di sebelahnya. Akila tersenyum. " kang Alan mboten nyupir "

" hari ini ada Dahlan. jadi aku libur dan membantu anak dapur "

"kebetulan, hari ini lauknya Ayam.. "

"woow.. makan ayam niih " ledek Alan, natasya nimbrung. duduk di sebelah kami. "huu.. tukang makan " katanya dan membantuku mngirisi wortel.

" adate menusa " umpat Alan. Natasya diam, tidak memikirkan ucapan Alan lagi.

#

pelajaran di pondok, dan beberapa hafalan yang menumpuk. sudah biasa aku anggurkan. tetapi ada yang lebih kejam dengan keberadaan ku. setiap kali aku pegal dan ingin menyandar. mengambil bantal, dia melarangku. sadarlah Akilla, dia ini pengurus kebersihan.

" maaf mba. kalo peraturan tetap lah peraturan " katanya dengan tampang yang biasa biasa saja. padahal aku sangat marah, karnanya

dia pergi setelah itu, orang sibuk

namanya Maryam. orang dengan tingkah lugu dan terlihat jujur. menyukai kebersihan, padahal bau badannya pun menyakitkan menurutku.

lantas mataku tertutup sembari membaca doa sebelum tidur. biar dingin lantai menerpaku. kalau aku sakit

begitulah peraturannya...

Maryam malah ikut tertidur di sebelahku, tampangnya tampak tidak berdosa. cuek dan tidak banyak bicara. apakah itu dia... kita lohat saja selanjutnya, aku hanya anak baru di sini.

Kang Alan datang lagi, betapa bahagianya aku. dia mengirim beberapa aneka makanan dan beberapa buah yang tentu aku suka. kang Alan sudah menjadi kaka kandung ku sendiri. karna dia baik, itulah alasannya.

Alan tersenyum. memperlihatkan 2sudut lengkung di pipinya.

mataku tak sengaja melirik jendela kantor. terpasang mata di sana.

" bukanya tidak boleh yah mengintip seorang laki laki yang belum mahrom !! " kataku, biar saja. mereka pun seperti itu. sok mengaku diri mereka benar.

setelah Alan pergi. mbak Nala keluar kamarnya, "habis ketemu Alan, tetapi tidak mengambil izin "

"🙄 " aku hanya memberi muka nggak tau apa apa dan pergi.

setelah kembali ke kamar. kulihat maryam menangis, di bawah jendela. ada apa gerangan. ?

bosan aku bertanya, karna tidak ada siapa siapa di ruangan ini.

" knapa Yam? "

tangisnya diam. entah mengapa, hatiku makin sejuk dia berhenti menangis. matanya menatapku

" makasih.. " ucapnya lugu, tidak seperti biasanya. yang marah marah tidak jls.

Maryam menangis karna masalah sepele. hatinya makin patah saat kenaikan jabatan. menjadi kepala pondok. begapa oraang makin membencinya. tetapi umi, sudah mempercayai dirinya yang memimpin pesantren. Akilla mencoba mengatakan sesuatu. tetapi tetap dia kekeuh untuk tidak mengambil jabatan yang seharusnya di duduki olehnya. lantas mbak sopii datang, dan meneduhkan hati itu. katanya, itu tidak akan terjadi. diapun diam. betapa jawaban yang dia butuhkan. trimakasih

tetapi tetap saja, dirinya di nobatkan sebagai pengurus dari dewan harian. karna memang pesantren sudah mengetahui ketekunan maryam.

maryam pindah...

betapa senang hati Akilla, tidak akan ada yang melarangnya pergi. tetapi Akilla? bocah itu malah ingin di sini. pusing lahh...

aku nggak peduli

masa bodoh