Chereads / I Got A System bahasa Indonesia / Chapter 6 - Alexsandra V. Jesica

Chapter 6 - Alexsandra V. Jesica

Pelajaran yang pertama yang di dapat Sandra setelah menjadi jaksa adalah bahwa rumah-rumah dan apartemen-apartemen tidak pernah berbohong.

Orang-orang, saat membicarakan diri mereka sendiri akan menciptakan semua jenis hal dari fakta sampai fiktif untuk menghiasi sekeliling mereka yang pada akhirnya akan mereka percayai. Tak peduli apakah itu keyataan ataupun hanya khayalan mereka. Namun tempat yang mereka pilih untuk di tinggali akan menceritakan segalanya.

Sepanjang karirnya, Sandra telah mengunjungi banyak rumah dan apartemen. Setiap kali dia hendak melewati pintu masuk, alam bawah sadarnya akan selalu menuntunya minta izin. walaupun untuk alasan kedatangannya, dia tidak harus mengetuk atau bahkan membunyikan bell pintu.

Bertahun-tahun sebelum menjalankan profesinya, bahkan sampai saat ini setiap kali bepergian malam dengan sepeda motor buntutnya, tidak sepeda motor antiknya Sandra akan selalu memperhatikan jendela-jendela rumah yang masih menyala lampunya. Dia akan selalu bertanya-tanya ada cerita apa di balik tempat itu. Bagaimana suasana di sana? Apakah senang, Ceria, Sedih, atau bahkan mencekam.

Sesekali dia akan melihat cerita-cerita tersebut, atau bahkan tampa sengaja terlibat didalamnya. Seorang wanita menyetrika sambil menonton siaran gossip di televisi. Seorang gadis sedang bermalassan di kursi santai sambil memegang smartphonnya, apa dia sedang membuka salah satu situs belaja online yang terkenal itu, Begitu pikirnya. Seorang remaja sedang berjoget dengan kamera smartphonnya menyala, dia yakin orang ini sedang main tik-tok.

Kadang dia juga akan menyusuri jalan kecil dan menemukan sekelompok buruh sedang beristiraat. Saat menyusuri jalan di sekitar perusamaan Sandra akan menemukan lelaki dewasa sedang duduk di warung kopi sambil sekedar bercerita melepas lelah dengan teman dan kerabat mereka. Lalu dia akan melewati orang-orang ini sambil sesekali menyapa mereka dengan senyummannya. Saat dia bergerak lagi dia akan menemukan beberapa pria dewasa duduk di kursi berlengan dengan asap tembakau mengepul diatasanya.

Sandra selalu berhanyal apa yang akan terjadi jika ia memperpanjang petualannya itu. Berjalan tak terlihat diantara barang-barang berharga milik orang, mengamati mereka menjalani kehidupan sehari-hari.

Dan di semua tempat yang pernah dia singgahi, Sandra akan beranya-tanya apa yang terjadi di tempat itu sebelum dia tiba di sana. Untungnya tempat tempat itu pelupa. Penghuninya akan berganti-ganti, dan semuanya di mulai dari awal lagi.

Semua hal yang dilakukan manusia pasti akan meninggalkan jejak. Rumah mereka adalah sesuatu yang peling rewel untuk menceritakan kisah hidup penghuninya. Misalkan saja, lipstick yang tertinggal di lemari kamar mandi, Jumlah sandal yang berserakan di depan pintu rumah, pakaian yang ada di lemari pakaian. Mereka semua bercerita banyak.

Hal kedua yang dia pelajari adalah sebuah rumah seringkali bicara melalui aroma. Setiap rumah dan apartemen memilik aromanya sendiri tergantung pada penghuninya. Aroma itu disebakan oleh berbagai hal yang dilalukan penghuni di dalamnya. Aroma-aroma ini terbentuk sepanjang waktu, alami maupun buatan __ pelembut pakaian dan kopi, buku buku sekolah dan tanaman dalam ruangan, pembersih lantai dan kuah opor. Semua itu bersatu membentuk identitas si penghuni dan mengatakan pada orang orang yang datang hal apa yang pernah terjadi disana.

Dan begitulah, segera setelah sandra melewatai ambang pintu banguna besar, sebauh rumah berlantai tiga dipinggiran pekanbaru. Dia menyadari bahwa disinilah raffi mengahabisakan waktu istirahatnya melepaskan penat. Satu hal yang dapat ia pastikan adalah rumah ini bernuangsa hangat. Rasanya dia datang ketempat sudah sangat lama ia kenal.

Raffi mengajaknya memasuki rumah itu sambil mualai menceritakan kenapa dia yang berasal dari keluarga berpendapatan tunggal bisa tinggal di sana.

"Ini adalah rumah milik bibikku dia tidak tinggal di sini karna harus menemani suaminya yang pindah tugas ke Kalimantan. Dia mengizinkanku untuk tinggal disini dengan syarat aku menjaga dan membersikan rumah dia saat dia tinggal di sana. Dia juga mengatan bahwa aku bisa menggunakan rumah ini sebagai kos-kosan dan menggunakan biaya kosnya untuk merawat rumah dan memenuhi kebutuhan sehari-hariku." Raffi tersenyum memandanganya sesaat lalu membuka pintu rumah dan mempersilahkan Sandra masuk." Kamu bisa menggunakan kamar di lantai 3 paling ujung sebelah kanan." Raffi menyerahkan kunci kamar tersebut pada Sandra.

"Terimakasih" Sandra menatapnya sambil tersenyum ringan. Ini pertama kalinya Sandra tersenyum padanya. Selama seminggu rafi membantunya Sandra selalu memperlakukannya dengan ramah, tapi tetap menjaga jarak. Sandra tidak hangat ataupun dingin padanya, hanya biasa. Sebagaimana kamu memperlakukan orang lain yang dengan ramah.

"Sama-sama. Pergilah keatas bersikan dirimu dan beristirahatlah sebentar. Lalu kita akan berbicara tentang situasimu." Sandra tau hal ini akan datang. Dia sangat tidak ingin membicarakan ini. Tapi dilain sisi Dia tidak mungkin membiarkan rafi yang sudah terseret bersamanya berada dalam kegelapan selamanya. Sandra mengangguk, lalu berbalik melihat kamar menuju kamar yang ditunjukkan rafi padanya.

Sandra menaiki tangga. tangganya adalah jenis yang dibuat melingkar untuk menghemat ruang. Lantai dua terdapat ruang santai dan satu kamar tudur yang ukurannya terbesar diantara yang lain. Pintu kamar itu tertutup, dengan sekali lihat Sandra yakin itu adalah kamar utama rumah ini.

Sandra terus ke lantai tiga, terdapat lorong panjang dengan 4 pintu dimasing masin sisinya. Dia memandang sisi kiri, pintunya dihiasi dengan sepatu sket yang solnya telah aus karna dimakan usia. Dengan matanya yang sudah terlatih karna pekerjaan dia juga menemukan kaos kaki olahraga yang mungkin entah kapan terahir dibersihkan. Sandra menggelengkan kepalang, dia yakin sekali yang menghuni sisi sebeleh kanan ini adalah para pria.

Sambil mengabaikan bau menyengat dari kaos kaki tersebut Sandra memaksakan dirinya ke arah kamar paling unjung. Sandra memasukan kuncinya dan membuka pintunya. Dia cukup puas dengan kamar yang diberika oleh rafi. Kamarnya tidak besat tapi paling tidak yang nyaman, tempat yang asik untuk menghabiskan waktu, beribadah dan belajar.

Dindingnya dicat merah muda, dinding sebelah kiri berjajar hiasan stiker paris, dinding sebelah kanan terdapat kaca dan sterofoam untuk menempelkan catatan kecil. Dibawah itu terdapat tempelan rumput dan hiasan kupu-kupu yang bentuk dan warnanya mirip dengan aslinya.

Sandra memperhatikan satu persatu hiasan itu, seolah berimajinasi kupu-kupu itu akan terbang disekitar kakinya. Di pojok kanan terdapat sterofoam berwarna putih yang diberi alas kertas kado bergambar menara eifel dengan warna dasar abu-abu berkombinasi dengan warna hijau, disana tampaknya pernah ditempel foto-foto pribadi pemilik kamar sebelumnya. Yang tersisahanya tempelan potongan kertas yang berisikan tentang motivasi.

Lalu Sandra mengarahkan pandangannya ke sisi kiri kamar. Disana dia menemukan tempat tidur yang sudah ditata rapi dengan standar bintang lima, rak sepatu berwarna merah muda senada dengan diding kamar. Diatasnya tersusun rapi koleksi sepatu wanita. Tak jauh dari rak sepatu terdapat kotak kecil berwarna coklat yang isinya makalah beberapa mata kuliah.

Pada sisi ujung kamar terdapat satu buah lemari berwarna hitam ukuran besar dengan dua pintu, salah satu pintunya terdapat kaca berukuran besar untuk berkaca sebeleum kembali ke kenyataan. Karna ketidakmampuannya menolak rasa penasaran, Sandra menarik gagang pintu lemari. Apa yang ditemukannya adalah koleksi baju, rok, celana, baju tidur imut dengan gambar hello kity dan beberapa karakter imut lainnya. Disudut terbawah lemari Sandra menemukan tumpukan buku yang sepertinya sudah lama tak dibuka.

Ada beberapa baju yang di gantung juga, seperti gaun dan pakaian kerja. Di atas lemari terdapat tumpukan tas dan koper. Sadra menjijikkan kakinya dirak teratas dia menemukan beberapa selimut, hambal dan barang-barang lainnya. Sandra menutup pintu lemari sekali lagi. Sandra memalingkan kepalanya kesamping, terdapat satu meja rias yang isinya peralatan kecantikan seperti pelembab, bedak, lipstick, eye liner, mascara, alas bedak, sisir, parfume, handbody, sipat alis, sipat mata, lipice, eye shadow, dll. Tapi ada satu kesamaan di semuah alat rias tersebut. Mereka semua penuh debu.

Dari intuisnya Sandra yakin mereka sudah dibiarkan disana setidaknya selama beberapa bulan.

Akhirnya dia berhasil menekan rasa penasarannya. Sandra menutup pintu dan menguncinya. Di belakang pintu kamar Sandra menemukan gantungan baju. Sepeti kebiasaan masyarkat asia lainnya, atau paling tidak orang Indonesia Sandra menemukan pakaian yang digantung disana. Dari kelihatnnya Pakaian itu adalah pakaian yang baru pernah dipakai sekali, tentu saja sekarang keadaannya seperti riasan yang ada di meja rias.

Sandra merasa sangat lelah, kelelahan yang sudah dia tumpuk selalama beberapa bulan ini memaksanya merebahkan dirinya ke sebuah ranjang yang hampir memenuhi setengah ruangan kamar. Kasur dengan ukuran kingsize dengan warna pink dan sprei berwana senada dengan diding. Di ujung kasur tersimpan selimut berwarna merah muda dengan gambar Barbie, Boneka banana, angry bird dan beruang yang sudah Sandra sadari sejak tadi.

Sandra mengelurakan anplop yang diserahkan menica padanya lalu meletakkannya dibawah bantalnya. Sandra tertidur pulas untuk pertama kalinya setalah beberapa bulan.

----------------------------------------------------

Void-sama, otakuakut.com

Void-sama: "Selanjtunya saya akan mengerjakan projek fanfiction naruto hingga akhir arc 1. "

--------------------------------------------------

Sherlock: "Look, it doesn't matter to me who's Prime Minister… or who's sleeping with who …"

John : "Whether the Earth goes round the Sun."

… Sherlock: "Not that again. It's not important."

… John: "But it's the solar system!"

Sherlock: "Oh, hell! What does that matter? So we go round the Sun! If we went round the Moon, or round and round the garden like a teddy bear, it wouldn't make any difference."