Sebuah matahari memberikan cahayanya kepada dunia. Burung-burung berkicauan menandakan hari sudah pagi. Miyuna membuka sedikit kelopak matanya lalu melihat kearah seluruh kamarnya. Ia membuka Gorden Jendelanya lalu membiarkan angin merasakan wajah dan rambutnya yang bergoyang mengikuti arah angin.
Miyuna merasakan sebuah tangan di Bahunya.
Miyuna pun memekik ketakutan akan mengira seseorang yang merupakan hantu akan berada di belakangnya, dan, ternyata bukan.
Miyuna menoleh dan mendapati adiknya, Liu, yang sibuk menggembungkan pipinya kesal karena Miyuna tidak menjawab panggilan liu tadi.
"Kakak sibuk melihat pemandangan pagi?" tanya Liu dengan penuh antusias. Miyuna hanya menggaruk pipinya yang tidak terasa gatal.
"Ya, begitulah.." ucap Miyuna dengan nada yang agak canggung namun, ia dapat membuat perkataannya menjadi santai tanpa adanya rasa canggung di kedua sisi kedua perempuan ini.
Liu mengernyitkan alisnya tidak percaya.
"kakak tau kan, kalau besok kita akan pindah.." Perkataan Liu membuat kerinduan terhadap rumah yang mereka sudah tempati cukup lama ini akan segera ditingalkan oleh penghuni rumah itu.
Tidak disadari Miyuna, seorang pemuda dengan jas hitamnya dan seragam putih polosnya itu sedang menatapnya dari balik pepohonan rindang.
"Aku akan mendapatkanmu, Kurumi Miyuna.." Gumam pemuda itu dengan seringai kecilnya lalu segera mengetuk pintu rumah Miyuna.
Ibu Miyuna, Chisa, langsung membuka knop pintu lalu terkejut mendapati pemuda tadi sedang mentondongkan pistolnya kearah Chisa. Pemuda itu mau tidak mau ia langsung melepas patuk pistolnya lalu membuat lubang di kepala Chisa.
Ayah Miyuna yang mendengar suara pistol langsung menyerang pemuda itu.
Namun, pemuda itu menusuk jantung Ayah Miyuna dengan pisaunya. Miyuna menoleh kearah luar kamarnya lalu menutup mulutnya tidak percaya.
"Tidak.. Ayah.. Ibu.." Air mata milik Miyuna akhirnya keluar dari mata cantiknya itu.
ia langsung menghapus air matanya lalu membuka kaca jendela.
"Liu, Ayo! kau duluan turun dari jendela ini.." Liu pun mengganguk kecil lalu turun dari jendela lalu menghantam tanah. Dilanjutkan dengan Miyuna. Miyuna memeluk Liu dengan erat lalu mengedap-edap.
"Mau kemana kau?" suara Bariton pemuda itu membuat langkah Miyuna untuk kabur mengecil.
"T-tentu saja Lari!!" pekik Miyuna sambil memeluk erat Liu. Miyuna melihat pemuda itu.
'tampan tapi dia jahat!!' pekik Miyuna dalam hati.
mulailah pertemuan pertama Miyuna dan Pemuda Pemimpin Mafia itu.