Keadaan disekitar yang semakin hancur karena tinju yang kuluncurkan tidak terkendali, mengakibatkan tanah berguncang menghempaskan segala yang ada diatasnya dan menjadi retak seperti jaring laba-laba. Dan sepertinya karena ulahku ini membuat seseorang sangat marah, ya... orang itu adalah Ain.
(Apa kau bodoh hah !? Apa kata-kata yang tadi aku ucapkan terlalu sulit untuk kau mengerti !?)
Teriakan Ain langsung masuk kedalam kepalaku.
Aku yang sudah merubah wujud kembali menjadi manusia, sekarang tengah duduk termenung mendengarkan omelan Ain yang sejak dua jam yang lalu terus menerus melampiaskan amarahnya.
Suaranya yang bernada tinggi terus masuk kedalam kepalaku membuat otakku sakit, seakan setiap kata yang dia katakan adalah sebuah batu yang terus dilemparkan langsung mengenai otakku.
"Aku mengerti, aku mengerti. Aku minta maaf Ain, tapi disini ada yang jauh lebih penting daripada membahas apa yang telah kulakukan"
(Jangan mengalihkan pembicaraan ! Kau ingin mencoba kabur hah !?)
"Hah..."
Astaga.... Kenapa dewa ini begitu sentimentil dengan hal yang kecil ? Ya... Mungkin sedikit besar hehehe...
Aku berusaha untuk tidak memperdulikan Ain yang terus mengoceh.
Aku berjalan menuju salah satu prajurit yang mati dan mengambil celana yang di kenakannya. Setelah kupakai sepertinya celana yang aku ambil ini sedikit tarlalu besar, ah... Masa bodoh dengan ukuran celana. Semenjak aku berubah menjadi manusia, perasaan tidak nyaman terus kurasakan karena angin yang berhembus mengenai area yang sangat sensitif. Jadi setidaknya aku harus menutupinya, sehingga aku tidak dikira orang cabul saat seseorang melihatku.
Lalu aku menolehkan wajahku ke perempuan berambut pirang yang pingsan tidak jauh dari kereta kuda. Gaun putihnya yang seharusnya bersih dan terlihat mengkilau polos, sekarang dipenuhi dengan debu dari tanah. Saat dia terjatuh tadi seharusnya debu yang menempel tidak begitu banyak. Sepertinya itu karena ulahku yang mengakibatkan tanah menjadi berantakan, dia ikut terhempas dari tanah berkali-kali karena guncangannya.
Oh... Tidak, aku merasa sangat bersalah.
(Baru sekarang kau menyadari bahwa kau bersalah ?)
Ain memojokanku lagi. Dan sepertinya amarahnya sudah mereda meskipun bisa dikatakan masih marah.
"Sudah berkali-kali aku bilang maaf kan ? Memangnya harus berapa kali aku minta maaf agar kau mengerti ?"
(Dasar bodoh, jika kau merasa bersalah perbaikilah kesalahanmu)
"Perbaiki ? Bagaimana caraku memperbaikinya ?"
(Astaga... Apa kau benar-benar menjadi bodoh setelah aku berkali-kali mengatakanmu bodoh ?)
Sialan, dia mengejekku.
Hhmmm... Memperbaiki tanah. Untuk sesaat aku memejamkan mataku untuk memikirkan kata-kata Ain. Memangnya aku bisa memperbaikinya ? Ini adalah dunia lain, alat-alat modern seperti yang dimiliki duniaku itu tidak ada di sini. Lalu menggunakan apa aku untuk memperbaikinya ? Dan itu juga pasti memerlukan waktu yand tidak sedikit untuk memperbaiki tanah yang rusak seluas ini.
Ah ! Menggunakan sihir.
Aku lupa jika sihir ada di dunia ini, bagaimana bisa aku melupakannya ? Apa mungkin penyebab aku melupakannya adalah Ain yang terus mengoceh tiada henti, sehingga membuatku lupa untuk sesaat jika dunia ini memiliki sihir.
(Kau menyalahkanku untuk kebodohanmu itu ?)
Dia membaca pikiranku lagi. Dan sudah berapa kali dia memanggilku bodoh ? Rasanya kesal lama-lama mendengar itu dari mulut dewa sepertinya.
"Haah... Cukup Ain, bukankah di sini kau juga melupakan sesuatu ? Aku akan memperbaiki kerusakaan ini tapi aku tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang sihir dunia ini. Jadi bukankah sudah saatnya kau memberikan pengetahuan yang kau janjikan itu ?"
(Tidak, aku tidak melupakan apapun. Yah... Kupikir ini waktu yang tepat)
"Kalau begitu cepa-"
(Tahan dulu, setidaknya dengarkanlah aku terlebih dahulu. Sepertinya jika aku menjelaskannya tentang ini kau menolak untuk mengerti, untuk pertama-tama aku akan memberimu pengetahuan baca, tulis, dan berbicara bahasa dunia ini agar kau paham apa yang aku maksud)
Apa maksudmu aku menolak untuk mengerti ? Dan paham yang kau maksud ? Bukankah kita sudah bicara dengan lancar dan memahami dengan baik ?.
Setelah Ain berbicara seperti itu, menimbulkan pertanyaan tersendiri didalam diriku tentang apa yang di maksud Ain.
Tiba-tiba seuatu datang di kepalaku. Sebuah informasi yang begitu banyaknya masuk ke dalam otakku. Berbagai macam huruf, logat, dan cara menulis semuanya seakan masuk secara berbarengan dan itu menimbulkan rasa sakit yang kurasakan saat ini. Sakit ini tidak tertahankan, kepalaku seakan ingin pecah. Rasanya seperti ada sebuah pedang yang berada dalam otakku dan mencoba keluar menusuk-nusuk lapisan otakku.
"Aaarggghhh!!!!"
Tanpa sadar aku berteriak sekuat tenaga seakan itu akan mengurangi rasa sakit yang kurasakan, tapi itu tidak berguna. Rasa sakit di kepalaku masih terasa hingga aku sulit untuk bernapas dan kehilangan tenaga untuk berdiri. Aku yang tersungkur meremas tanah sekuat tenaga.
Sial...
Dan 5 menit telah berlalu, rasa sakit yang kurasakan perlahan menghilang. Aku yang kelelahan menahan rasa sakit itu terkapar di atas tanah. Dadaku yang terpompa dengan cepat dan nafas yang tak beraturan terus berhembus. Sial, rasa sakit apa itu ? Apa itu yang di maksud perkataan Ain tadi ?.
(Ya, itu yang kumaksud)
"Dasar sialan ! Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya ?!"
Amarahku tiba-tiba mencuat akibat stress menahan rasa sakit yang luar biasa itu. Bagaimana tidak ? Dia adalah penyebab aku merasakan rasa sakit itu tanpa meberitahuku apapun.
(Sudah kubilangkan ? Jika kau tidak akan mengerti meskipun aku memberitahumu sebelumnya. Dan bukankah ini yang dari tadi kau inginkan ?)
Sial, aku tidak bisa membantahnya. Memang benar jika sejak aku terbangun, hal ini yang aku inginkan, tapi aku tidak tahu jika akan ada efek samping seperti ini. Dewa sialan, setidaknya beri aku peringatan untuk bersiap-siap.
(Sudah, jangan mengeluh. Aku akan mulai menjelaskannya)
Dewa tidak berguna, setidaknya minta maaf lah padaku.
(Aku mendapat masalah untuk memberi pengetahuan dunia ini kepadamu. Meskipun kau sekarang adalah naga kuno, tapi jiwamu masih manusia biasa dan belum beradaptasi dengan tubuh nagamu. Sebenarnya otak naga kuno dapat menerima informasi itu tanpa masalah, tapi jiwamu masih rentan dan belum stabil. Yang aku berikan barusan itu baru secuil pengetahuan dari dunia yang kau tempati sekarang, jika aku memberimu seluruh pengetahuan dunia ini kau pasti tau apa yang akan terjadi.)
Setelah mendengar itu, emosiku mulai mereda secara perlahan. Otakku memproses perkataan Ain, meskipun aku sudah mengerti akan apa yang Ain maksud. Rasa sakit yang berlebihan pasti akan berpengaruh pada psikis atau jiwa seseorang, contohnya seperti seseorang yang menjadi gila atau kehilangan emosinya karena di siksa secara berlebihan. Jika rasa sakit yang barusan ku alami bertambah maka...
"Kematian ?"
(Lebih tepatnya jiwamu akan hancur akibat tidak dapat menahan rasa sakit yang amat luar biasa)
"Lalu bagaimana aku memperbaiki ini tanpa pengetahuan itu ?"
(Kau sudah bisa mengeluarkan skill bukan ? Untuk kasarnya saat mengeluarkan skill sihir, itu seperti yang sudah kau ketahui. Membayangkan, mengumpulkan, dan melepaskan seperti saat kau menggunakannya saat keluar dari gua)
"Tunggu sebentar, aku masih tidak mengerti. Maksudmu aku bisa mengeluarkan sihir apapun yang aku bayangkan ?"
(Benar, jika kau dapat membayangkannya dengan tepat skill apapun yang kau bayangkan akan terwujud. Itu salah satu kemampuan naga kuno yang kuberikan)
"Dan untuk cara pengontrolan kekuatannya ? Aku sangat kesulitan untuk mengontrolnya"
(Itu lah yang menjadi masalah. Kau tidak bisa menerima pengetahuan dunia ini secara instan, jadi mau tidak mau kau harus mencari dan pelajari sendiri. Aku sudah memberimu kemampuan bahasa dunia ini, aku yakin itu akan membantu.)
"Baiklah, aku mengerti"
(Sepertinya waktuku sudah habis, menghubungimu tanpa perantara menghabiskan kekuatan yang sangat besar. Jadi jika kau ingin berkonsultasi atau berbicara denganku datanglah ke salah satu kuil yang menyembahku.)
"Hahaha... Aku tidak yakin dewa bodoh sepertimu bisa memberi solusi yang tepat"
(Sialan kau, ingat perbaiki masalah ini dan masih ada masalah lain yang... selesai.... monster... bencana.... sedang...)
Secara perlahan suara Ain menghilang.
Tenang saja, aku akan memperbaikinya.
Tapi apa yang ingin kau katakan di akhir tadi ? Suaramu terpotong-potong. Masalah lain ? Biar ku ingat-ingat lagi kapan saja si Dewa itu marah kepadaku. Saat Ain marah pasti aku telah melakukan sesuatu yang menimbulkan masalah.
Pertama saat aku meraung... sekuat tenaga. Ah ! Ternyata itu ya, kalau tidak salah raunganku itu mengakibatkan larinya para monster di hutan ini dan menimbulkan bahaya bagi kerajaan yang berada di sekitar sini.
Hah... Aku baru saja di hidupkan kembali di dunia ini, tapi kenapa sudah ada begitu banyak masalah yang berdatangan ?.
Sudah lah, jika dipikirkan terus tidak ada gunanya. Aku harus menghampiri gadis yang kuselamatkan terlebih dahulu. Aku pun segera bangun dan berjalan sedikit tertatih, kurasa efek sakitnya masih sedikit tersisa.
Setelah aku mendekat, gadis itu masih terbaring tak berdaya di tanah. Oh tidak, jangan-jangan dia mati ? Rasa khawatir mulai muncul di dalam diriku akan kondisinya yang masih belum sadarkan diri sampai saat ini. Tanpa pikir panjang aku memegang pergelangan tangannya untuk mengecek denyut nadinya. Syukurlah... Nadinya masih berdenyut, dia masih hidup.
Tidak lama setelah aku memeriksa denyut nadinya, matanya berkedut. Dia membuka matanya dan melihat kearahku, untuk sesaat mata kita bertatap. Tidak lama kemudian dia membuka matanya lebar-lebar dan berteriak.
"Kyaaaaahhh !!!"
Dia panik.
EH? Kenapa dia berteriak ? Apa ada monster ? Aku melihat sekeliling tidak ada siapapun kecuali aku dan gadis itu. Dia mencoba mencoba berdiri untuk menjauh dariku, tapi kondisinya masih tidak sanggup untuk berdiri. Dia terjatuh dan dengan putus asa menyeret tubuhnya. Aku yang masih bertanya-tanya kenapa dia bersikap seperti itu hanya terdiam, dan saat aku melihat diriku yang tidak berpakaian dan hanya menggunakan celana.
"Oh... Oke"
Aku baru sadar apa yang mungkin gadis itu pikirkan. Hahaha... bodohnya aku, saat seorang gadis baru membuka matanya dan melihat seorang lelaki yang bertelanjang dada di depannya sudah pasti hal itu hahaha. Aku mencoba mendekati gadis itu, tapi nampaknya dia terus ketakutan hingga terpojok ke sebuah pohon.
"Hei tenang... Aku disini tidak akan menyakitimu"
Aku mencoba berbicara pada gadis itu. namun sepertinya tidak bekerja, dia masih nampak ketakutan. Apa dia tidak mengerti apa yang kukatakan ? Tapi seharusnya dia mengerti, karena Ain sudah memberiku pengetahuan tentang bahasa dunia ini.
"Hei tenang... Aku ini pria baik, Aku yang menyelamatkanmu dari monster beruang itu"
Aku mencoba berbicara dengan lembut kepadanya. Dan sepertinya itu bekerja, raut wajahnya yang ketakutan itu sedikit menghilang. Aku tidak akan melewatkan kesempatan ini.
"Namaku...."
Seketika mulutku terhenti. Aku baru tersadar jika di dunia ini seorang yang bernama Kazumi Kentaro itu tidak ada. Memang aku bisa menggunakan nama yang kupakai di duniaku sebelumnya tapi itu seperti aku masih terhubung dengan dunia itu. Saat ini aku berada di dunia lain dengan tubuh baru. Jadi aku harus membuat identitas baru.
"Namaku adalah Argon, aku tidak sengaja mellihat rombonganmu diserang oleh monster beruang itu, dan saat semua prajuritmu tidak bisa menanganinya aku mencoba membantu. Maaf jika pakaianku seperti ini, ini adalah akibat dari pertempuran yang terjadi, jadi jangan takut."
Yah... disini aku sedikit mengarang ceritanya. Aku tidak bermaksud menipunya hanya saja jika tidak seperti ini dia akan terus ketakutan terhadapku.
Gadis itu melihat sekelilingnya, mayat prajurit yang masih terkapar dapat dilihatnya dengan mudah dan juga kondisi tanah yang retak serta lubang bekas tinjuku menjadi sorotannya. tidak lama kemudian wajah takut yang dipasangnya menghilang.
"Siapa namamu ?"
Tanyaku.
"Lu... Lunaria Gouforest."
Dia menjawab dengan nada rendah, suaranya begitu anggun. Cahaya bulan yang begitu terang menandakan waktu telah mencapai tengah malam menyinari gadis itu. Aku baru menyadarinya, Mata biru yang dia miliki bagai batuan langka yang sangat cantik, tidak bisa dibandingkan dengan permata manapun. Kulitnya yang putih bersih dan wajahnya yang terlihat dewasa sangatlah menawan.
Aku dibuat tidak bisa berkata-kata olehnya.