Sebuah sentuhan lembut menusuk hingga ke dalam jiwa. Sebuah suara lembut mengalir bak petikan harpa yang dimainkan para cupid.
"Hei ... Hei ... Siapa wanita yang paling kau cintai?"
Begitulah pemuda bernama Niel merasakan saat-saat terakhir jatuh dalam lubang tak berdasar. Dalam keadaan melayang nampak rambut putih Niel diusap dengan kasar oleh udara. Perut Niel nampak berdarah, matanya sayu, diisi dengan tatapan pasrah nan kosong.
"Mereka menjebakku, tidak cukupkah semua penderitaan yang terjadi padaku."
Pikiran Niel berputar seperti kaledioskop yang menampilkan banyak sekali gambar. Ada saat Niel berhasil menemukan penemuan baru dan diklaim oleh orang lain dan Niel hanya memperoleh keuntungan yang tidak besar. Juga ketika istrinya mengalami sakit parah dan akhirnya membuat Niel yang hanya memiliki kemampuan dalam bidang pengetahuan ikut sebagai penambang.
"Ingatlah ini, dari awal aku tidak pernah setuju jika anakku menikah dengan pemuda tak jelas sepertimu. Kau membuat kami terpisah. Seekor katak yang mencoba memakan angsa, beginilah nasibmu. Beruntung sekali para Dewa membencimu, jadi aku bisa membunuhmu tanpa membuat Aurora bunuh diri atau menjadi gila."
"Ayah, penyakit Aurora--"
"Jangan khawatirkan itu. Aku hanya meminta sedikit bantuan pada Sang Dewa. Ketika Aurora tersadar, dia akan melupakanmu dan juga semua cerita anak kalian. Jangan khawatir, aku akan mengurus anakmu dengan baik seperti aku mengurusmu."
Niel mengerang berusaha menggerakkan tubuh seolah ingin meraih sesuatu, setelah mengingat pembicaraan dengan mertunya sebelum Niel ditusuk lalu didorong jatuh menuju jurang.
"Kenapa, kenapa harus begini. Kumohon ... kumohon beri aku kesempatan. Dewa--"
Niel tersadar bahwa yang menyebabkan semua hal ini adalah para Dewa. Entah kenapa para Dewa membenci Niel. Mungkinkah Dewa begitu pil8ih kasih dan semua doa, lagu pujian serta sanjungan yang dinyanyikan para pendeta adalah bohong belaka. Tangan Niel terkepal keras. Rasa putus asa telah berubahy menjadi kebencian.
"JIka saja aku diberi kesempatan lagi. Aku pasti akan membunuh para Dewa."
"Kata-katamu sungguh menarik. Bagaimana kalau aku mengabulkan keinginanmu?"
Niel menelisik ke sekitar mencari suara yang terdengar di telinga. Tidak ada sosok di tempat yang gelap dan dingin, tetapi suara yang Niel dengar begitu jelas.
"Siapa ... siapa itu!" Teriak Niel.
"Aku adalah penghuni jurang tanpa dasar. Saat ini aku dikurung di tempat ini. Jika berjanji membunuh para Dewa, aku akan mengabulkan seluruh permintaanmu."
"Aku akan melakukannya, aku akan membunuh mereka. Aku akan membuat mereka menyesal telah memilihku menjadi musuh."
"Baiklah kalau begitu."
Sebuah cahaya berkelibat, membuat semua kejadian yang Niel alami seolah hanya imajinasi. Ketika membuka Niel menyadari dirinya telah dikirim ke masa dua puluh tahun yang lalu. Hal pertama yang membuat Niel sadar adalah sebuah hiasan dinding berbentuk perisai yang bertuliskan Guardian Of Aquila. Niel mendadak murka, diangkatanya hiasan itu dan dibanting ke tanah. Merasa kurang, Niel kini mengahantam hiasan itu berkali-kali dengan kakinya sembari mengerang kesal. Kegaduhan yang Niel timbulkan akhirnya membuat seseorang membuka pintu.
"Kakak, apa yang kakak lakukan. Ibu ... Ayah ...!"
Kedua orangtua Niel segera naik menuju lantai dua dan berlari panik setelah menemukan anaknya dengan keadaan kaki yang sudah berdarah-darah.
"Niel, apa yang kau lakukan nak?"
Kedua orangtua Niel memberikan pelukan depan dan belakang untuk menenangkan Niel.
"Apa yang kau lakukan nak, bukannya kau sangat menyukai lambang dari Guardian Of Aquila."
"Mana mungkin aku menyukainya! mereka yang tinggal dipusat tak lebih dari manusia busuk!"
"Nak, apa yang terjadi padamu?" tanya ibu Niel.
"Lepaskan aku, biarkan aku menghancurkan lambang itu lepaskan."
"Nak, kumohon jangan seperti ini. Kumohon nak." Ibu Niel mulai menangis.
Mendengar ibunya terisak, Niel menjadi lebih tenang. Dia menarik napas dan sekali lagi memikirkan semua peristiwa yang terjadi. Tidak ada jawaban yang pasti tentang apakah peritiwa yang Niel alami di masa depan adalah mimpi atau kenyataan.
"Maafkan aku ayah ... ibu."
Orangtua Niel melepas pelukan mereka.
"Kakak, kakimu berdarah. Apa kakak sedang marah."
Seorang gadi kecil berambut pendek melemparkan tatapan bingung ke arah Niel.
"Kakak tidak apa-apa Chelsea," Niel memberikan usapan lembut pada rambut Celsea. "Kau pasti sangat ketakutan ya. Maafkan kakak."
"Kalau begitu, turunlah. Kita akan mengobati lukamu. Aku akan menulis surat izin--"
"Tidak perlu, aku akan bersekolah setelah ibu mengobati lukaku."
Niel dipapah melalu tangga menuju ruang depan yang juga merupakan bar. Niel duduk dipandu ayahnya sementara si ibu nampak sedang menyiapkan peralatan untuk mengobati Niel.
"Ibu akan menyiapkan makan. Tolong obati Niel."
Setelah kaki Niel diperban, beberapa makanan datang mengisi meja.
"Chelsea, jangan berlariana ayo sini makan!"
Niel memasukkan sup dan juga roti ke dalam mulut. Niel merasakan cita rasa yang begitu nostalgia meledak di mulut. Niel tidak menyangka bahwa dia akan merasakan kembali makanan yang dimasak ibunya. Air mata jatuh di pipi Niel.
"Nak, kenapa kau menangis?" tanya ibu Niel.
"Tidak, aku hanya sangat merindukan ayah dan ibu. Terimakasih selama ini sudah menjagaku."
Ayah dan ibu Niel memeluk Niel karena merasa terharu. Sayangnya suasa indah itu tak berlangsung lama. Sebuah derakan keras datang munculnya dua orang berbadan kekar dari balik pintu yang dibuka paksa,
"James Azure, sekarang sudah jatuh tempo pembayaran hutangmu!"
James berdiri menghampiri pria botak dan berambut sebahu yang sama-sama memiki proporsi tubuh seorang prajurit.
"Kumohon tuan, beri kami keringanan satu minggu lagi."
"Keringanan kepalamu, bisnis kami bisa rugi jika semua orang meminta keringan sepertimu!" Pria berambut botak meninggikan nada suara.
"Saya mohon--"
"Ayah!"
Teriakan dari Niel membuat James berhenti berlutut.
"Jangan berlutut dengan orang seperti mereka."
"Apa ini, anakmu sekarang sudah berani berbicara."
Niel masih mengingat para rentenir yang diperintah oleh Gordon Bailer North. Gordon adalah salah satu Guardian of Aquila yang selalu melakukan bisnis gelap dan kotor. Saat itu keluarga Niel berhutang dan karena bunga yang sangat tinggi mereka kehilangan rumah.
"Beri kami waktu satu bulan, akan kukembalikan pinjaman keluarga kami sepuluh kali lipat."
Niel sangat mengenal Gordon dan anak buahnya. Mereka memiliki kesamaan yaitu haus dengan harta. Karena itulah Niel memberikan penawaran yang pasti takkan bisa ditolak dua cecunguk itu.
"Kami akan memegang kata-katamu. JIka sampai kau tidak berhasil membayar, kalian harus menyerahkan gadis kecil itu."
Niel menggenggam tangan dan melemparkan tatapan penuh kebencian pada kedua pria penagih hutang. Meski hanya sedetik, bulu kuduk kedua pria itu berdiri.
"Kau!" Pria botak nampak marah.
"Jika kalian melakukan kekerasan, maka aku berhak mengajukan tuntutan sesuai dengan peraturan Kerajaan Dari Aquila."
Mendengar pernyataan Niel, kedua orang penagih hutang segera melangakah pergi.
"Niel apa yang kau lakukan!" James nampak frustrasi.
"Ayah aku--"
"Cepat naik ke kamar!"
Niel yang tak bisa membantah segera meletakkan alat makan dan naik ke lantai dua dengan terseok-seok. Ketika kembali ke kamar Lintang menyadari bahwa dirinya kini hanyalah bocah gendut yang tidak berguna. Saat itulah tiba-tiba sebuah lingkaran dengan simbol unik muncul di tangan kiri Niel.
"Ini ...."
Niel menyentuh simbol itu dan muncul beberapa status di hadapannya. "Yang dibangkitkan", "Pembuat kontrak", "Bibit pengetahuan.". Niel menyentuh papan bertuliskan "bibit pengetahuan". Muncul keterangan bertuliskan,"Semua level pengetahuan di masa lalu tidak hilang. Pengetahuan mengenai rune dan bahasa telah ditambah.".
"Sepertinya aku juga telah mendapat Blessing origin juga. Dengan ini aku pasti bisa mengembalikan hutang itu."