Chereads / Langit Sembilan Bintang / Chapter 25 - Ekor keempat

Chapter 25 - Ekor keempat

Meskipun hatinya sedang kacau balau, tapi Ye Chen berusaha untuk menenangkan diri karena ia sadar betul bahwa hidup dan mati klan Ye adalah tanggung jawabnya. Setelah cukup tenang, ia pun kembali berkultivasi.

Selain berkultivasi, penelitian Ye Chen tentang cara membuat biji guntur juga mengalami kemajuan. Desain tersebut sudah dapat diberikan ke pengrajin baja klan Ye untuk kemudian diproduksi. Setelah itu tinggal memasukkan bubuk mesiu hitam ke dalamnya.

Pembuatan biji guntur ini termasuk cukup sulit. Entah butuh waktu berapa lama bagi pengrajin besi untuk dapat membuatnya.

Kalau sampai biji guntur tersebut berhasil dibuat dengan baik, maka kekuatan ledakan biji guntur tersebut dapat menyamai kekuatan kungfu seorang ahli tingkat sembilan.

Meskipun entah kapan benda itu dapat dipakai.

Setelah Ye Chen menyelesaikan desainnya, ia terus berkultivasi hingga larut malam. Ketika ia bersiap untuk tidur dan hendak mematikan lilin, tiba-tiba sekelebat bayangan putih masuk ke dalam kamarnya.

Bulu berwarna putih itu nampak berkilauan di bawah sinar rembulan.

Itu pasti A Li!

Ye Chen melihat ke luar dengan perasaan gembira ketika ia akhirnya dapat kembali bertemu dengan A Li. Namun ia dibuat terkejut ketika melihat dada dan pinggang A Li terluka. Luka itu sangat dalam dan darah segar nampak mengalir keluar dari sana. A Li terengah-engah akibat luka yang dialaminya tersebut. Ye Chen pun segera menggendong rubah itu dan meletakkannya di atas kasur, lalu bergegas mengambil obat-obatan dan perban.

"Dasar rubah kecil, beraninya kamu lari ke dalam gunung!" Hati Ye Chen terasa sakit saat mendengar suara napas A Li semakin melemah. Meskipun A Li hanyalah seekor rubah, tapi Ye Chen sangat menyayanginya. Ia tidak ingin A Li mati.

Setelah Ye Chen mengoleskan obat di luka A Li, akhirnya pendarahan pada luka itu berhasil dihentikan. Setelahnya ia mulai membalut luka itu dengan perban.

Saat Ye Chen akan membalut luka tersebut, ia mendengar napas A Li semakin melemah.

Hal itu membuat Ye Chen merasa bersalah karena sudah membiarkan A Li lari ke dalam gunung.

Selain itu, tatapan mata A Li mulai tidak fokus dan secara perlahan, bulu-bulunya mulai berubah warna menjadi abu-abu.

Ye Chen memukul pinggiran ranjangnya karena marah. Ia kemudian teringat sesuatu. "Xuan Qi yang dikeluarkan oleh pisau terbang dalam tubuhnya dapat menyembuhkan meridiannya. Mungkin itu juga dapat menyembuhkan luka A Li." Pikir Ye Chen yang lalu segera duduk bersila.

Ia tidak boleh menunggu lebih lama lagi. Kalau ditunda lagi, A Li pasti akan mati!

Ye Chen mengumpulkan Xuan Qi untuk menggerakkan pisau terbang dalam pikirannya dan dalam sekejap pisau terbang itu mengeluarkan Xuan Qi yang murni. Ia kemudian mengumpulkan Xuan Qi itu di tangan kanannya lalu menyalurkannya ke dalam tubuh A Li.

Setelah itu tubuh A Li mulai bergerak secara perlahan. Ye Chen dapat merasakan bahwa tubuh A Li sedang menyerap Xuan Qi ini secara perlahan.

Namun setelah beberapa saat, A Li masih tidak sadarkan diri.

Tetapi hal itu bukan berarti Ye Chen tidak berhasil menyelamatkan Ali. Karena seiring dengan berjalannya waktu, luka A Li perlahan-lahan menutup. Bulunya juga mulai kembali memutih.

Sekarang A Li sudah lebih membaik dan kecepatan penyerapan Xuan Qi-nya juga bertambah.

Demi menyalurkan Xuan Qi yang cukup ke dalam tubuh A Li, Ye Chen mulai menambah kecepatannya dalam menggerakkan pisau terbang yang ada di dalam pikirannya, dan dalam sekejap muncul lebih banyak Xuan Qi dari pisau terbang tersebut.

A Li mengeluarkan suara rendah lalu membuka matanya perlahan. Ia melihat Ye Chen sedang fokus menyalurkan Xuan Qi.

Setelah dihangatkan oleh Xuan Qi selama beberapa saat, bulu-bulu A Li menjadi lebih putih dibanding sebelumnya. Luka di tubuhnya pun menutup dengan cepat.

Beberapa saat kemudian Ye Chen menghembuskan napas lega karena A Li sudah berhasil melalui masa kritis.

A Li sangat beruntung. Kalau bukan berkat Xuan Qi yang unik di dalam tubuh Ye Chen, ia mungkin sudah mati.

Meskipun sudah dini hari, namun Ye Chen tak merasakan kantuk sedikitpun. Ia memutuskan untuk mengangkat A Li dan meletakkannya di pojok ranjang, sementara ia ikut berbaring di samping rubah itu. Ia menggenggam salah satu ekor A Li karena khawatir kalau rubah itu akan kabur lagi masuk ke dalam pegunungan Lianyun.

Suara kicauan burung mulai terdengar ketika pagi datang.

Ye Chen terbangun dan melihat A Li sedang berusaha melepaskan salah satu ekornya dari genggaman tangan Ye Chen.

Melihat muka naif A Li, Ye Chen tiba-tiba berlagak galak lalu berkata, "Lain kali jangan melarikan diri lagi. Kemarin kamu beruntung karena Xuan Qi-ku dapat menolongmu. Kalau lain kali kamu lari lagi ke dalam pegunungan Lianyun, belum tentu aku dapat menolongmu lagi."

Seolah mengerti perkataan Ye Chen, rubah itu kemudian terdiam dan menampakkan ekspresi kesal.

Lagi-lagi Ye Chen dibuat terkejut karena rubah itu memiliki ekspresi layaknya manusia. Pandangan pemuda itu kemudian tertuju pada ekor A Li.

"Eh, ini apa?" Ye Chen terkejut ketika melihat sebuah bola berbulu tumbuh di pantat A Li. Ye Chen mengangkat pantat A Li dan meraba bola itu.

Tindakan Ye Chen tersebut membuat A Li terkejut lalu meraung-raung hingga bulunya memerah.

"Jangan bergerak, tidak usah malu. Aku tidak mungkin berbuat macam-macam. Ada daging yang tumbuh di pantatmu. Eh, bukan daging. A Li, sepertinya ekormu akan tumbuh lagi." Ujar Ye Chen dengan perasaan terkejut. Jangan-jangan ekornya masih bisa tumbuh lagi? Apa A Li benar-benar siluman rubah berekor sembilan?

A Li pun dibuat terkejut dengan kata-kata Ye Chen barusan. ia kemudian menolehkan kepala dan melihat kalau ekor keempat telah tumbuh. Hal itu membuat A Li melompat-lompat kegirangan.

"Kamu senang karena ekormu akan tumbuh lagi?" Tanya Ye Chen sambil tertawa. Tiba-tiba ia teringat bahwa rubah di dalam cerita biasanya dapat berubah menjadi manusia. Jika A Li benar-benar dapat berubah jadi manusia, pasti wujudnya adalah seorang wanita cantik yang memiliki daya pikat luar biasa.

"A Li, lebih baik kita makan dulu. Sudah seharian kamu belum makan, pasti lapar sekali." Kata Ye Chen sambil turun dari ranjang untuk mengganti pakaian. Sementara A Li hanya menuruti ucapan pemuda itu dengan melompat ke bahu Ye Chen.

Hal itu membuat A Li dan Ye Chen semakin dekat.

Terlebih lagi ketika A Li tidak meronta-ronta lagi ketika Ye Chen mengelus bulu-bulu A Li yang terasa selembut kulit perempuan.