Chapter 4 - Kau cantik malam ini

"Jangan bergarak!." Sedikit saja Kau berani bergerak, Aku akan membunuhmu!.

"Oh...!" Lalu tunggu apa lagi? Kau bisa membunuhku sekarang juga!. Alona menjawab lelaki itu dengan nada sarkastik.

"Sayang..., Kau cantik malam ini...! dan aku suka!."

Pria itu menggoda Alona dengan perasaan yang menggebu-gebu. Entah apa yang dipikirkan lelaki itu? sehingga ia menggoda Alona!. Mungkin ia hanya bermain-main saja!.

"...."

"Sungguh...!"

"Hentikan... omong kosongmu itu!." Aku bukan kekasih mu.

"Baiklah...!, bagaimana dengan malam ini?" Menjadi kekasihku? Apakah Kau siap?

"Jangan berangan-angan Tuan!" Aku tidak akan sudi! menjadi kekasih mu walau hanya satu detikpun!.

"Itu membuatku lebih bersemangat!." Bagaimana jika aku memaksa?

"Tidak akan ku biarkan!"

"Mengapa? bukankah Kau sudah berjanji kepada ku?."

"Kau memang tidak pantas dipanggil manusia! Kau lebih buruk dari binatang Tuan!."

"Jaga ucapan mu itu, Nona!" Kau bahkan tidak lebih pantas dariku!." Ayah mu, Ibu mu, Kakak mu itu sangat lebih buruk dari binatang. Lalu apa bedanya Kau dengan mereka?."

"...Tutup mulutmu yang busuk itu!." Aku sudah berbaik hati padamu, tapi kau menyebutku tak lebih baik dari binatang?. Apa hakmu menilaiku! dengan sesuka hatimu?" di sini Aku yang berkuasa!."

"Cukup!" di mana kau sembunyikan kakak ku?

Aku sudah menepati janjiku! Aku sudah datang menemui mu.

"Nona...!, Ku pikir Kau mengerti maksudku!." Tidak ada lelaki yang akan membiarkan wanita pergi tanpa melakukan sesuatu. Lelaki dan wanita di dalam kamar yang sama tanpa melakukan sesuatu itu sangat aneh!.

"Lepaskan aku!." Apa maksudmu? Bukankah Kau hanya memintaku menemui mu di hotel ini?

"Kau lucu..., Nona!." Kau wanita yang polos atau wanita yang bodoh? Aku pikir Kau sudah melakukannya dengan kekasih mu?

"Aku bukan wanita murahan! Kau tidak ada hak menilaiku seperti itu. Apa maumu? cepat katakan?"

"Wow..., Nona! Kau memang suka bermain tarik ulur denganku. Satu malam bersamaku menikmati malam yang indah. Bagaimana menurut mu?"

"Jangan bermimpi, Tuan!." Aku lebih baik lompat dari kamar mu ini dari pada menghabiskan malam bersamamu.

"Baiklah...., jika itu mau mu. Aku dengan senag hati menyaksikanmu melompat dari kamar ku ini. Aku akan merekam aksi mu itu. Kemudian Aku akan memperlihatkan video itu pada kakak mu."

Pria itu terus melontarkan kata-katanya dengan gamblang. Senyum seringai menghiasi wajahnya yang tampan.

Tugas ku akan jadi lebih mudah. Aku akan bermain-main dengan kakak mu.

"Aku akan menguliti-"

Sebelum Pria itu menyampaikan maksud kata-katanya. Alona melepaskan dekapan lelaki itu. Ia mendorong tubuh pria itu dengan sangat kuat. Ia kemudian berbalik arah menghadap pria itu.

"Plak...Plak..." Alona menampar lelaki itu dengan sangat kuat. Pipi lelaki itu memerah, bekas tamparan itu tercetak jelas di wajahnya.

Pria itu mengernyitkan keningnya. ia memainkan lidah di dalam mulutnya, Ia dorong lidahnya ke dinding bagian dalam pipi nya, untuk meredam rasa sakit akibat tamparan itu. Pria itu membelai pipinya dengan perlahan, kemudian ia mengepalkan tangannya.

"Nona!"

Kau yang memintaku mengampuni kakak mu!?

Kau yang meminta syarat dari ku!?

Kau yang menjanjikan akan menepati apa saja yang ku minta!?

Lalu Kau juga yang mengingkarinya!.

"Apa mau mu!?"

Alona menangis tersedu-sedu. Air matanya sudah berjatuhan seperti aliran sungai.Tak berhenti dan tak ingin berhenti mengalir.

"Apakah Kau bisu!?"

Alona tetap diam, tubuhnya sudah mulai goya. Kakinya sudah tidak kuat menahan tubuhnya. Akhirnya Ia menjatuhkan tubunhya ke lantai. Ia terduduk di lantai itu dengan paksa, menahan sakit di seluruh tubuhnya.

"Sudah ku duga, wanita hanya pandai menagis...menagis...dan menagis....!"

"Cepat Kau keluar dari sini!, Aku tidak mau melihat mu lagi!."

"Aku akan mengirim jasad kakamu, saat ini juga!."

Pria itu sibuk memainkan telepon gengamnya, kemudian ia memencet sebuah nomor dan terhubung dengan nomor yang ditujunya.

"Kau di mana?"

"Aku di Heaven Place, Bos!"

"Bagus....! Bagaimana keadaan lelaki itu?"

"Dia baik-baik saja, bos...!"

"Siapkan peti mati untuknya!"

"...."

"Apakah Kau mendengarku?"

"I-i-iya Bos!, Aku mendengar mu.

"Siapkan sekarang-"

Sebelum Pria itu menyelesaikan kalimat perintah nya. Alona berteriak menghentikan perintah pria itu.

"Tidak!, Jangan lakukan itu"

Suaranya menggelegar memenuhi semua ruang di kamar itu. Alona berdiri dan sedikit berlari kecil merampas telepon gengam pria itu. Ia kemudian membanting telepon genggam itu ke lantai. Sambungan telepon itu terputus seketika. "Tut...tut...tut...."

"Brak....!"

Lemparan wanita itu sangat kuat menyebabkan layar ponsel itu retak, semua bagian permukaan ponsel itu remuk sudah tak berbentuk.

"Kau..., Kau!"

"...."