Tiba-tiba saja Vella bangkit berdiri. "Vella, kau belum ma.."
"Nanti saja aku masih kenyang." sela Vella dengan cepat lalu bergerak pergi meninggalkan keluarganya.
"Vendri.." desis Lizzy. Pemuda itu diberi isyarat untuk mengikuti Vella. Meski sebenarnya enggan, Vendri bingkas berdiri kemudian menghampiri Vella yang duduk di teras halaman belakang. Vella berkali-kali mendengus kesal tanda bahwa dia sedang kesal.
"Saudariku tersayang, cantik dan manis kenapa sih melamun terus?" tanya Vendri begitu dia duduk di samping sang saudara kembar.
"Apa pentingnya untukmu?" balas Vella ketus.
"Ya, pentinglah. Kamu itu saudaraku dan aku tak mau kamu cemberut." sahut Vendri sembari mengapit kedua pipi Vella dengan salah satu tangannya. Dia tertawa melihat ekspresi manis Vella dengan pipi yang diapit dan makin membuatnya gemas sampai-sampai tak mau menjauhkan tangannya itu dari pipi Vella.