"Ha-hamil? Putriku hamil? Bagaimana bisa?" Mereka berdua sama sekali tak menyangka jika saat ini putri mereka berbadan dua. "Selamatkan ibunya." Suara itu keluar meluncur dari mulut Dani yang mendekati mereka.
"Tolong selamatkan Ai! Ai lebih penting bagiku." kata Dani dengan nada penuh harap.
"Baiklah, jika itu keputusan kalian maka kami akan melakukan sebaik mungkin untuk menyelamatkan pasien." Setelahnya dokter itu kembali bergerak masuk. Arta kembali mencengkram kerah Dani. Matanya memancarkan amarah yang tak terbendung.
"SEKARANG KATAKAN APA YANG TERJADI?!" bentakan Arta menggema dan dia menjadi pusat perhatian banyak orang.
"Paman, jangan marah-marah tinggalkan kakakku biar aku yang mengatakan segala hal asal tolong lepaskan kakakku. Tidakkah kau tak menaruh belas kasihan? Dia juga syok!" ujar Rani sambil menarik Dani keluar dari cengkraman Ayah Ai.