Rani mengembuskan napas. Dirinya mendekati Dani dan menggenggam kedua tangan Dani dengan hangat. "Abang, Abang cinta sama Ai, bukan?"
"Semua orang sudah tahu tapi tidak dengan Ai." jawab Dani kecewa.
"Lalu kenapa kau tak memberitahukannya bahwa kau sangat mencintainya. Dengan begitu kau bisa rujuk lagi." Tersirat suatu pertanyaan dalam binar mata Dani dan Rani bukanlah seorang yang bodoh tak menyadari itu.
"Tenang saja, aku akan membantumu Abang." Di sisi lain, Ai tak bisa tenang karena terus memikirkan senyuman atau pun sikap Dani padanya. Sikap yang sama sekali tak pernah didapatkan ketika dirinya berumah tangga.
Ai merasa bersyukur, dia bisa menerima semua kasih sayang Dani kendati terlambat dan sesudah ada janin yang tumbuh. Inginnya Ai, Dani akan mencintainya sama seperti Ai mencintai Dani namun sayang Ai berpikir itu bualan semata.