Ai mengerutkan dahi. "Calon istri? Benar dia bilang begitu?"
"Tentu, dia sendiri yang mengucapkannya sendiri di hadapanku. Maaf, aku seharusnya bertanya lebih dulu apa kau masih sendiri atau tidak,"
"Kenapa tiba-tiba kau meminta maaf, ini bukan salahmu kok." kata Ai membela Ryo. Kedua matanya melirik tajam pada Dani yang masih setia berdiam diri.
"Ini jelas salahnya." Wanita berambut merah itu lantas mendekati Dani disertai raut wajah masam. "Kau kenapa?"
"Aku kenapa? Kau yang kenapa?! Ingatlah kita ini bukan lagi suami istri lalu mengapa kau mengatakan aku calon istrimu?!" desis Ai marah.
"Terserah aku mau mengatakan. Ini demi kebaikanmu, bagaimana jika dia itu bukan pria baik?" Ai mencebik.
"Ah kau saja yang terlalu protektif." Belum melangkah, lengan Ai dicekal.
"Hei ingat kau itu masih hamil, jangan berdansa atau minum alkohol."
"Lalu aku harus apa? Duduk diam dan tak melakukan apa-apa?!" nada Ai setengah menghardik.