Suatu pagi di bagian utara Perancis seseorang nampak sedang berlari tergesa-gesa menuju bandara dengan membawa sebuah koper hitam yang nampaknya sangat ia jaga.
"Lucas oy ! Aku sudah disini. Cepat kemari dan bantu aku!" Seru orang itu pada seseorang di pintu masuk bandara yang nampak terlihat seperti temannya.
"Profesor Gilbert? Aku senang kamu sudah sampai kemari. Kita harus cepat pergi sebelum mereka menyadarinya." (Sambil membantu Profesor membawa koper hitam itu.)
"Lucas, apa kau sudah membeli tiket menuju London?" tanya Profesor.
"Sudah, tetapi sepertinya aku dibuntuti seseorang. Mungkin dia mata-mata dari organisasi. Dia juga membeli tiket dengan tujuan ke London. Jadi aku memutuskan untuk mengelabuinya dengan membeli tiket lain di jam selanjutnya. Jadi kita tak akan dulu menuju London seperti yang kita rencanakan. Tapi kita jadi tak punya pilihan lain selain menuju Indonesia dulu." jawab Lucas menjelaskan situasi.
"Apa tak kejauhan untuk ke Indonesia dulu? kenapa tak ke tempat lain yang lebih dekat?" tanya Profesor.
"Tak bisa Profesor, kalau kita menunggu pesawat yang lain, mungkin nanti malah akan terlalu banyak mata-mata yang tanpa kita sadari sudah berkumpul disini. Aku khawatir nanti kita kehilangan benda itu." jawab Lucas sambil menunjuk pada koper hitam yang di bawa mereka.
"Hmmm.. pemikiran yang bagus di situasi ini. lagipula aku ingin mencicipi makanan Indonesia yang sering dibicarakan banyak orang seperti nasi goreng dan semur jengkol, hahaha..." jawab Profesor dengan sedikit bercanda.
---o0o---
Gilbert Bechard adalah seorang peneliti mesin dan artefak kuno dari Perancis. Ia memiliki ambisi untuk menciptakan benda yang dapat membuat manusia berteloportasi atau berpindah tempat ke mana saja dan di belahan dunia manapun. Selama ini dia bekerja dibawah organisasi rahasia bernama Black Ace dengan visi dan misi menjaga perdamaian dunia secara tersembunyi. Namun ia menemukan fakta bahwa organisasi tersebut bertujuan menguasai dunia, berkedok sebagai penolong dunia padahal mereka secara tak langsung menjadi pengatur negara-negara yang ditolongnya tanpa diketahui publik. Dengan kata lain, presiden atau raja dan pemerintahan negara-negara itu tak lebih dari sekedar boneka dan drama yang organisasi mainkan. Dan saat ini, ia sedang berusaha untuk melarikan diri dari organisasi.
Selama ini Profesor Gilbert Bechard bergabung dengan organisasi Black Ace hanya sekedar menyelamatkan dirinya dan berpura-pura membantu organisasi. Pada kenyataannya, ia hanya memanfaatkan kekayaan organisasi untuk menciptakan benda yang benar-benar salama ini hanyalah imajinasi para ilmuwan. Sebuah benda yang dapat membuat seseorang berpindah tempat kemana saja, kapan saja, dan di masa manapun, di belahan bumi manapun yakni mesin waktu. Ia bertujuan untuk menghentikan organisasi dari awal terbentuknya mereka.
Asisten setianya bernama Lucas Bonheur. Pada 25 tahun yang lalu ia hanyalah seorang anak kecil lugu yang senang bermain.
Pertemuan Lucas dan Profesor bermula ketika Lucas kecil kala itu sedang bermain bola baseball, dan tak sengaja bola yang melambung itu mengenai kaca rumah Profesor. Bola yang memantul di dalam rumah Profesor menabrak mesin waktu tipe beta yang sedang diuji coba oleh Profesor.
Saat uji coba itu, mesinnya tak menyala seperti yang seharusnya. Namun ketika bola baseball menghantam bagian tengah mesin, bola itu langsung menghilang dan muncul di belakang Profesor hingga mengenai kepalanya.
Lucas yang menghampiri rumah dengan maksud ingin minta maaf dan mengambil kembali bolanya, dikejutkan dengan penampakan orang tua berkaca-mata aneh yang keluar dari rumah sambil memegangi kepalanya. Orang tua itu yang tak lain adalah Profesor Gilbert Bechard, melihat Lucas dan bertanya dengan nada yang keras.
"Apakah kamu yang melempar bola ini??"
"I.. i.. iya... Maafkan aku." jawab Lucas terbata-bata sembari menahan rasa gugup sekaligus takut.
"Terimakasih nak! Hahaha... Berkatmu aku bisa membetulkan mesin ku." seru Profesor kegirangan sambil mengangkat badan Lucas seakan Lucas anaknya..
Saat itu Lucas berfikir mungkin bolanya yang membentur kepala orang tua itu, membuat orang tua itu jadi sengklek.
Semenjak itu Lucas sering mengunjungi Profesor berharap ia tak jadi gila hanya karena terbentur bola milik Lucas.
Setiap kali Lucas datang, dia disuruh untuk membantu apapun yang sedang di kerjakan Profesor. Hingga jadi kebiasaan untuk membantu Profesor Gilbert sampai ia lulus universitas dan secara resmi menjadi asisten pribadi sang Profesor.
Beberapa jam berlalu dan sebentar lagi sampai di Bandara Soekarno-Hatta.
"Profesor... Aku benar-benar khawatir dengan benda itu. Apa kau yakin akan baik-baik saja di dalam koper?" Kata Lucas.
"Tenang saja, benda ini mirip jam tangan. sebenarnya sedang aku pakai saat ini makannya aku beri nama benda ini Jam Tangan (dia menggunakan bahasa Perancis Une Montre). Dan di dalam koper hanyalah baju-baju ganti untukku. hahaha..." Jawab profesor dengan santai.
"Aku pikir kau bercanda dengan nama Jam Tangan itu. Ternyata itu benar-benar di desain seperti jam tangan." Seru Lucas merasa tak percaya bahwa profesor masih bisa santai padahal benda itu amat sangat berbahaya jika digunakan sembarangan.
"Nah bersiaplah... Kita sampai Lucas." Ujar profesor mengingatkan. "Dan sepertinya kita harus waspada. Karena orang-orang dari organisasi sangat banyak dan menyebar di seluruh dunia. Bisa saja mereka juga ada di Indonesia meskipun jumlah mereka masih sedikit disana." Lanjut Profesor.
Setelah tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Lucas melihat beberapa orang memakai jas hitam mirip seperti yang biasa dipakai oleh orang-orang organisasi. Dia mengisyaratkan pada profesor untuk sembunyi.
---o0o---
Sementara itu di lokasi yang tak begitu jauh dari mereka. Terlihat sekelompok murid SMA nampak sedang menunggu pesawat dengan tujuan Bandung di bandara Soekarno-hatta. Dipandu oleh wali kelas mereka, sepertinya mereka baru menyelesaikan kegiatan study tour mereka di jakarta, dan hendak pulang ke Bandung.
"Ah kayaknya masih sekitar setengah jam lagi pesawatnya siap berangkat." kata Andre salah satu murid yang bosan menunggu sambil melihat jam tangannya sembari melanjutkan lagi membaca buku yang ia bawa.
"Ndre, gak bosen apa baca buku terus?" tanya Agus sahabatnya. "Eh, lu perhatiin coba. Perasaan ada orang-orang bule pake jas aneh mirip film mata-mata gtu. Hehehe.." Lanjutnya berniat menghibur Andre.
"Iya juga ya... Ada acara kali... Atau mungkin setelan mereka aja yang kaya gitu." Jawab Andre ngasal dan nampak tak begitu mempedulikan.
Karena tergesa-gesa melihat kesana kemari mencari tempat sembunyi. Profesor Gilbert tak menyadari bahwa "Jam Tangan" nya longgar dan terjatuh tepat di depan Andre yang sedang membaca buku, ia tau ada sesuatu yang terjatuh. Namun ia tak menghiraukannya. Karena merasa semua benda yg dibawanya masih aman.
"Gus, panggil tuh bapak-bapak bule yang pake kacamata." Seru Andre.
"Emang ada apa?" tanya agus heran.
"Ini, dia ngejatuhin jam tangan." jawab Andre sambil memungut "Jam Tangan" itu.
"Bapak-bapak bule yang mana?" tanya Agus bingung karena sempat melamun dan tak memperhatikan orang-orang yang lewat di depan mereka.
"Ya udah deh.. Semoga aja tu bule balik lagi kemari nyari ini jam tangan." Lanjut Andre sedikit tak semangat mengejar karena terlalu banyak orang yang lalu lalang dan tak terlalu memperhatikan mana orang yang menjatuhkan jam tangan itu.
Andre kembali ke tempat duduknya yang tadi.
---o0o---
"Ndre. itu jam tangan koq mirip jam tangan kamu ya? kata kamu waktu itu bilangnya gak suka jam tangan yang mahal-mahal?" Kata Agus yang mulai memperhatikan jam tangan yang baru saja dipungut Andre.
"Lah... Emang gak mahal Gus... cuma 50rb an di toko online yang lagi promo." jawab Andre menjelaskan sembari melepas jam tangannya dan mulai membandingkan jam tangan yang dipungutnya dengan jam tangan miliknya.
Sekilas memang tak ada perbedaan, tapi jika di teliti lagi ada banyak perbedaan pada pengaturan waktunya.
---o0o---
Ketika Profesor Gilbert mulai merasa ada sesuatu hal aneh, tangannya terasa menjadi agak ringan. Ia melipat lengan jasnya yang panjang dan menutupi hingga pergelangan tangannya itu. Dan mendapati bahwa "Jam Tangan" nya hilang.
Ia mencoba untuk tak begitu panik. Dan mulai menelusuri jalan yang tadi ia lalui. kemudian ia melihat Andre yang sedang memegang dua buah jam yang sama seperti miliknya.
Profesor pun menghampiri Andre seraya berkata "Une Montre" (jam tangan) sembari menunjuk jam tangan yang di pegang oleh tangan kanan Andre.
Di saat yang sama Lucas menghampiri Profesor dan sedikit berteriak "Fuyez vite! Fuyez vite!" (Cepat lari! Cepat lari!)
Profesor yang kaget mengambil langsung jam tangan dari tangan Andre dan ikut berlari bersama Lucas. Sementara Andre yang nampak bingung hanya duduk termenung.
"Kasar amat tuh bule. Main ambil aja." Ujar Agus yang menyaksikan hal itu. "Lu kenapa malah bengong Ndre? Ngerasa gak enak yah sama sikap tuh bule?" Lanjutnya.
"Ngga Gus... Bukan itu... Tapi itu jam tangan harga 50 ribu gue yang diambil sama tuh bule. Dia salah ngambil." jawab Andre dengan ekspresi menyayangkan.
"Haduh Ndree... Ndre... kirain ane lu syok sampe termenung-menung begitu. Ternyata cuma itu toh. Ya lagian jam tangan nya agak mirip kan? Apalagi tuh jam tangan yang si bule mungkin lebih mahal." Ujar Agus dengan maksud menghibur sahabatnya agar tak lagi merasa sedih.
"Kalian berdua disini rupanya!" Ucap seseorang yang terdengar tak asing di telingan Agus dan Andre. Ternyata itu pak guru yang sedang mencari mereka karena mereka duduk agak jauh dari kelompok.
"Ayo siap-siap. Pesawat tujuan kita sebentar lagi berangkat." Lanjut pak guru.
Lalu mereka bersama kelompok belajar yang lain menaiki pesawat menuju Bandung...
---o0o---
Di dalam pesawat, Andre duduk sambil memperhatikan detail jam tangan itu.
"Oy Ndre... ngelamun aja lu. Ngobrol kek.. Itu jam tangan kayak nya gak usah di otak-atik begitu juga kali. Lagian masih bagus keliatannya." ucap Agus mencoba membuat suasana sedikit ramai.
"Ngga apa-apa kan?? lagian gue pingin aja utak-atik biar tau gimana cara setting ni jam tangan." jawab Andre.
"Lagian ini jam aneh loh...
Kumplit amat pengaturannya.. Ada pengaturan tahunnya juga." Lanjut Andre.
"Hahah... Ya iyalah Ndree... Semua jam tangan tu kayak gitu hadoohh.. Ada-ada aja lu... Hahahah..." Ucap Agus sambil ngakak.
"Hahaha... itu gue juga tau.. Bukan... Ini maksud gue pengaturan di angka tahunnya anehnya bisa jadi minus Sarguss.." Ujar Andre yang ikut tertawa menyadari penjelasannya yang konyol tadi sambil memutar mutar pengaturan jam tangannya.
"Gus... Sekarang jam berapa? Gue lupa." tanya Andre sambil mengatur jam pada jam tangannya.
"Jam 2 lebih 30 menitan." Jawab Agus ngasal sambil melihat jam tangan miliknya yang padahal menunjukkan pukul 2:35 menit.
Lalu... KLIK... KLIK... CKLICK...
Andre men-setting jam nya pada angka 2:30.
Untuk sepintas, Andre merasa ada guncangan dan pandangan mata yang memburam kemudian normal lagi. Sambil terdiam kebingungan dan nampak memegang erat jam tangannya karena reflek.
"Oy Ndre... ngelamun aja lu. Ngobrol kek.. Itu jam tangan kayak nya gak usah di otak-atik begitu juga kali. Lagian masih bagus keliatannya." ucap Agus.
"Ngelamun apaan Sargus?? Kan dari tadi kita ngobrol..." ucap Andre heran dengan pertanyaan Agus yang terdengar sama seperti sekitar 5 menit lalu.
"Ngobrol apaan? Orang dari tadi elu ngotak-ngatik tu jam tangan juga." jawab Agus menegaskan dengan ekspresi wajah serius sekaligus merasa aneh dengan ucapan Andre.
"Lohh koq gitu sih?? Ya udah deh lupain aja.. Mungkin gue ngelindur kali. Soalnya agak ngantuk." Ujar Andre terheran-heran sendiri. Tapi satu hal yang pasti Agus selama ini tak pernah berbohong padanya. Dan ia pikir tak mungkin Agus berbohong untuk hal sepele semacam itu. Lagi pula ia pasti tau kalau Agus sedang bercanda atau serius. Dan kali ini ia tak menemukan sedikitpun ekpresi Agus yang terasa ingin bercanda ketika menjawab pertanyaannya barusan.
"Ya udah, lu tidur aja... masih ada waktu sekitar 50 menitan kita sampe di Bandara Husein." Ucap Agus sambil menengadahkan kepalanya seraya bersandar pada tempat duduk dan memejamkan mata di ikuti Andre yang juga melakukan hal serupa.
Selang beberapa menit, Andre membuka matanya terbangun dengan suara dengkuran. "Pasti Agus..!" Pikirnya. Kemudian ia melirik ke arah kiri dimana Agus tertidur. Tepat sesuai dugaannya. Dengkuran itu berasal dari Agus.
Andre kembali menengadahkan kepalanya sembari bersandar ke bantalan kursi. Ia teringat bapak-bapak bule berkacamata yang menyebut kata "Une Montre" ketika menunjuk jam tangan itu. Kata-kata yang terdengar asing baginya. Ia sejenak berfikir. "Apa itu bahasa lain dari jam tangan? Ataukah memang si bule menyebut jam tangan itu Une Montre?" Gumamnya sambil melamun dan iseng mengatur mundur jam nya menunjuk pukul 2:30 pm.
KLIK... KLIK... CKLICK...
Andre yang hanya iseng memainkan jam tangan itu, kembali merasakan guncangan sekilas dan pandangan matanya memburam kemudian normal.
Terkaget, ia reflek memegang erat jam tangannya lagi.
"Oy Ndre... ngelamun aja lu. Ngobrol kek.. Itu jam tangan kayak nya gak usah di otak-atik begitu juga kali. Lagian masih bagus keliatannya." ucap Agus.
Kaget bukan main. Dia benar-benar yakin baru saja melihat Agus mendengkur dan tertidur nyenyak. Tak mungkin bagi Agus tukang tidur di kelas secara bim salabim bangun dan bertanya padanya dengan ekspresi wajah segar tidak nampak sama sekali bahwa ia baru saja bangun tidur. Ia juga memperhatikan sekitar dan mendapati situasi di sekelilingnya terlihat sama pada saat tepat dimana waktu menunjukkan pukul 2:30.
"U.. U... Une... Mm... Montre..." Ucap Andre nampak kaget sembari keringat dingin nampak keluar dari pori-pori mukanya...
"Lu kenapa Ndre?" tanya Agus terheran-heran dengan tingkah Andre.
"Uuu.. Uu... Une Montre Gus.. Une Montre!" Ucap Andre lagi sambil nunjuk-nunjuk jam tangannya dengan ekpresi muka serius sekaligus lucu. Seakan berkata bahwa apa yang ia tunjuk itu luar biasa dan mantap jiwa.
"Lu kesambet setan apaan sih? Gak biasanya lu kayak gini... Heran gue..." Ujar Agus yang tidak begitu mengerti apa yang Andre maksud.
Andre clingak-clinguk kesana-sini bertingkah aneh, seakan ada sesuatu yang tak ingin orang tau berbisik pada Agus. "Ini jam war biazah Gus. Hihihihi..." Katanya sambil sedikit tertawa kecil.
"Wah wah wah... Lu kayaknya ntar kalo kita dah nyampe Bandung musti buru-buru cari tempat ruqiyah neh..." Kata Agus khawatir temannya betul-betul kesambet setan.
"Yee.. Elu... Gue masih normal Sargus... Nanti deh, gue jelasin kalau kita dah nyampe kost-an." Jawab Andre sambil memalingkan wajah dan bersiap tidur lagi.
"A'udzubillahi minassyaitoonirrojimm... fuhhh... fuhhh..." Kata Agus serius sambil meniup Andre dengan keras.
"Eh buset nih anak... Gue gak kesambet Sarguuss... suer...!! Kata Andre agak kesal.
"Yaa... Kan kali aja Ndre... ane sebagai sahabat lu khawatir... soalnya sikap lu jadi kayak orang gila yang baru keluar RSJ." Ucap Agus nyeleneh.
"Udah ah. Gue mao tidur... Bangunin kalo dah nyampe RSJ.. Ehh... Bandara Husein!" Seru Andre sembari memalingkan wajah.
---o0o---
To be continued...