Seorang gadis cantik Putri dari Kerajaan Galuh Pakuan tengah menyelinap keluar dari Istana demi menghadiri undangan orang yang di cintainya. Dia adalah Dewi Sekar Wangi putri dari seorang Permaisuri Prabu Kertajaya yang telah meninggal 1 tahun yang lalu. Namun belum sempat Sekar keluar dari Istana, Putri kedua dari selir Kerajaan Galuh Pakuan Memergokinya dan menarik Sekar kedepan Ayah mereka.
***
"Sekar kemari Sayang!". Panggil Ibu paruh baya,
Sekar yang baru membawa BAB awal dari kisah yang terdapat di buku terpaksa menghentikan bacaannya. "Sebentar Mah, aku akan segera datang!". Teriak Sekar yang akan menginjak umur 17tahun pada Ibunya. Dia meletakkan buku tua yang dia dapatkan dalam gudang dimeja dan menghampiri Ibunya yang berada didapur.
Didapur tengah ramai orang yang sedang memasak untuk acara Kedewasaan. Di daerah yang Sekar tinggali, wajib bagi Perempuan yang menginjak usia 17 tahun untuk mengadakan upacara kedewasaan yang sudah di wariskan dari Leluhur terdahulu.
Dewi Sekar Ayu, meski terlahir dari Keluarga Kaya yang terpandang, dan memiliki kehidupan Modis layaknya Gadis lainnya. Namun siapa sangka, dalam keluarganya masih menjunjung tinggi nilai sejarah hingga tiba saat yang membuat Sekar berpenampilan layaknya Putri Keraton.
"Mah, ada apa Mama panggil aku kesini?". Tanya Sekar itu malas
"Sekar, kamu ngapain masih pakai kaos dan belum berdandan rapi? Cepat bersiap-siap! Malam inikan ada acara Kedewasaanmu!". Kata Ibu Sekar.
"Ya Tuhan Ma.. Ini udah Tahun 2019 masih saja ada acara kek gituan!". Bisik Sekar karena tidak ingin terdengar oleh orang lain.
"Hust..! Jaga bicaramu Sekar! Ini adalah adat warisan leluhur dari Keluarga kita yang dilestarikan secara turun temurun. Wajib bagi anak Perempuan untuk mengadakan upacara kedewasaan di umurnya yang ke-17. Kamu seharusnya bersyukur, kita di lahirkan dengan mengemban warisan leluhur!". Kata Ibu Sekar yang mulai ceramah panjang kali lebar.
"Ya.. Ya.. Ma. Cukup ceramahnya. Aku akan siap-siap deh". Jawab Sekar malas.
Ibu Ningsih yang sedari tadi sibuk memasak didapur pergi kekamar dan kembali dengan membawa sebuah pakaian yang didesain layaknya Putri dari Kerajaan di Masa Lalu dan memberikannya pada Sekar. Seketika Sekar mengerutkan dahinya
"Yakin Ma, Sekar harus memakai Pakaian ini? Yang benar saja Ma!". Rengek Sekar.
Sekar yang selalu bergaya modis melihat pakaian aneh yang diberikan Ibunya membuatnya kesal. Namun apalah daya, jika Ibunya sudah berkata bagai sabda yang tidak terbantah. Akhirnya tanpa membalas Sekar kembali kekamar bersama penata rias untuk membantunya berias diri.
"Ayo Nona Sekar, Saya akan membantu Nona bersiap-siap". Kata penata rias.
Dikamar Sekar dibantu penata rias memakai pakaian yang super ribet, "Mbak, apa ini tidak terlalu ribet yah! Ada gitu, orang yang mau pakai baju kayak gini". Ejek Sekar.
"Non Sekar, ini belum seberapa. Pada Jaman Kerajaan di Nusantara, Mereka yang menyandang gelar tinggi justru memakai pakaian yang lebih ribet dari ini". Kata penata rias.
Setelah selesai memakai pakaian yang ribet, Sekar duduk didepan cermin untuk menata rambut dan merias wajahnya. Buku Tua yang baru dia baca masih tergeletak di meja. Meski sudah usang, entah mengapa Sekar penasaran ingin melanjutkan membacanya.
Sembari menata rambut, Sekar membaca kembali Kisah di Buku Tua yang berjudul "Kidung Cinta Dewi Sekar Wangi".
***
"Ayahanda Prabu, Nanda Sekar mencoba untuk menyelinap keluar Istana untuk menemui seorang pria. Dinda sudah berkali-kali meminta Nanda Sekar untuk tidak melakukan hal nekad itu. Tapi dia terus saja melakukannya". Kata Kencana
Dewi Kencana Wangi adalah Putri kedua Prabu Kertajaya dari Selir Wastu Kencana Wungu. Kencana yang merasa iri pada Sekar selalu membuat Sekar dalam bahaya dan membuat tuduhan palsu padanya.
Prabu yang mendengar ucapan Kencana seketika menatap tajam Putrinya. "Sekar! Ayahanda tidak pernah meminta apapun darimu. Ayahanda hanya ingin kamu berperilaku layaknya Putri. Apa itu terlalu sulit untukmu!".
"Ayahanda, yang di katakan Dinda Kencana tidak semuanya benar. Mengapa Ayahanda tidak mau mendengarkan penjelasan Sekar". Kata Sekar terisak.
"Ayahanda tidak ingin mendengar lagi alasan apapun! Kencana, bantu Sekar untuk bersiap diri. Sebentar lagi Pangeran dari Kerajaan Mangku Bumi datang untuk acara Lamaran". Perintah Prabu.
"Baik Ayahanda, Dinda akan membuat Nanda Sekar menjadi anggun layaknya Putri sesungguhnya dari Kerajaan Galuh Pakuan".
Prabu Kertajaya meninggalkan Sekar yang masih terududuk di tanah, Kencana mendekati Sekar dengan senyum sinisnya.
"Sekar! Kamu hanyalah Putri yang terbuang. Ibumu yang hanya Putri Perdana Menteri merebut posisi Permaisuri dan membuat Ibuku yang seorang Duke menjadi Selir. Ingatlah! Sampah tetaplah sampah!". Bisik Kencana.
***
"Non, riasannya sudah selesai. Silahkan lihat penampilan Nona di cermin". Kata penata rias.
Penata Rias sudah menyelesaikan tugasnya lengkap dengan aksesoris ala Putri Kerajaan di tanah Jawa. Sekar yang asyik membaca buku Tua meletakkan bukunya dan melihat kearah cermin dan dibuat takjub dengan dirinya sendiri.
"Mbak, ini beneran wajahku yah?". Tanya Sekar terheran. Sekar berdiri untuk melihat keseluruhan dari penampilannya yang mungkin hanya bisa dia pakai sekali seumur hidup.
"Benar Non, Saya jadi heran. Mungkin saja Nona itu masih keturunan dari Kerajaan yang ada ditanah Jawa. Aura Nona benar-benar berbeda, Nona jadi terlihat lebih berwibawa dan anggun". Puji Penata rias.
"Ah.. Mbak ini bisa saja. Mbak sudah boleh keluar sekarang".
"Ya sudah Non, saya keluar dulu". Penata rias memberesi perlengkapan rias dan keluar dari kamar Sekar.
Sembari menunggu Ibu Acara dimulai, Sekar kembali duduk dan membaca lanjutan dari Kisah di buku Tua.
Prank!
Disaat Sekar mengangkat buku tua, sebuah benda aneh terbuat dari logam emas berbentuk lingkaran dengan tulisan jawa melingkar dan ditengahnya terdapat segitiga serta jarum penunjuk terjatuh. Sekar yang penasaran mengambilnya dan memperhatikan benda aneh itu.
"Ini seperti Jarum penunjuk waktu, tapi tulisan jawa ditengahnya ini apa?". Gumam Sekar
Karena penasaran, Sekar memutar jarum tersebut, Dan seketika buku Tua memancarkan cahaya hingga membuat mata Sekar silau. Tiba-tiba hal yang tidak terduga terjadi, Dari depan Sekar muncul sebuah lubang dan menarik Sekar kedalamnya.
"Tidak…!". Teriak Sekar.
Keterangan Bahasa
-Prabu adalah sebutan untuk seorang raja
-Nanda artinya Kakak atau Saya yang lebih tua tergantung penerapan dalam kalimat
-Dinda adalah sebutan untuk adik atau bisa juga sebutan hangat untuk istri. tergantung penerapan kalimat