Tok ... Tok ... Tok!!!
Pintu rumah terketuk dari luar. Aku dan Pria Biru jadi saling berpandangan. Bertanya-tanya dalam hati. Siapa, tuh?
Pria Biru segera berjalan menuju ruang bagian depan. Aku turut mengekorinya. Dia membukakan pintu rumahnya dan seketika itu wajahnya langsung semringah seperti mendapatkan hadiah kejutan. Aku melongok siapa di balik pintu ini hingga membuat Si Pria Biru ini jadi begitu terkesima dan bahagia.
__Oh, ternyata ada tiga orang. Sepasang pria dan wanita beserta anak lelakinya. Siapa mereka?
''Bang Sam ...!'' pekik Pria Biru, ''Hai Kak Wiko, halo my brother, El!'' lanjutnya dengan nada girang.
Bang Sam dan Kak Wiko tersenyum. LG meringis menampakan giginya yang geripis.

__Oh ... jadi ini yang namanya Bang Sam. Tubuhnya jangkung, tinggi menjulang seperti tiang listrik. Otot bisep dan trisepnya kekar. Seperti otot kawat tulang besi. Dadanya membusung bidang. Berdiri tegap seperti tentara. Rambut cepak, kulit eksotik, alis tebal, hidung mancung dan tatapan mata yang tajam seperti falcon. Lelaki gagah dan tampan. Pantas saja Pria Biru tergila-gila dan jatuh cinta padanya. Wujudnya memang nyaris sempurna sebagai seorang pejantan yang tangguh. Top markotop. Dan perempuan di sampingnya itu, siapa? Perempuan berambut panjang. Kulit putih bersih seperti Orang Jepang. Alis cetar membahana. Hidung bangir dan bibir merah menyala. Seperti bool ayam. Cantik dan bahenol. Dia menggandeng bocah laki-laki usia PAUD. Lucu, cute, imut, dan menggemaskan. Itu anak Bang Sam. Adiknya Pria Biru__LG.

''Kau kedatangan tamu, Vo?'' ujar Bang Sam.
''E ... iya, Bang ... ini temanku,'' jawab Pria Biru gugup.
''Ooooh ...'' Bang Sam mendongak ke arahku dengan melempar satu senyuman madu. Manis pisan. Aku hanya tersenyum tipis sambil sedikit membungkukan tubuhku.
''Teman atau teman?'' kata Bang Sam berlanjut.
''Teman, Abang ...'' timpal Pria Biru buru-buru.
''Hehehe ...'' Kami jadi terkekeh.
''Bro ...'' Pria Biru menyentuh bahuku, ''perkenalkan ini Bang Sam ... sebelahnya Kak Wiko, istrinya. Dan itu si kecil El Gie.''
''Senang berkenalan dengan kalian!'' Aku menangkupkan kedua telapak tanganku dan memberi hormat.
Bang Sam dan Kak Wiko tersenyum simpul. Menunjukan sikap keramahan mereka. Sungguh, pasangan yang serasi. Ganteng dan ayu. Seumuran pula.
''Sepertinya kedatangan keluarga Abang mengganggu pertemuan kalian, ya?'' cetus Bang Sam.
''Tidaklah, Bang ...'' sergah Pria Biru.
''Temanku ini seorang penulis. Dia lagi observasi untuk mencari ide. Menggali bahan cerita untuk dijadikan kisah yang tak biasa.''
''Menulis apa? Kisah apa?'' Bang Sam mengernyit.
''Kisah Ayah Tiriku Idolaku. Kisah antara kau dan diriku.'' Pria Biru setengah berbisik di telinga Bang Sam.
''O, ya? Tapi kau tidak bercerita macam-macam, 'kan?''
''Tidak, Bang ... aku hanya menceritakan kisah seorang Pria Biru yang merindukan kasih sayang dari seorang ayah. Kisahnya hanya sebatas hubungan kasih antara ayah dan anaknya saja. Hehehe ...'' jawabku menimpali.
''Oo, gitu? Okelah kalau begitu aku dukung, Bro!'' Bang Sam menepuk bahuku, ''Lanjutkan dan sukses, ya. Mudah-mudahan tulisanmu diterima baik di hati banyak pembaca.''
''Aamiin ... Terima kasih, Bang Sam!''
Aku dan Bang Sam saling memandang. Kami saling bersalaman. Saling menjabat tangan dengan erat. Dan tentu saja saling memberikan dukungan.
Aku melirik ke arah Pria Biru. Dia sedang bermain-main dengan adiknya, LG. Tertawa-tawa bercanda gembira. Sementara Kak Wiko hanya berdiri terpaku menatapku dengan tatapan hampa tanpa makna.
Inilah akhir kisah tak biasa itu. Kisah cinta antara Pria Biru bersama Ayah Tirinya. Kisah cinta yang menembus batas norma-norma. Cinta penuh rahasia. Cinta terlarang. Cinta yang berharap berakhir dengan indah.
~TEH ... EN-DANG~

"Tunggu ...!" Pria Biru menahan langkahku sebelum aku pergi. Aku segera melengos ke arahnya.
"Ada apa?" tanyaku.
"Sejauh ini aku belum tahu siapa namamu?"
"Panggil saja Esia ... Esia Hidayah!"
Terima Kasih 😘 Sudah setia mengikuti cerita ini. Jangan lupa. Like, Vote dan Share!
Wassalam
Tunggu Cerita Baru ya!