Chereads / StellaLuna / Chapter 10 - Chapter 10: Epilogue

Chapter 10 - Chapter 10: Epilogue

Part.1: Overture

Dear Moon,

Hari ini apa yang sedang kau lakukan? Seperti biasa, aku pergi ke kantor di pagi hari dan kembali pulang di sore hari. Setiap hari mengulangi hal yang sama terus - menerus membuatku terkadang berpikir kembali apakah keputusan yang kuambil ini benar? Aku bukannya tak menyukai pekerjaan dan tempat kerjaku, hanya saja perasaan hampa yang kurasakan setiap harinya menyadarkanku bahwa aku menginginkan sesuatu yang lain. Orang bilang aku telah berubah. Aku terasa lebih hidup, lebih bercahaya. Kalau begitu, mengapa aku merasa seperti kembali ke masa lalu di mana aku hidup penuh kehampaan dan tak menginginkan apapun? Mengapa walau aku bekerja keras dan berusaha menjadi dewasa, aku merasa seolah tak melakukan apapun? Aku merasa hanya melayang di luar angkasa. Mengambang ke sana kemari, namun tak pernah ke mana - mana. Aku hanya terjebak di sana sambil menunggu oksigen dalam tubuhku mulai menipis sedikit demi sedikit.

Dear Moon,

Walau begitu aku akan berusaha bertahan sedikit lagi. Berjuang lebih keras lagi. Agar aku tak kalah darimu yang jauh di sana. Aku hanya berharap kehampaan ini tak akan merenggut apa yang kucintai dariku. Hal - hal yang membuatku berubah, hal - hal yang membuatku bisa bertahan hidup dan menjadi lebih kuat. Kuharap kehampaan ini tak akan merenggut oksigenku dengan cepat sebelum aku sempat melakukan sesuatu. Tak ingin lagi aku merasakan kehilangan tanpa bisa melakukan apapun untuk orang yang aku cintai. Aku merasakannya tiga kali dan aku bersumpah tak mau lagi merasakannya lagi untuk kesekian kalinya.

Dear Moon,

Aku lelah. Belakangan aku sudah hampir tak lagi bisa mendengar suaramu. Tak bisa lagi berbicara denganmu seperti biasanya. Aku ketakutan. Aku takut aku akan melupakan keberadaanmu. Ini aneh. Aku bahkan belum mengenalmu, tapi entah mengapa aku mulai merindukanmu. Apa kau juga merasakan hal yang sama? Kurasa tidak. Kau memiliki banyak orang yang akan selalu mendukung dan berjuang bersamamu. Dan Demi Tuhan, aku bersyukur kau bisa hidup sebagai bulan yang bersinar terang dengan bantuan cahaya mentari. Aku bersyukur dalam hal ini kau dikelilingi oleh banyak matahari yang selalu siap sedia untuk menyinarimu. Aku iri, namun juga bahagia. Karena aku tak pernah menginginkan hal lain selain kebahagiaanmu. Walau itu bukan denganku.

Dear Moon,

Apakah aku akan mati? Aku merasa bisa hidup 500 tahun lagi, namun hati dan pikiranku seolah akan kehabisan energi kapanpun juga. Suaramu adalah satu - satunya oksigen yang membantuku untuk terus bertahan hidup, tetapi belakang aku merasa hal itu sudah mulai tak cukup lagi. Aku membutuhkanmu di sampingku sekarang juga.

Dear Moon,

Apakah hari ini pun kau masih bernyanyi? Aku melihatmu lewat layar komputerku lagi. Kau terlihat lebih bercahaya dan berbahagia dari biasanya. Itu tidak aneh. Hari ini adalah hari ulang tahunmu. Aku membaca beberapa ucapan selamat dari orang - orang di seluruh dunia untukmu. Kau begitu dicintai. Kau begitu dipuja. Aku berharap kau akan jadi orang yang paling berbahagia hari ini. Omong - omong, apa yang harus aku berikan untukmu sebagai hadiah? Mungkin sebuah lagu sudah cukup. Untuk saat ini.

Dear Moon,

Hari ini aku benar - benar bosan, jadi aku memutuskan untuk keluar di malam hari bersama teman sebentar. Angin malam terasa sangat menyenangkan dan membuatku melupakan semua rasa lelah dan bosan. Bulan dan bintang di malam ini pun terlihat lebih bercahaya dari biasanya. Tetapi, di tengah perjalanan aku bertemu hal yang mengerikan. Aku tanpa sengaja melihat hantu berbaju hitam berdiri di depan sebuah rumah. Untung saja hantu itu tak melihatku, dan aku segera saja memalingkan wajah dan berbicara dengan temanku seolah tak melihatnya. Omong - omong, apa kau juga masih bisa melihat mereka?

Dear Moon,

Banyak hal di dalam hidupku yang telah kuceritakan padamu. Sebagian besar di antaranya mungkin adalah hal - hal yang tak menyenangkan, dan mungkin membebanimu. Tetapi walau begitu aku tak pernah tahu apapun tentangmu. Aku berharap kita bisa segera bertemu agar aku bisa menanyakan banyak hal padamu.

Dear Moon,

Dunia ini benar - benar penuh dengan orang - orang yang hebat. Di lingkunganku pun begitu. Keluargaku, walau terkadang penuh dengan masalah yang seperti kau ketahui, mereka benar - benar adalah kumpulan orang - orang hebat yang selalu membuatku tak henti - hentinya merasa bangga bisa dilahirkan sebagai anggota keluarga mereka. Adik - adikku, walau terkadang kami banyak berselisih karena perbedaan pendapat, tapi mereka adalah anak - anak hebat yang cerdas. Mereka selalu bisa menjadi diri mereka sendiri dalam keadaan apapun, dan selalu berpegang teguh pada prinsip mereka. Aku sebagai kakak tertua terkadang merasa kesepian melihat perkembangan mereka yang begitu cepat dan mungkin bahkan telah melampaui kakak mereka itu. Orang tuaku tak kalah juga. Mereka selalu ada di sampingku, selalu bekerja keras untukku. Walau yang bisa kulakukan hanyalah mengecewakan dan menyakiti mereka, tapi mereka tak pernah berhenti mencintai dan mendukungku. Karena itu juga aku memutuskan untuk berhenti menangis. Aku memutuskan untuk berhenti mengeluh. Karena aku tak ingin kalah dari mereka. Karena aku ingin membalas semua kasih sayang mereka. Karena aku ingin bisa terus berjalan bersama mereka. Hei, apakah kau juga merasakan hal yang sama?

Dear Moon,

Aku menyadari kalau bulan terlihat lebih indah di langit malam kalau ditemani oleh bintang - bintang. Aku pernah berpikir kalau walau tanpa bulan, aku bisa tetap menjadi langit malam yang indah, yang dipenuhi oleh bintang - bintang. Tapi sekarang, aku merasa sedikit kesepian tanpa kehadiran sang rembulan. Aku selalu membenci bulan, tetapi entah mengapa kini aku merasa kesepian tanpanya. Apa kau tahu apa artinya itu? Kau selalu bertanya padaku, "Apa yang kau inginkan?". Jujur saja, aku masih belum bisa menemukan jawaban untuk pertanyaan itu. Aku masih belum bisa menemukan apa yang sebenarnya ingin aku lakukan sekarang. Kuharap aku bisa menemukannya ketika langit malamku telah sempurna dengan kehadiranmu.

Dear Moon,

Hari ini adalah Tanabata. Hari di mana bintang Altair akan kembali dipersatukan dengan bintang Vega oleh Sungai Bintang. Banyak yang bilang kisah Altair dan Vega yang hanya dapat bertemu setahun sekali itu menyedihkan. Lalu bagaimana dengan kisah kita yang bahkan tak bisa bertemu sekali pun dalam seratus tahun lamanya? Paling tidak, walau hanya di hari Tanabata saja, aku ingin bertemu denganmu. Seperti Altair dan Vega.

Dear Moon,

...

...

Sebelum aku membuang surat ini ke tempat sampah bersama surat - surat lainnya, aku ingin menyampaikan satu hal padamu

...

...

...

....Ti Amo....

Lalu aku pun kembali meremas surat tanpa tujuan itu di tanganku dan membuangnya ke tempat sampah.

Part. 2: Stella Luna

Permainan Tuhan itu selalu saja menyebalkan tapi juga menarik. Aku memang pernah bilang kalau aku ingin seperti Sang Pangeran Kecil yang terbang mengembara dengan burung - burung, tetapi bukan berarti Ia harus benar - benar membuat itu menjadi kenyataan. Maret 2017, hari di mana aku membuat pertaruhan besar dalam hidupku, yang bisa saja akan kusesali. Saat itu aku masih belum menyadari permainan-Nya, tetapi melihat kembali kertas cetakan tiket di tanganku, sebuah asumsi konyol muncul di kepalaku begitu saja.

'Garuda, ya?'. Ini konyol! Benar - benar konyol sampai - sampai aku hampir meremas kertas berharga itu dan membuangnya ke tong sampah. Apa maksud 'Orang ini' sebenarnya? Aku merasa seperti seorang anak yang sedang diusili oleh orang tuanya sendiri.

Aku menarik nafas panjang dan berusaha melupakan semua itu. Kumasukan kertas itu kembali ke amplop dan menyimpannya di lemari baju. 'Percayalah!', kata itu kembali mengiang di dalam kepalaku.

"Aku tahu itu," gumamku.

Sejujurnya, aku takut akan kenyataan yang akan menungguku di sana. Aku mempercayainya, tetapi juga ketakutan kalau harus sekali lagi dikhianati oleh kenyataan. Aku merasa ingin melarikan diri dari semua ini. Pergi ke tempat itu adalah salah satu impian terbesarku dan aku akan melakukan segala cara agar bisa ke sana. Tetapi sekarang aku malah memikirkan seribu macam cara agar tak bisa ke sana. Agar bisa menghindarinya. Ini sungguh bodoh. Aku yang dulu selalu bersemangat untuk mengejar impian itu, kini gemetar ketakutan di hadapan impian yang telah berada di depan mataku. Seberapa pengecutnya aku ini!

Walau begitu, aku tahu aku tak bisa melarikan diri. Setiap kali aku mencoba melarikan diri, takdir seakan menutup semua jalanku. Tak membiarkanku untuk lari dari kenyataan yang menyiksa ini. Dia pun begitu. Aku mulai merasa dia tak lagi akan membiarkanku berlari atau sembunyi. Tidak, ketika dia tahu waktu pertemuan kami semakin dekat.

Aku menatap langit - langit kamarku yang gelap. Seraya membayangkan langit malam penuh bintang, aku menjulurkan tanganku ke atas seolah mencoba menggapai langit - langit kamar. Dia selalu terasa dekat, tapi juga begitu jauh. Sama seperti 'orang itu'. Namun, aku tak akan kalah lagi dengan pikiran negatif di dalam diriku. Aku tak akan melupakan hari di mana aku menemukan harapan dalam hidupku. Hari di mana aku menyadari apakah impian dan keinginanku. Aku sudah terlalu jauh berjalan untuk bisa kembali menengok ke belakang.

Aku adalah langit malam. Tetapi berbeda dengan yang dulu, aku bukan lagi langit malam yang gelap dan suram. Aku yang sekarang adalah langit malam yang penuh bintang. Walaupun cahaya bintangku masih kecil dan kadang kalah dari awan gelap, tapi aku akan tetap bersinar tanpa henti. Agar suatu hari cahayaku ini akan dapat menjadi cahaya yang terang, yang tak akan kalah dari cahaya bulan, dan menjadi cahaya pembimbing bagi orang - orang yang memandangiku.

Namaku Night. Namaku yang selalu dia gunakan untuk memanggilku. Namaku yang tak pernah diketahui oleh siapapun. Namaku yang bahkan terdengar lebih familiar denganku dibandingkan nama asliku. Namaku yang lebih kuanggap sebagai nama asliku daripada nama pemberian orang tuaku. Di dunia ini hanya dia saja yang memanggilku dengan nama itu, dan selamanya akan seperti itu.

Sepuluh tahun yang lalu, aku bertemu dengannya tepat di usiaku yang ke-16 melalui suara bintang - bintang. Dan sebentar lagi, mungkin aku akan bertemu dengannya secara langsung di tempat yang dijanjikan. Aku masih belum tahu apakah arti dari semua ini. Dan aku bahkan tak bisa memberitahu kepada kalian yang membaca kisah ini, apakah ini semua kenyataan atau bukan.

Ada begitu banyak kisah di dunia ini, dan mungkin kisahku ini hanyalah sebagian kecil dari berjuta - juta kisah lainnya. Walau begitu, mengenyampingkan banyaknya keajaiban dan kata - kata indah yang membuatnya sedikit terlihat berlebihan, serta begitu banyaknya luka yang tersembunyi di dalamnya, ini bukanlah sebuah fiksi. Ini adalah sebuah bagian kecil dari kisah hidupku. Kisah yang mungkin akan mengubah kehidupanku di masa depan, dan mungkin juga hidupmu. Maka dari itu, aku akan melanjutkan jalan hidupku ini, sambil menunggu waktu itu tiba, dan mudah - mudahan jalan ini akan membawaku ke masa depan di mana jalanku dan jalannya akan menyatu. Karena walau banyak hal yang membuatku ragu dan ketakutan, aku percaya bahwa jika itu untuk dirimu, maka takdir akan selalu ada di pihakku. Semua akan baik - baik saja. Karena Sang Waktu kini telah mengampuniku, mengampuni kita.

Sampai jumpa empat bulan lagi, mia Luna...