Chereads / Negai / Chapter 6 - Masakan masa lalu

Chapter 6 - Masakan masa lalu

Kenapa jadi seperti ini, apakah yang dikatakan Takagi-san itu benar? Apakah aku orang tipe yang pertama?, aku rasa tidak. Dalam dua pilihan itu aku tidak termasuk dalam keduanya. Aku hanyalah sesosok kakak yang tidak berguna dan tidak mampu melindungi adiknya. Aku hanyalah laki-laki yang hampa. Di dalam hidupku ini di ibaratkan dengan warna abu-abu. Semuanya terlihat tidak berarti di mataku.

"Kamu salah Shiro-kun… kamu adalah sosok kakak yang hebat dan bisa melindungi adikmu hingga saat ini. Jangan khawatir, dia masih baik-baik saja. Percayalah kepada keluargamu dan pada dirimu sendri."

"Darimana kamu tau kalau dia baik-baik saja?, bukankah itu hanya omong kosongmu saja?, lagipula siapa kamu?"

"(Sambil tersenyum) Percayalah pada dirimu sendiri dan jangan pernah putus asa. Di saat hatimu berwarna abu-abu pasti suatu saat warna itu akan hilang dan menjadi warna pelangi. Di saat itulah kamu menikmati dan merasakan apa yang namanya hidup. Kejarlah pelangi itu dan raihlah itu."

"Tapi bagaimana aku melakukannya?"

"Kamu sudah diberkati otak yang cerdas dan kemampuan yang telah kamu asah selama bertahun-tahun bukan?"

"Kemampuan?,apa maksudmu? Apakah aku memiliki kekuatan supraatural atau magic?"

"Tentu saja…"

"Tentu saja apa??"

"Tentu saja tidak.."

"(Ngek) yang benar saja.."

"Percayalah pada dirimu sendiri dan sekarang bangun jangan sia-siakan waktumu dengan tidur-tiduran saja bangun!!"

(Membuka mata perlahan)

"Bangun Shiro-kun!!, Shiro-kun!!.."

"Adu. Du. Du kepalaku.."

"Kamu baik-baik saja kah Shiro-kun?."

"Eh….. kenapa Asahi-san ada di sini? (melihat jam) bukannya ini masih jam sekolah?."

"Aku dimintai tolong untuk mengunjungi kamu dan diberitahu kalau kamu sakit dan aku yang mewakilinya."

"Eh… t..tidak usah repot-repot kamu datang kesini kalau kamu tidak mau."

"Aku datang kesini atas kehendakku sendiri. Kenapa?, apakah kamu tidak mau kalau aku yang mengunjungimu?, apakah kamu membenciku?."(muka lesuh)

"T..tidak mungkin aku membencimu Asahi-san atas dasar apa aku membencimu?."

"Jadi, kamu juga tidak berharap aku yang datang kesini?."

"T..tidak juga.."

"Berarti, kamu mengharapkan aku datang ke sini? Benarkah?."

"T…"

"Sssttt… tidak usah dipaksakan. Tubuhmu masih lemas bukan?, baiklah kali ini akan kubuatkan bubur special untuk Shiro-kun. Kamu istirahat dulu aja sambil menunggu buburnya jadi."

"Terimakasih banyak Asahi-san"

"Shiro-kun, aku minta maaf atas kejadian yang kemarin. Gara-gara itu kamu jadi seperti ini. Aku sungguh minta maaf."

"(senyum kecil) tidak usah dipikirkan Asahi-san sudah sepatutnya seorang laki-laki melindungi perempuan. Ibuku selalu mengajarkanku untuk melindungi orang yang lemah dan beliau juga bilang jangan sampai membuat perempuan menangis dan melukainya. Dan aku hanya melakukan apa yang dibilang oleh ibuku saja."

"Shiro-kun sebenarnya kamu orang yang baik ya.."

"Sebaik-baiknya orang kalau pernah berbuat dosa sama saja melakukan kesalahan dan dianggap tidak baik. Dan aku bukanlah orang yang seperti itu."

"(Hmmm huuuhh) Percayalah pada dirimu sendiri Shiro-kun. Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan dan jangan pernah menganggap dirimulah yang paling salah. Di balik kesalahan itu terdapat pesan dan pengajarannya bahwa kamu tidak melakukan kesalahan yang sama dan membetulkan kesalahan itu dengan berusaha dengan menjadi orang yang lebih baik lagi. Mungkin aku tidak pantas bilang seperti ini kepadamu. Tetapi aku yakin Shiro-kun pasti bisa melewati semua ini."

"Asahi-san sebenarnya kamu orang yang hebat ya… bisa memotivasi seorang yang payah sepertiku ini. Baiklah aku akan berusaha keras dan tidak akan mengeluh lagi. Terimakasih banyak Asahi-san."

"Yosh.. aku akan berusaha juga kalau begitu. Akan ku perlihatkan bubur paling enak yang selama ini belum orang lain rasakan!!"

Sebenanya Asahi-san hebat sekali orangnya dia terlihat kalem dan sangat menjaga sikapnya. Dia juga sepertinya wanita yang kuat. Tetapi, kenapa hari itu dia hanya minta tolong saja dan tidak melawan kakak kelas itu?. Sudahlah setiap orang mempunyai rahasianya masing-masing.

"Maaf menunggu.."

"Cepat sekali.. aku jadi ragu dengan rasanya."

"Jahat sekali kamu Shiro-kun.. kan belum dibuka dan belum tau rasanya."

"Iya-iya mana coba?"

"Baiklah akan ku buka"

*Shhhhh*

"Aroma ini….."

"Sah… Silahkan dimakan"

"(Hmpppp) A..apa ini… rasa ini… aroma ini.."

(Perlahan dia memakan bubur itu, sambil berkaca-kaca)

"Bagaimana bisa Asahi-san membuat bubur ini?"

"Aku hanya melihat buku resep tua yang dipinjami oleh seorang teman yang sangat baik, namun bertubuh lemah, seperti putrid dan rapuh seperti salju. Dan katanya buku resep ini ditulis oleh ibunya yang sama rapuhnya dengannya. Dan teman yang sangat baik adalah sahabat dari SMP yang bernama Asagi…"

(Mata yang berkaca-kaca itu mulai menitih dan semakin deras)

"Dia sahabat yang sangat baik, ketika disaat temannya tersakiti dia juga ikut tersakiti disaat temannya susah dia juga ikut susah, disaat temannya sedih dia juga ikut sedih, di saat temannya itu senang dia juga ikut senang. Dulu aku sebenarnya tidak mengerti hal-hal seperti itu. Namun, dia pernah bilang "Punya teman itu enak yaa.. dari dulu aku menginginkan hal itu, dan akhirnya aku bisa punya sahabat seperti ini.". Dan dia berterimakasi kepadaku. Dibalik kata-katanya itu aku yakin bahwa dalam hidupnya pasti penuh perjuangan. Dan sebagai sahabat aku tidak boleh meninggalkannya begitu saja. Dalam perjuangan itu aku ingin dia mencapai tujuan yang ingin dia perjuangkan. Aku memang orang yang beruntung bisa bertemu seseorang seperti dia. Jadi Shiro-kun biarkan aku membantumu untuk mewujudakan apa yang diinginkannya."

Adikku sangat beruntung memiliki teman yang sangat baik seperti dia dan sangat peduli dengan temannya. Aku yakin dia sangat menginginkan hari-hari seperti yang dulu lagi.

"Terimakasih telah menjadi teman adikku. Syukurlah yang menjadi sahabatnya itu kamu. Mungkin yang membuat dia berusaha sejauh ini adalah kamu. Dia sangat giat belajar dan aku perhatikan di setiap harinya saat itu sangat membahagiakan baginya. Aku harap hari-hari itu akan terulang kembali."

"Aku sangat menantikan hal itu. Maka dari itu aku ingin membantumu agar semuanya menjadi seperti dahulukala".

Saat itu enttah mengapa suasana begitu hangat dan menenangkan. Aku tidak tahu apa karena masakan ini, atau alur obrolan yang kita bahas ini aku tidak tahu. Tetapi, aku berharap kalau saat ini Asagi bisa ada di sini dan bisa menikmati masakan ini bersama.